Pertumbuhan Ekonomi Singapura Terjun Bebas -41.2%, Waspada Tekanan di Pasar Keuangan

Ilustrasi IHSG dan Rupiah.Ist

 

Medan | Jurnal Asia
Kabar menakutkan datang dari negara jiran tetangga Indonesia Singapura. Pertumbuhan ekonomi Singapura terjun bebas sebesar -41.2% secara kuartalan (kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama). Dikuartal kedua ini ekonomi Singapura terpuruk -12.6% secara tahunan (YoY).

Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, Singapura menghadapi tekanan dari perdagangannya. Dan terpuruknya ekonomi Singapura ini memberikan indikasi kemungkinan buruk terhadap perekonomian negara lain termasuk Indonesia.

Realisasi pertumbuhan minus di Singapura tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi Indonesia tahun 1997/98. Dan krisis ekonomi di Singapura tersebut menjadi krisis yang paling buruk sejak Singapura merdeka.

Baca Juga : Awal Pekan, Rupiah dan IHSG Menguat

“Perkembangan krisis ekonomi di Singapura ini akan membuat pelaku pasar kembali bersikap waspada,” katanya, Selasa (14/7/2020).

Mengingat sebaran Covid-19 yang telah meluluhlantakan ekonomi global diyakini juga akan memukul perekonomian banyak negara tanpa terkecuali Indonesia. Tekanan ekonomi Singapura yang terpukul sangat dalam tersebut menjadi sentimen negatif pasar yang harus diwaspadai.

Indonesia memang diperkirakan tidak akan seburuk Singapura, namun jurang resesi saat ini sepertinya sebuah keniscayaan untuk dihindari.

Sentimen buruk yang melanda pasar keuangan saat ini selain dibayangi oleh resesi di banyak negara. Jumlah pasien corona yang meningkat 1 juta jiwa dalam datu hari juga menjadi kabar buruk yang bisa membuat tekanan pada pasar keuangan.

Pada sesi pembukaan perdagangan, IHSG memang masih dibuka naiuk tipis di level 5.067,93. Namun di sesi pembukaan ini IHSG sempat turun dikisaran level 5.059 sementara itu, mata uang Rupiah masih mampu menguat di level 14.355 per US Dolar.

“Pasar keuangan kita bisa saja diuntungkan dengan resesi di negara lain. Dengan catatan kita tidk seburuk negara lain dalam realisasi PDB nantinya,” ujarnya.

Namun, katanya, kondisi berbalik bisa saja terjadi seandainya justru kita tidak jauh berbeda dibandingkan dengan negara di barisan realisasi PDB dibawah rata-rata negara lainnya.(nty)

 

 

Close Ads X
Close Ads X