Pengusaha Opak Masih Bertahan di Tengah Ekonomi yang Stagnan

Medan | Jurnal Asia
Di tengah ketidakpastian perekonomian, pengusaha opak di Deli Tua masih terus bertahan hingga saat ini. Per harinya, pihaknya mampu memproduksi 240 kilogram ubi untuk dibuat menjadi opak.

Pemilik usaha opak, Juliana mengatakan, dirinya meneruskan usaha yang digeluti selama 20 tahun ini dari orang tuanya. Meski mengalami sejumlah rintangan, namun itu bisa diselesaikan.

“Sampai saat ini produksinya masih aman-aman saja. Per hari, kami bisa menghabiskan 240 kilogram ubi,” katanya di Jalan Benteng IV Desa Mekar Sari, Kecamatan Delitua, Jumat (15/2).

Dengan dibantu enam karyawan, Juliana bisa menghasilkan 200 ikat opak mentah per hari (10 keping per ikat). Dan untuk opak yang sudah di goreng sekitar 90 bungkus (14 keping per bungkus).

Untuk harga, lanjutnya, opak mentah dijual Rp2.000 per ikat dan yang sudah digoreng Rp6.000 per bungkus. Sedangkan untuk pemasaran, opak mentah di jual ke daerah Binjai dan Tembung, sementara untuk yang sudah digoreng di sekitar daerah Titi kuning.

“Ada juga beberapa pesanan datang dari luar kota seperti Sidikalang. Sampai saat ini kami masih bisa melayani pesanan dari mereka,” ucapnya.

Terkait kendala, sambungnya, hanya masalah dibahan mentah. Beberapa waktu lalu harga ubi Rp1.000 per kg dan sekarang naik menjadi Rp1.500 per kg. Dan ia terpaksa menaikkan harga opak mentah yang awalnya Rp1.800 menjadi Rp2.000 per ikat.

“Kalau untuk ubi, pasokannya tidak masalah karena langsung dari petani ubi di Marendal,” terangnya.

Selain ubi, kendala lain adalah cuaca atau hujan. Kalau musim hujan tidak bisa jemur opak. membutuhkan waktu sekitar 4-5 hari untuk mengeringkan opak.

“Sebagai pengusaha opak yang sudah berjalan 20 tahun saya hanya bisa berharap usaha ini akan berjalan lancar dan masih tetap diminati oleh masyarakat,” pungkasnya.(nty/edy)

Close Ads X
Close Ads X