Waspada Kenaikan Harga Pangan, Jalur Masuk ke Medan Alami Pembatasan

Seorang pedagang di Medan sedang merapikan barang dagangannya.Netty

 

Medan | Jurnal Asia
Harga bawang merah di pasar tradisional Kota Medan dan sekitarnya saat ini mengalami kenaikan hingga mencapai Rp55.000 per kilogram (kg). Kenaikan harga bawang merah tersebut dipicu oleh minimnya pasokan yang ada dari jawa.

Seorang pedagang sayuran, Ramli mengatakan, harga bawang merah mulai naik sejak menjelang puasa. Padahal sebelumnya harga hanya dikisaran Rp22-25.000 per kg.

“Ia harga bawang merah terus mengalami kenaikan, dari Rp25.000 per kg menjadi Rp40.000 per kg dan hari ini dikisaran Rp50.000-Rp55.000 per kg,” katanya, Rabu (29/4/2020).

Baca Juga : Medan Masuk Zona Merah, Pengunjung Cafe Ini Tetap Ramai Hingga Akhirnya Dibubarkan Satpol PP

Sementara, Ketua Tim Pemantau Harga Pangan di Sumut, Gunawan mengungkapkan, harga bawang mahal karena minimnya stok bawang. Ini dikarenakan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jawa yang membuat jalur distribusi bawang merah mengalami gangguan.

Selain itu, nantinya dikhawatirkan pemberlakukan PSBB meluas dan membuat jalur distribusi kembali mengalami hambatan. Mengingat untuk wilayah Medan dan sekitarnya saja sudah dimulai pembatasan jalur masuk ke kota Medan, mulai dari jalur Tanjung Morawa masuk ke Medan, Berastagi ke Medan dan Binjai ke Medan.

“3 ruas jalan tersebut jelas menjadi pintu keluar masuk barang barang kebutuhan pokok masyarakat Medan. Pembatasan yang dilakukan sangat potensial memicu terjadinya kenaikan harga, terlebih jika ada pembatasan keluar masuk transportasi barang,” ujarnya.

Gunawan merinci, setidaknya 3 skenario yang mungkin saja terjadi seiring dengan pembatasan tersebut. Pertama, seandainya asumsi bahwa arus keluar masuk barang tetap lancar maka potensi penurunan harga barang akan kembali terjadi nantinya.

Kedua, skenario di mana pedagang besar lebih memilih untuk tidak berjualan. Dalam konteks ini dimisalkan sejumlah distributor menutup sementara lapaknya dikarenakan penjualan menurun.

“Dalam skenario ini saya melihat potensi penurunan harga tetap terjadi. Besar kemungkinan harga akan bergerak stabil dengan kecenderungan menurun,” tuturnya.

Ketiga, arus keluar masuk barang ditutup sama sekali. Nah dalam konteks ini harga berpeluang naik namun jika skenario ini berjalan masyarakat akan mendapatkan banyak bantuan untuk memenuhi kebutuhannya.

Baca Juga : KABAR BAIK, Tren Penyebaran Covid-19 di Sumut Melambat, 40 Pasien Sembuh

Ia menilai, skenario kedua ini lebih mungkin terjadi ketimbang skenario yang lainnya. Di mana arus keluar masuk barang tetap lancar, namun banyak pedagang besar yang menghentikan aktifitasnya sementara maka harga kebutuhan pokok seperti beras, sayur sayuran dan bumbu bumbuan akan berpeluang turun.

Begitupun, tidak semua komoditas akan bergerak sama. Bawang merah yang banyak bergantung dari wilayah lain memang berpeluang tersendat dan harga bertahan mahal. Bawang putih akan sangat bergantung dari ketersediaan impor, gula pasir saya perkirakan akan normal karena masuk musim giling.

“Untuk itu, saya berharap pemerintah daerah bisa lebih berhati-hati lagi dalam menerapkan kebijakan karantina wilayah. Yang penting setiap daerah (bukan hanya Sumut) kebijakannya sama, yakni tetap memberikan keleluasaan buat arus lalu lintas barang dan jasa,” pungkasnya.(nty)

 

Close Ads X
Close Ads X