Wisata Pedesaan Bergembira sambil Berguru pada Alam

Para guru menggiring siswanya pergi ke desa untuk melihat sawah,bergelut dengan lumpur,membuat kue tradisional dan menganyam ranting daun singkong menjadi wayang mainan.Tak sekadar rehat dari rutinitas penat ruang kelas,para siswa diharapkan bisa belajar banyak hal dari alam sekitarnya. Wajah Tiyara berseri-seri.Gadis itu berdiri dengan sikap sempurna di barisan paling depan. Tiyara bagian dari puluhan anggota Gerakan Pramuka Gudep 14438 SMP Kartika 1-2 Gaperta Medan yang mengikuti kegiatan Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) di Dusun Kreatif, sebuah wahana rekreasi edukasi di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Deliserdang, Sumatera Utara.Pramuka bagian dari kegiatan ekstra kurikuler sekolahyang banyak diminati siswa.

Kegiatan kepanduan ini menekankan pendidikan karakter dengan metoda belajar menyenangkan lewat permainan edukatif dan beragam aktivitas yang mengajak siswa lebih dekat dengan alam dan mencintai lingkungan. “Belajar di ruang kelas saja tidak cukup, para siswa harus diajak keluar untuk belajar banyak hal pada alam sekitar,” ujar salah seorang guru.

Tentu saja tak hanya siswa, para guru SMP Kartika1-2 Gaperta ini pun merasa perlu mengikuti fieldtrip ‘sekolah lapangan’ ini. Karena itulah mereka juga ikut menyusuri pematang sawah, membuat wayang mainan dari ranting pohon singkong, belajar membuat kue tradisional dan bermain enggrang. “Beberapa kali truk tentara masuk camp kami mengantar rombongan guru,siswa dan anggota Gerakan Pramuka SMP Kartika 1-2 Gaperta,” kata Andi Ekasaputra,Manajer Jelajah Indonesia selaku pengelola Camp Dusun Kreatif.

Di Dusun Kreatif,para guru dan siswa SMP Kartika 1-2 Gaperta mengikuti kegiatan Camping in Creativity at Dusun Kreatif.Mereka mengikuti berbagai aktivitas keratif selama dua hari. Bahkan acara perpisahan sekolahpun digelar di tempat ini. “Tahun lalu SMP Kartika menggelar perpisahan di tempat kami, acarnya dipadu dengan kegiatan kompetisi antar kelas dan acara bernilai positif lainnya” tutur Eko sapaan akrab Andi Ekasaputra.

SMP Kartika1-2 Gaperta, hanyalah satu dari sejumlah sekolah di Medan yang memandang penting pendidikan alam bagi pembentukan karakter dan mengasah kreativitas siswa.Beberapa sekolah di Medan yang sering menggelar fieldtrip ke pedesaan antara lain Prime One School, Al Azhar, SD Harapan, SMP Bhayangkari dan lainnya.

Susur Desa
Beberapa kegiatan positif yang mereka lakukan dalam kegiatan wisata pedesaan ini antara lain susur desa.Dalam kegiatan ini para wisatawan diajak menanam padi di sawah,menangkap ikan di kolam dan menyusuri pematang sawah di tengah hamparan padi menguning.

Pada bagian lain,para siswa maupun wisatawan belajar membuat kuliner tradisional yang bahan-bahannya langsung diambil dari alam sekitarnya.Mereka membuat kelepon, tiwul, urap dan lainnya.

Tak kalah penting menjajal berbagai permainan tradisional seperti egrang, galasin, congklak, pucang dan lainnya. “Banyak nilai-nilai positif dalam permainan tradisional,” kata Eko.
Pria kelahiran Medan 30 Desember 1971 itu menambahkan, di era teknologi canggih seperti sekarang, kehidupan perlu ada keseimbangan. “Teknologi di satu sisi banyak membantu kehidupan kita, tetapi disisi yang lain ketergantungan kita pada kemajuan teknologi juga melahirkan sebuah budaya baru yang individualis dan miskin kreativitas,” terangnya.

Karena itulahEko berpendapat, perlu menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia yang sungguh sangat kaya akan budaya, maupun tradisinya. Pendidikan nilai-nilai lokal dan alam sekitarnya perlu diterapkan untuk mengembalikan jati diri masyarakat Indonesia dengan kepribadian luhurnya. “Banyak permainan tradisional kita yang mengandung unsur pendidikan dalam membangun karakter siswa yang memiliki kepribadian kuat dan bisa memotivasi semangat bermain sambil belajar, serta membentuk sifat mau bekerjasama yang dikemas dalam beberapakegiatan yang terdapat dalam permainan tradisi kita,” bebernya.

Wisata Edukatif
Eko menyayangkan banyak permainan tradisional kita yang mengandung unsur rekreasi edukatif sudah ditinggalkan.Padahal beberapa permainan tradisi itu bersifat spontan serta dilakukan secara bersama-sama. “Ini akan menghilangkan sifat individualistis yang banyak kita lihat dalam permainan modern belakangan ini. Dimana generasi muda dihanyutkan dalam dunia maya yang miskin interaksi sosial secara langsung,” katanya.

Nilai positif lainnya, permainan tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung, anak-anak akan dirangsang berkreativitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan dan keluasan wawasan.

Selain itu,pada permainan tradisional kemampuan anak untuk berempati dengan teman, kejujuran dan kesabaran sangatlah dituntut. Hal ini sangat berbeda dengan pola permainan modern. Kemampuan sosial anak tidak terlalu dipentingkan dalam permainan modern dan malah cenderung diabaikan karena pada umumnya mainan modern berbentuk permainan individual di mana anak dapat bermain sendiri tanpa kehadiran teman-temannya.

Keunggulan lain dari segi pendidikan, permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya.Mereka menggunakan barang-barang, benda atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka. “Lewat permainan tradisional menjadi media pembelajaran pada siswa dalam rangka membangun watak bertanggungjawab,kerjasama dan jujur,” tutup Eko.
(nasib ts)

Close Ads X
Close Ads X