Produksi Emas RI di 2020 Melempem, Ini Penyebabnya

Ilustrasi produksi emas.dok Tambang Emas Martabe

 

Medan | Jurnal Asia
Produksi emas Indonesia pada 2020 mengalami penyusutan. Hingga Mei 2020, produksi emas baru 9,98 ton, jauh di bawah pencapaian 2019 sebesar 109,02 ton.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, penurunan produksi emas itu sebagai imbas dari terpengaruhnya kegiatan produksi PT Freeport Indonesia di Papua, terkait masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah.

“Dengan total produksi mencapai 80 ton per tahun, selama ini Freeport menjadi penyumbang terbesar produksi emas Indonesia,” katanya saat diskusi secara virtual dengan tema “Perusahaan Pertambangan dan Energi di Tengah Pandemi, Apa yang Harus Dilakukan Saat Ini dan Masa Depan,” yang digelar tambang emas Martabe, Kamis (16/7/2020).

Baca Juga : Ancaman Perang Mencuat di Laut China Selatan, Rupiah dan IHSG Bergerak Negatif

Ia memperkirakan masa transisi kegiatan penambangan Freeport bisa mencapai dua tahun. Namun jika perusahaan itu bisa mempercepat proses transisinya maka produksi emas RI juga akan kembali normal yaitu berkisar pada angka 120 ton per tahun.

Irwandy juga menegaskan, jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia.

Oleh karena itu, kalau pun Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun, ia memprediksi produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.

“Produksi emas mungkin akan berkurang tahun ini karena Freeport belum normal. Kurangnya berapa harus dilihat secara detail sampai akhir tahun ini. Tapi mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari 100 ton,” katanya.

Sementara itu, Senior Manager Mining PT Agincourt Resources Rahmat Lubis menegaskan, kondisi industri pertambangan emas pada saat pandemi Covid-19 relatif stabil. Kegiatan produksi saat ini berjalan normal, hanya sempat terpengaruh sebentar di pertengahan April 2020 karena lockdown.

Ia menegaskan, saat lockdown hanya
karyawan yang tinggal di camp yang bekerja, selebihnya karyawan yang tinggal di Batang Toru di rumahkan bukan di PHK.
Hal itu karena, jadi camp Martabe terbatas.

“Martabe cukup beruntung karena memiliki 3 pit yakni Purnama, Barani dan Ramba Joring. Jadi pada saat lockdown, kami mengurang produksi waste (batuan yang tidak ada emasnya) sedangkan yang ore (ada emasnya) tetap sehingga tidak ada masalah produksi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, memang layanan pemurnian logam mulia di Jakarta pada April 2020 tutup. Sehingga produksi tambang pada April-Mei dikirim pada bulan Mei dan di akhir Juni sudah mereka proses semua.

“Secara operasional, Martabe sudah kembali normal maksudnya emas sudah bisa dijual karena Logam Mulia di Jakarta sudah full produksi. Di awal Juli kemarin, kami sudah kembali memproduksi ore dan waste. Sampai saat ini, produksi emas masih sesuai target, Januari ke Juni justru capaiannya sedikit di atas target,” pungkasnya.(nty)

 

 

One response to “Produksi Emas RI di 2020 Melempem, Ini Penyebabnya

Comments are closed.
Close Ads X
Close Ads X