Bupati Karo : Sifat Gotong Royong Perlu Ditiru di Era Digitalisasi

Bupati Karo Terkelin Brahmana bersama warga menggelar gotong royong. Ist

 

Karo | Jurnal Asia
Bupati Karo Terkelin Brahmana didampingi Kepala Bappeda Nasib Sianturi, Danramil 06/Payung Kapten Inf K. Kista, Kapolsek Tiga Nderket AKP J
Bangun, meninjau normalisasi irigasi perladangan Kuta Gugung, Jumat (26/6/2020) pukul 12.30 WIB di Desa Sukatendel Kecamatan Tiga Nderket.

Kegiatan Normalisasi ini menurut Terkelin dapat terealisasi atas adanya kearifan lokal masyarakat Desa Sukatendel dalam mengaplikasikan budaya gotong royong berkolaborasi dengan pihak Pemda Karo.

“Sungguh luar biasa, kekompakan masyarakatnya yang begitu antusias turun satu kampung, baik tua dan muda, rela bekerja dengan tenaga, tanpa digaji, program ini patut dikembangkan dan ditiru oleh desa lain, pada zaman era digital ini, sebab sulit sudah kita temui, akibat perkembangan digitalisasi,” kata Terkelin.

Baca Juga : Ikuti Rakor Tahapan Pilkada Masa Pandemi, Bupati Karo : Protokol Kesehatan Harus Dijalankan

Selanjutnya, Terkelin memberikan motivasi semangat kepada masyarakat yang bekerja, dan secara khusus apa yang tidak dapat dikerjakan secara manual oleh manusia. “Sudah ada alat kita, dioperasionalkan satu unit excavator mini,” ungkapnya.

Sementara Kades Sukatendel Dewanto Perangin Angin, menyampaikan rasa terimakasih atas campur tangan Pemda Karo, sehingga kegiatan normalisasi dapat terwujud bersama masyarakat Sukatendel.

Dewanto menyebut, kegiatan gotong royong swakelola ini melibatkan seluruh masyarakat Sukatendel. “Tidak ada perbedaan, semua diterjunkan perempuan dan pria. Rencana pekerjan sudah dimulai tanggal 21 Juni 2020 dan selesai tanggal 28 Juni 2020,” tukasnya m

Dikesempatan itu, Koordinator lapangan (Korlap) Maslan Sukatendel mengaku kegiatan normalisasi ini, untuk menghidupkan kembali saluran irigasi Perjumaan Kuta gugung (perladangan-Red), untuk mengairi pertanian persawahan milik warga Desa Sukatendel.

Menurut Maslan, jarak irigasi dihulu ( sumber mata air) ke hilir sepanjang 500 meter ini sudah hampir 10 tahun tidak berfungsi, akibatnya warga banyak gagal panen dalam bercocok tanak, sebab ketika musim kemarau, air sulit diperoleh, tentu berdampak kepada lahan pertanian masyarakat.

“Kedepan, mudah mudahan Desa Sukatendel yang terbentang di geografis strategis dengan memiliki luas lahan pertanian (±) 100 haktare, tidak kesulitan lagi memperoleh air, untuk keperluan pengairan ke sawahnya, walaupun dalam situasi musim kemarau terjadi,” harapnya.(Herman)

Close Ads X
Close Ads X