Bahrun Naim Kontrol Teror dari Suriah

Warga Jakarta dan warga negara asing melakukan aksi solidaritas di lokasi teror bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (15/1). Mereka menyampaikan simpati serta mengusung gerakan 'Kami Tidak Takut' terhadap peristiwa teror bom yang terjadi. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/kye/16.
Warga Jakarta dan warga negara asing melakukan aksi solidaritas di lokasi teror bom di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (15/1). Mereka menyampaikan simpati serta mengusung gerakan ‘Kami Tidak Takut’ terhadap peristiwa teror bom yang terjadi. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/kye/16.

Jakarta | Jurnal Asia
Bahrun Naim, ditetapkan sebagai terduga pemimpin teror bom di Sarinah. Ia ternyata bukan tokoh lama. Umurnya pun tergolong muda, masih 32 tahun. Selain itu, juga tergolong orang berotak encer. Terbukti sebagai lulusan program D-3 Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret. Meski kini berada di Suriah, dengan keahliannya sukses mengatur strategi penyerangan di Jakarta.

Pria yang disebut Kepala Polda DKI Jakarta Tito Karnaivan sebagai dalang teror bom di kawasan Sarinah itu lahir di Pekalongan, 6 September 1983. Bernama asli Muhammad Bahrunnaim Anggih Tamtomo dengan dua alias, Abu Rayyan dan Abu Aisyah, ia sempat duduk di bangku kuliah. Bahrun terakhir lulus program D-3 Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret. Hampir sama dengan pelaku teroris lain, Bahrun kemudian membuka bisnis warung Internet atau warnet.

Menurut Tito, Bahrun adalah orang yang berbahaya. “Dia ingin membentuk Khatibah Nusantara, yang meliputi Asia Tenggara, sehingga ia ingin rancang serangan di Indonesia sehingga dikatakan sebagai pemimpin,” tuturnya di Istana Negara, Kamis (14/1).

Meski berusia relatif muda, Bahrun memiliki sejumlah kelebihan cukup menonjol. wartawan mencatat, setidaknya ada empat hal yang menyebabkan Bahrun layak diperhitungkan, yakni :
1. Bahrun Naim Dikenali Jaringan Lama
Bahrun sempat dihukum dua tahun karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm serta 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noordin M. Top masih kuat. Ipung adalah perantara Abdullah Sunata dengan Jamaah Islamiyah dan kerap bertemu dengan Noordin M. Top. Ipung, sejak 2006, dihukum 6 tahun penjara.

2.Bahrun Naim Didukung Jaringan Teroris dari Uighur dan Suriah
Salah satu anggota jaringan Bahrun Naim adalah Arif Hidayatullah. Tugas utama Arif versi polisi adalah menjadi penyokong dana. Arif Hidayatullah alias Abu Mushab ditangkap tim Densus 88 di rumahnya, Perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi. Dari rumah kontrakan itu, dibawa enam kardus, termasuk bendera ISIS. Hasil pengembangan penangkapan Arif, Densus 88 mendatangi Kampung Duku Jaya RT 5 RW 9, Kelurahan Pejuang, dan menangkap Alli, seorang warga asing. Warga Uighur, perbatasan Cina dengan Turki, itu dibawa Arif. Arif dicurigai polisi akan dijadikan “pengantin” dalam serangan bom bunuh diri.

Penangkapan Arif merupakan pengembangan dari serangkaian penangkapan di Tasikmalaya, Banjar, Gresik, Mojokerto, serta Sukoharjo pada 19-20 Desember 2015. Polisi berhasil menciduk Abu Jundi di Sukoharjo; Zaenal dan Asep Urip di Tasikmalaya; Iwan alias Koki di Banjar; 3 orang di Mojokerto; serta 2 orang di Gresik. Koki disebut sebagai perakit bom, sedangkan Zaenal diduga akan menjadi “pengantin” bom bunuh diri. Abu Jundi sendiri, menurut polisi, mendapat dukungan dana langsung dari Suriah.

4.Bahrun Naim Berhubungan dengan Kelompok Santoso
Bahrun disinyalir merupakan orang yang mengunggah video kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah melalui Facebook bernama Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Dalam video berdurasi 9 menit 34 detik itu, Santoso menyatakan akan mengincar Kepolisian Daerah Metro Jaya. “Yang kalian percaya atau tidak percaya, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, Panji Hitam ini akan berkibar dengan izin Allah di atas Istana Merdeka dan akan kami hancurkan Polda Metro Jaya,” ujar suara pendakwah dalam audio tersebut, yang diduga telah beredar sejak Minggu malam, 23 November 2015.

5.Bahrun Naim Membangun Kekuatan Hingga ke Suriah
Sebelum peristiwa bom di Sarinah, Bahrun rajin menulis di blognya, bahrunnaim.co. Pada salah satu bagian, Bahrun menceritakan perjuangannya sampai ke tanah Suriah. Ia membawa satu anak dan dua istrinya. Waktu itu, istri mudanya pergi dalam kondisi hamil.

