Mengetahui Dampak Abu Vulkanik pada Tanaman

Warga yang berdomisili di kaki gunung Sinabung bercocok tanam di Desa Sukandebi ,  Simpang Empat,  Karo, Sumatera Utara,

IMG_20140214_063013

Seorang petani berada di perkebunan Cabe Merah yang mulai rontok berjatuhan dan rusak di perkebunan Desa Pangungsari, Kecamatan Kepung, Kediri, Jawa Timur, Minggu (2/3).

Biji kopi tertutup debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung, di Desa Sebintun, Karo, Sumut, Kamis (16/1).

Warga-desa-Naman-membersihkan-tanaman-kentangnya
Hujan abu vulkanik akibat erupsi dari Gunung Sinabung yang sampai wilayah Deliserdang dan Medan, mengancam pertumbuhan tanaman terutama hortikultura. Konon, abu vulkanik yang bertekstur halus ini mengandung silikad, yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman. Dalam jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk. Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat untuk kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian.
Abu vulkanik memiliki dampak yang buruk dalam jangka pendek karena di awal keluarnya dari kawah gunung berapi, material ini memiliki sifat ki­miawi yang akan menurunkan kesuburan tanah.
Abu vulkanik memiliki kadar kea­saman (Ph) sekitar 4 – 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang ter­kena abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5.
Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat keasaman (Ph) seberar 6 – 7. Turun­nya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah dan akan mengalami penurunan produktivitas lahan.
Dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau gulma yang biasa menjadi musuh petani.
Hal ini dikarenakan, makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam suasana terlalu asam, sehingga populasi makhluk tersebut akan menurun. Namun sayangnya mikroba penyubur tanah juga ikut mati oleh karena kondisi yang sangat asam ini.
Dalam jangka panjang, abu vulkanik mampu memberikan dampak yang sangat positif bagi peningkatan produktivitas tanah.
Saat kadar keasaman dari abu vulkanik telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun de­ngan bantuan manusia menggunakan dolomit atau pengapuran (CaCO3) sebagai penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan dalam abu vulkanik akan menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk perkembangan tanaman pertanian.
Dengan menggunakan metode analisis aktivitas neutron cepat (AANC) terhadap sampel abu vulkanik, maka didapatkan data kuantitatif atas kandungan mineral yang terkandung di dalam sampel abu vulkanik.
Terdapat empat buah mineral utama yang terkandung di dalam abu vulkanik, diantaranya : Besi (Fe), Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat mineral tersebut adalah zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman.
Hanya saja, ketebalan debu menutup permukaan tanah menjadi faktor penting dalam menentukan kecepatan penggunaan kembali tanah yang tertutup debu.
Untuk ketebalan debu yang tipis, kurang dari 1 cm dapat hilang dengan segera ketika hujan. Ketebalan 1 cm hingga 4 cm dapat hilang oleh pengolahan menggunakan cangkul dan ketebalan antara 5-10 cm dapat hilang saat dilakukan pengolahan tanah secara mekanik menggunakan traktor.
Untuk ketebalan debu mencapai 40 cm atau lebih memerlukan waktu cukup lama, agar tanah dapat digunakan kembali untuk bercocok tanam, menunggu terjadi proses pelapukan dan dekomposisi dari debu. (int)

Close Ads X
Close Ads X