Lhokseumawe – Situs Samudera Pasai di Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara bahkan Asia Tenggara layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah dunia.
Akademisi Universitas Malikussaleh Ibrahim Qamarius di Lhokseumawe, Kamis (23/3), mengatakan situs Samudra Pasai bisa dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dunia karenak secara geografis letak kerajaan tersebut berada di jalur pelayaran dunia (Selat Malaka).
Selain itu, catatan-catatan penting dari penjelajah Eropa dan Arab seperti Marcopolo dan Ibnu Batutah menyebutkan bahwa Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara.
“Artinya, sebagai sebuah kota dengan lalu lintas pelayaran pada masa itu, Kerajaan Samudra Pasai sudah ramai didatangi oleh bangsa-bangsa asing,” ujarnya.
Sementara itu dari sisa peninggalan kerajaan tersebut seperti nisan sebagai salah satu informasi masa lalu telah menunjukkan bukti bahwa kerajaan Samudra Pasai telah sangat berkembang sebelumnya.
Sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara sudah selayaknya situs kerajaan Samudra Pasai dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dunia.
Berbagai pembuktian secara keilmuan menunjukkan bahwa dari Samudra Pasai, Islam terus berkembang ke Nusantara. Bahkan enam dari sembilan wali songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa berhubungan dengan Samudra Pasai.
“Keberadaan Kesultanan Pasai telah diakui oleh penjelajah dunia, yaitu Marcopolo, Laksamana Cheng Ho, dan Ibn Batuthah sehingga kesultanan Samudra Pasai telah tercatat dan menghiasi berbagai literature dan media dunia.
Kesultanan Malikussaleh telah memberi corak peradaban dunia di wilayah timur sehingga Kesultanan Malikussaleh berhak dijadikan sebagai World Heritage City” jelas Ibrahim yang juga mantan kordinator seminar internasional Malikussaleh 2011 tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah daerah dan pusat diharapkan untuk bersama-sama peduli pada keberadaan situs Samudra Pasai sehingga keberadaan situs itu dapat menjadi referensi sejarah berkembangnya Islam di Nusantara bahkan Asia Tenggara, selain memiliki efek eknomis apabila dapat berkembang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dunia, pungkas akademisi Unimal ini.
(ant)