Istri kedua Bahrun sempat diberitakan hilang pada Maret 2015. Siti Lestari, yang sedang kuliah semester terakhir di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dikabarkan terakhir bertemu dengan keluarganya pada Januari 2015. Orang tua Siti hanya menemukan rumah kontrakan anaknya dan Bahrun. Mereka tidak disetujui menikah lantaran Bahrun sudah mempunyai istri dan anak. “Informasi yang kami dapat, Bahrun sudah berangkat ke Suriah,” kata Sugiran, ayah Siti.

Pendidikan Militer di Aceh
Para pelaku teror, salah satunya dipastikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti bernama Afif. Ia pernah dilatih di kamp militer di Aceh. Berdasarkan data yang dihimpun dari website Mahkamah Agung (MA), Jumat (15/1), Afif yang bernama asli Sunakim dididik militer di Pegunungan Desa Jalin, Kecamatan Jantho, Aceh Besar. Pelatihan militer ini mulai berdenyut sejak 2010.

Afif dan 40 orang lainnya mengikuti pelatihan menggunakan senjata AK 47, M16, stategi tempur, menembak, membaca kompas cara bertahan, cara mengevakuasi kawan, bela diri dan kemampuan fisik.

Mereka datang dari Aceh, Solo, Jawa Barat, Sulawesi, Medan, Lampung dan Jakarta dan dibagi ke 3 regu. Guna menyaru, tempat latihan itu dilaksanakan di pegunungan yang harus ditempuh dengan jalan kaki selama 7 jam. Pendidikan ini berlangsung dua bulan.

Materi pelatihan seperti cara menembak yang baik dengan posisi yang berdiri yaitu posisi kaki kiri majukan sedikit ke depan sehingga posisi badan sedikit serong. Belakangan posisi ini yang dipakai Afif saat beraksi di tengah Jalan MH Thamrin.

Mereka juga belajar menyerang regu yang sedang berjalan. Kepala regu lalu memberi tahu yang ada di belakangnya, dan regu dibelah dua ke kanan dan ke kiri. Semua posisi lalu sejajar (standded line) dengan maksud agar tidak ada yang saling tembak. Lalu mereka harus berlindung (take cover) yang disesuikan dengan medan. Jika ada pohon, maka berlindung di balik pohon, jika ada batu berlindung di balik batu.

Hal ini dilakukan Afif saat aksi mereka tiba-tiba digerebek aparat dan mereka mencari perlindungan di balik mobil di samping parkiran Starbucks. Begitu juga jika regu tiba-tiba disergap. Mereka harus langsung tiarap dan berguling ke kanan atau ke kiri mencari perlindungan. Mereka juga diajari berperang di medan tebing. Semua gerakan regu harus sesuai perintah komandan, maju, bertahan, atau mundur.

Memasuki bulan Maret 2010, polisi menyisir lokasi tersebut dan terjadi kontak senjata, tepatnya di Lamkebau, Kecamatan Seulimun. Dalam adu tembak ini, tiga orang anggota Brimob meninggal dunia, 1 warga meninggal dan 11 anggota Brimob luka-luka. Adapun kelompok ini lalu berhasil dibekuk dan dibawa ke Jakarta untuk diadili, termasuk Afif.

Pada 20 Desember 2010, mereka dihukum 7 tahun penjara–termasuk Afif. Vonis ini dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta pada 31 Maret 2011 oleh ketua majelis Celine Rumansi dengan anggota Sumantri dan Syafrullah.

Lantas, siapakah sponsor pelatihan Aceh ini? Mahkamah Agung (MA) menyebut Abu Bakar Baasyir lah yang menjadi otak di balik pendidikan militer ini. Abu Bakar saat ini tengah mengajukan peninjauan kembali (PK) atas vonis 15 tahun penjara yang diterimanya. Abu Bakar dipenjara di LP Nusakambangan, Jawa Tengah dan proses PK-nya tengah disidangkan di PN Cilacap.
Abu Bakar membantah terlibat dalam kasus pelatihan Aceh tersebut.

“Di dalam fakta persidangan yang terungkap tidak ada satu saksipun yang menyatakan bahwa latihan militer di Aceh untuk kegiatan terorisme kecuali hanya untuk persiapan i’daad,” kata Abu Bakar dalam permohonan kasasinya.

Sementara itu, Tim Pembela Muslim (TPM) Achmad Michdan mengatakan soal memori peninjauan kembali, ada dua permasalahan pokok yang disampaikan, yakni bahwa ada pertimbangan hukum yang keliru soal vonis terhadap Ba’asyir. “Hakim tidak memberikan pertimbangan saksi-saksi persidangan yang harus dihadirkan dalam sidang bukan melalui telekonferensi,” kata Michdan saat mengajukan PK untuk Abu Bakar.

