Asian Agri Bermitra dengan Petani Swadaya

Pekanbaru – Kesuksesan Asian Agri bermitra dengan petani plasma selama lebih dari dua puluh delapan tahun, memotivasi Asian Agri untuk memperluas kemitraan dengan petani swadaya, yakni para petani sawit yang ada disekitar unit-unit bisnis perusahaan.

“Kesuksesan kami selama dua puluh delapan tahun bermitra dengan petani plasma, mendorong kami untuk mengembangkan kemitraan dengan lebih banyak petani sawit lagi. Sejak 2012 kami mulai menjalin kemitraan dengan petani swadaya, dan sampai bulan Mei 2016 kami sudah bermitra dengan 6.357 KK petani swadaya, dengan luasan kebun yang telah mendapatkan pembinaan adalah 21.252 Ha.

Kemitraan dengan petani sudah kami jadikan sebagai salah satu bahagian dari model bisnis unggulan kami, dimana saat ini 50% dari pasokan TBS yang kami olah merupakan TBS yang berasal dari para petani binaan,” ujar Pengarapen Gurusinga pada saat kunjungan rombongan Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Apkasindo (Assosisasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) Sumatera Utara, Bank Syariah Mandiri dan Bank Sumut ke kebun petani binaan Asian Agri pada 14 Juni 2016.

Pada kunjungan tersebut, seluruh rombongan dibawa langsung untuk melihat lahan petani binaan Asian Agri yang tergabung didalam KUD Mulus Rahayu  yang berlokasi di Kampung Delima Jaya, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak.

Kebun sawit KUD Mulus Rahayu saat ini sedang melaksanakan replanting dan berhasil sebagai petani sawit pertama di Indonesia yang mendapatkan dana bantuan peremajaan sawit dari BPDP-KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) pada 5 April 2016.

Di sela kunjungan, Ketua KUD Mulus Rahayu, Parwito turut berbagi pengalaman terkait bagaimana kelompok ini dapat berhasil sukses, sampai akhirnya mereka juga siap untuk replanting dan berhasil mendapatkan dana hibah dari BPDP-KS.

Menurut Parwito, Asian Agri sangat berperan dalam mendukung keberhasilan kelompok taninya. Dimana pendampingan yang dilakukan perusahaan mereka rasakan sangat membantu mereka, terlebih lagi pada masa-masa pengambilan keputusan untuk melakukan replanting sawit.

“Masa memutuskan replanting adalah masa yang berat bagi kami, karena replanting ibarat pegawai yang akan memasuki masa pension. Dimana untuk sementara waktu mereka akan kehilangan penghasilan,  dan masih perlu pula mengeluarkan dana guna replanting,” ujarnya.

Hal tersebut membuat mereka sulit menyatukan tekad untuk melakukan replanting. Dari 352 orang  petani yang tergabung dalam KUD Mulus Rahayu dengan luasan sekitar  702 Ha, saat ini hanya baru  310 ha yang semangat untuk replanting, padahal usia sawit sudah tidak ekonomis lagi.

“Untuk ada mitra kami, Asian Agri yang terus memberikan pendampingan dan dukungan sehingga kami berhasil mendapatkan dana hibah replanting dari BPDP-KS. Saat ini proses replanting sedang berjalan,” beber Parwito.

Pada kesempatan itu, Ketua Apkasindo Ir. Gus Dalhari Harahap memberi apresiasi pola kemitraan yang telah dilakukan Asian Agri dan berharap diikuti oleh perusahaan lainnya. “Pola kemitraan Asian Agri hal yang patut diapresiasi dan sebaiknya dilakukan juga oleh perusahaan lainnya,” ujarnya seraya berharap agar pola kemitraan di Riau ini dapat dikembangkan kepada petani swadaya Sumatera Utara.

Sementara itu, Ir Herawati N MMA,  Kepala Dinas Perkebunan Sumut, mengatakan bahwa cikal bakal kelapa sawit awalnya adalah di Provinisi Sumatera Utara.  Awalnya hanya 4 pohon, saat ini telah menjadi 4 juta pohon.
(isvan-rel)

Close Ads X
Close Ads X