BISNIS MANIS DAUN PISANG

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Sumitra, salah satu pengusaha daun pisang batu di Kampung Peujeuh, Desa Bojongpandan, Kecamatan Tunjungteja, Kabupaten Serang, mengaku sudah 15 tahun menggeluti usaha jual beli daun pisang batu. Daerah ini, ungkapnya, terkenal dengan pertanian pisang batunya, tapi bukan untuk diambil buahnya, karena buahnya tidak enak dimakan. Mereka memanfaatkan pisang ini untuk diambil daunnya.

“Kualitas daun batu di Bojongpandan terkenal baik, tidak cepat rusak dan sobek. Sehingga para pengusaha daun di Jakarta memburu daun pisang dari daerah kami,” kata Sumitra

Daun pisang batu, kata Sumitra, dia peroleh dari hasil kebun miliknya dan sebagian besar didapat dari petani pisang yang sudah berlangganan. Biasanya dalam kurun waktu 20 hari kebun pisang tersebut sudah dapat diambil daunnya. Harganya per lapah daun pisang Rp 100, dalam satu hektar biasanya petani memperoleh penghasilan Rp 50.000 – Rp 100.000. Daun pisang yang sudah dipisahkan dari lapahnya kemudian dikemas dengan cara diikat atau disebut koli. Menurut dia, untuk tiap koli-nya membutuhkan 400 lapah daun.

Daun pisang yang telah dikemas di jual ke beberapa daerah di Jakarta dan Banten. Mereka menggunakan sarana transportasi kereta api untuk mengangkut daun pisang batu itu. Dalam sehari, imbuhnya, dia rutin mengirim 20 koli daun pisang. Pagi 9 koli, sedangkan sore 11 koli. Sumitra menuturkan, di Bojongpandan ada sekira 20 pengusaha daun pisang batu.

“Kami biasa jual ke Kebayoran, Tanah Abang, Serpong, Cilegon, dan Serang, satu koli dihargai antara Rp 100.000 – Rp 150.000, tergantung kondisi pasar,” paparnya. Untuk menjalankan bisnisnya, Sumitra mengaku mempunyai 15 karyawan. Dalam sehari, penghasilan karyawannya tidak kurang dari Rp 50.000. Sedangkan penghasilan dia bisa mencapai Rp 1 juta/hari. Tapi, kalau lagi sepi minimal dia dapat keuntungan sekira Rp 500.000/hari.

Berkat usahanya tersebut, dia sudah bisa membangun rumah dan membeli tanah di beberapa daerah. Sumitra juga dapat membeli kendaraan roda dua dan tentu saja mampu menyekolahkan anaknya hingga SLTA. “Saat ini, memang baru SLTA, tapi saya ingin menyekolahkan anak saya lebih tinggi lagi,” tambahnya.

Di tempat berbeda, Yanto, salah satu pengusaha daun pisang batu lainnya, mengaku sudah memiliki mobil bak terbuka. Mobil tersebut, ujarnya, dia gunakan untuk mengangkut daun pisang dan hasil kebun lainnya ke Cilegon dan Serang. Selama ini, Yanto memilih mendistribusikan daun dan hasil pertanian lainnya ke Cilegon. Dalam sehari dia bisa memperoleh keuntungan sekira Rp 800.000.

 

Close Ads X
Close Ads X