Al-Qaeda: Kemenangan Terbit dari Nusantara
Sementara itu, “Matahari kemenangan akan terbit dari Nusantara” adalah judul yang dipilih pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dalam pesan audio yang dikeluarkan hanya sehari sebelum serangan di Jakarta, Kamis (14/1).

Pesan audio yang dipantau tim BBC Monitoring itu berisi seruan kepada kaum muslim di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, untuk menyerang kepentingan Amerika Serikat dan sekutu mereka. Dalam pesan ini, al-Zawahiri beberapa kali menyebut kata “Nusantara” selain juga “Indonesia”.

Al-Zawahiri menekankan pentingnya front mujahid di Asia Tenggara, yang terdiri atas Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Belum begitu jelas apakah pesan ini terkait dengan serangan di pusat keramaian Sarinah, Jakarta, yang menewaskan tujuh orang, lima di antaranya tersangka pelaku.

Tim di BBC Monitoring mengatakan ada kemungkinan pesan ini ditujukan untuk mengurangi pengaruh kelompok yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara.
Beberapa kelompok di Filipina selatan sudah menyatakan kesetiaan kepada ISIS, sementara ratusan warga Indonesia diperkirakan bergabung dengan ISIS di Suriah atau Irak.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan banyak “para mujahid” sudah kembali, sebagian besar “tak bisa lagi dilacak ketika kembali” ke Indonesia.

Senpi Dipasok dari Filipina
Di lokasi terpisah, dalam konfrensi persnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan mengatakan senjata yang digunakan dalam baku tembak pada serangan teror di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, kemarin dipasok dari Mindanao, Filipina. “Ada yang dari daerah Mindanao,” ucap Luhut di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (15/1). Luhut enggan merinci senjata apa saja yang dipasok dari Mindanao.

Untuk bom yang digunakan, Luhut menuturkan kepolisian sudah menemukan bahwa bom dirakit di sebuah tempat di DKI Jakarta. Namun Luhut masih enggan menyebutkan lokasi tempat bom dirakit. “Polisi sudah menemukan di mana bom dirakit. Nanti akan segera diumumkan,” ujarnya.

Pemerintah yakin sejauh ini situasi sudah terkendali. Tapi Luhut mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati, karena menghadapi teroris bukan hal mudah. Menurut dia, kepolisian terus melakukan pengejaran dan pengusutan terhadap teroris yang belum tertangkap. Luhut enggan merinci soal perkembangan pengejaran karena bisa menggagalkan operasi penangkapan teroris. “Mereka nanti malah bisa tidak aman,” tuturnya.

Serangan teror di kawasan Sarinah kemarin mengakibatkan 31 orang menjadi korban, tujuh di antaranya tewas dan sisanya luka-luka. Dari tujuh orang yang meninggal tersebut, lima di antaranya diduga pelaku peledakan bom dan penembakan. Sedangkan dua lain warga sipil, masing-masing warga negara Belanda dan warga Indonesia.

Material Bom Sederhana
Terkait material bom yang meledak kemarin, Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri menemukan bahan peledak dan sejumlah barang bukti dari olah tempat kejadian perkara (TKP) di Starbucks Thamrin dan Pos Polantas perempatan Jalan MH Thamrin, Jakarta. Salah satu isi bahan peledak berdaya low explosive.

“TKP satu Starbucks, kedua di Pospol Thamrin dan halaman Starbucks. Dari ketiga TKP ini kami kumpulkan barang bukti apakah itu merupakan bahan peledak atau petasan, unsur ledakan, pemicu ledakan, detonator, casing atau pembungkus bahan peledak,” ujar Sekretaris Puslabfor Kombes Pol drs Hudi Suryanto saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (15/1).

“Dari ketiga TKP ini, unsur yang kami dapatkan ternyata bahan peledak yang digunakan masuk kategori low explosive. Adapun ledakan keras tergantung dari berapa isian yang dimasukkan ke dalam wadah itu,” sambungnya.

Hudi menerangkan, pihaknya menemukan bahan peledak yang terdiri dari tabung elpiji 3 Kg sebagai casing. Selain itu juga ada serpihan tabung, pemicu dan power. “Pemicu terbuat dari bohlam lampu, kalau dipecah itu ada kawatnya dan itu dihubungkan dengan baterenya berupa accu sepeda motor. Isian bahan peledak itu ditambah paku, mur, lempengan besi bulat dan penutup sehingga itu bisa membahayakan bagi orang yang ada di sekitarnya,” terang Hudi.

Di halaman dan dalam Starbucks, tim juga menemukan isi bahan peledak yang sama. Namun casing-nya dari pipa besi yang isinya dimasukkan paku, mur, power yang menggunakan accu motor serta pemicu berupa bohlam lampu. Hudi mengatakan bahan peledak itu ada di tubuh pelaku teror. “Ada yang dibawa, ada yang ditempelkan dan ada yang diletakkan,” pungkasnya. (dtc/ant)

Close Ads X
Close Ads X