Sultan Imbau Generasi Muda Lestarikan Batik

Sleman | Jurnal Asia
Gubernur Daerah Istimewa Yogya­karta Sri Sultan HB X meminta generasi muda di Kabupaten Sleman untuk dapat melestarikan batik karena minat terhadap batik sebagai warisan budaya pada generasi muda sudah mulai menurun.

“Generasi muda saat ini sudah banyak yang enggan untuk mem­pelajari dan menekuni batik kare­na mereka menganggap bahwa menggunakan batik sudah keting­galan jaman,” kata Sri Sultan HB X dalam sambutan tertulis peresmian Workshop dan Galeri Batik PC GKBI di Medari, Sleman, yang dibacakan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda DIY Gatot Saptadi, Senin (2/5).

Menurut Sultan jika melihat ke belakang, pemerintah dengan susah payah mempertahankan batik seba­gai wa­risan budaya dunia asli Indonesia hing­ga akhirnya UNESCO menetapkan batik sebagai “Masterpices of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”.

“Menurunnya minat generasi muda terhadap batik akan memutus rantai regenerasi warisan budaya, karena dengan penetapan tersebut kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai tanggungjawab yang besar dalam upaya menjaga warisan nusantara ini,” katanya.

Guna membangkitkan minat terhadap batik tersebut, Sri Sultan mengatakan bahwa perlu adanya sinergi antara modernitas dengan sisi klasik, unik dan tradisi luhur budaya Jawa. Sri Sultan menyambut baik ber­dirinya Workshop dan Galeri batik GKBI sebagai wisata edukasi untuk memperkenalkan kembali pada generasi muda sebagai media pengembangan dan pembelajaran tentang batik.

“Mari kita serukan lagi kebangkitan batik Yogyakarta dengan kebanggaan dan kecintaan terhadap generasi penerus agar mereka mau memakai batik Yogyakarta sebagai bagian dari kontribusi bagi bangkitnya industri dan pasar batik di era bebas,” katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo juga mengungkapkan keprihatinannya atas menurunnya minat generasi muda terhadap batik. “Guna menum­buhkan minat dan kecintaan generasi muda terhadap batik, pada 2012 Pemkab Sleman telah mengadakan lomba desain batik. Dari event tersebut sebanyak tujuh desain motif batik Parijoto keluar sebagai juara yang akhirnya digunakan sebagai motif batik ciri khas Sleman sampai sekarang,” katanya.

Pengurus GKBI Abdul Haris me­ngatakan bahwa tujuan didirikannya workshop dan galeri batik GKBI adalah sebagai tempat menampung dan memproduksi batik sekaligus sebagai media yang berpartisipasi untuk pengembangan batik di Yogyakarta dan dibuka untuk umum. “Saat ini GKBI melakukan pem­binaan pada 39 koperasi primer dengan kurang lebih 8.000 anggota sebagai upaya pengembangan batik,” katanya.(ant)

Close Ads X
Close Ads X