Ancaman Resesi Berjamaah, Masyarakat dan Pemerintah Harus Bersinergi

Ilustrasi kinerja IHSG dan Rupiah.Ist

 

Medan | Jurnal Asia
Kabar buruk masih menghinggapi pasar keuangan meski tidak langsung direspon negatif oleh pelaku pasar. Data pertumbuhan ekonomi Singapura nantinya akan diikuti oleh banyak negara lain yang juga akan masuk ke dalam krisis yang sama.

Menurut Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin, Covid-19 membuat aktivitas ekonomi masyarakat global memang bermasalah dan akan memunculkan tekanan ekonomi besar yang sulit untuk dihindarkan. Posisi Indonesia akan lebih beruntung nantinya jika dibandingkan dengan negara lainnya. Tetapi tetap sulit untuk menghidar dari lubang krisis yang sama.

Kondisi krisis saat ini, lanjutnya, tidak bisa disamakan dengan krisis 97/98. Karena krisis ini akan menghantam banyak negara (berjamaah). Kemungkinan China dan Vietnam yang bisa keluar dari tekanan krisis, selebihnya masih harus berjibaku setidaknya dalam 3 bulan yang akan datang.

Baca Juga : Pertumbuhan Ekonomi Singapura Terjun Bebas -41.2%, Waspada Tekanan di Pasar Keuangan

“Untuk Indonesia, sekalipun nantinya di kuartal kedua pertumbuhan ekonomi minus, Indonesia belum bisa dikatakan masuk kedalam resesi,” katanya, Selasa (14/7/2020).

Gunawan melanjutkan, hingga nanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga jika tetap minus baru bisa dikatakan resmi masuk resesi. Jadi Singapura dalam konteks ini lebih dahulu masuk jurang resesi.

Untuk itu masyarakat harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk nantinya. Dan pemerintah harus memprioritaskan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dibandingkan bentuk anggaran lainnya.

“Realisasi pertumbuhan ekonomi banyak negara saat ini faktanya jauh lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Jadi ekspektasi pertumbuhan saat ini tidak ada salahnya bersandar pada skenario terburuk,” ujarnya.

Untuk masyarakat sebaiknya ikuti terus anjuran protokol kesehatan dan tetap melakukan aktivitas ekonomi. Di tengah kondisi saat ini, jangan sampai anjuran protokol yang diabaikan justru membuat ktidak bisa melakukan aktivitas apa-apa nantinya.

Di sisi lain, pemerintah harus berupaya meskipun pertumbuhan ekonomi kita negatif nantinya. Tetapi realisasinya harus lebih baik dari buruknya realisasi pertumbuhan ekonomi negara lain. Sehingga investor tetap melihat Indonesia sebagai tempat yang lebih menjanjikan sekalipun pertumbuhan negatif.

“Di tengah kondisi pasar keuangan seperti sekarang, kita bisa saja survive (bertahan). Tidak terjadi arus pembalikan modal besar-besaran dan pengendalian rupiah tetap seperti sekarang ini. Dengan catatan pertumbuhan negatif kita lebih kecil dari kebanyakan negara lain sehingga kita bisa lebih baik dalam melewati resesi,” tegasnya.

Investor pada saat ini dihadapkan dengan gambaran ekonomi global yang buram. Jadi mereka juga akan tetap memilih mana negara yang lebih menjanjikan.

Buktinya pada sore ini, IHSG justru masih mampu menguat 0.29% di level 5.079,12, dan rupiah masih stabil dengan kecenderungan melemah di level 14.450 per US Dolar.

“Semua ini bisa bertahan lama, jika pemerintah fokus dalam penyelamatan daya beli masyarakat. Dan masyarakat patuh protokol kesehatan,” tandasnya.(nty)

 

 

2 responses to “Ancaman Resesi Berjamaah, Masyarakat dan Pemerintah Harus Bersinergi

Comments are closed.
Close Ads X
Close Ads X