Refleksi Imlek PKB | Cak Imin Bicara Sosok Gus Dur

Jakarta – Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengungkap ilmu kehidupan ala Abdurrahaman Wahid (Gus Dur). Dengan ilmu itu, Cak Imin menyebut Gus Dur bisa menjadi Presiden ke-4 RI meski bermodal dengkul.

“Saya itu banyak belajar dari peradaban dan ilmu-ilmu Tiongkok. Salah satu bacaan favorit saya adalah Samkok. Saat Imlek PKB tahun lalu, saya justru mendapat pelajaran berharga dari Suhu Dutavira. Setelah saya renungkan. Itulah sebetulnya ilmu yang selama ini diajarkan kepada kita semua oleh Gus Dur, mengapa Gus Dur banyak dicintai rakyat, bahkan dengan modal dengkul bisa menjadi presiden,” ungkap Cak Imin di di Restoran Eka Ria di Jalan KH Zai­nul Arifin, Jakarta Pusat, Senin (12/2).

Cak Imin menjelaskan resep kehidupan ala Gus Dur itu didapatnya dari Suhu Dutavira. Kata dia, setidaknya ada lima unsur yang harus dijalankan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

“Kata suhu ada lima unsur yang harus diingat saat merayakan Imlek. Tapi saat ini saya bukan hanya mengingat, tapi saya belajar untuk sungguh menjalankannya. Karena inilah yang ada dijalankan Gus Dur dalam kesehariannya,” ujarnya.

Hal pertama yang mesti dilakukan adalah memperluas jaringan. Bagi Cak Imin, jaringan ini modal dan sumber segala urusan.

“Pertama, kita harus punya hopeng alias jaringan alias teman. Jaringan ini penting untuk sumber modal, ilmu, dan pasar. Maka, kita harus rajin silaturrahmi,” imbuhnya.

Faktor selanjutnya yang mesti ada dalam kehidupan adalah keberuntungan. Terkait unsur kedua ini, Cak Imin menekankan rasa optimis yang harus dimiliki oleh warga.

“Kedua, hok kie atau keberun­tungan. Maknanya, kita harus optimis bahwa kita bisa berhasil. Jangan suka pesimis. Selama kita memiliki niat yang baik untuk masyarakat, masyarakat akan memberikan dukungan,” katanya.

Tak hanya itu, Cak Imin menjelaskan setiap manusia juga perlu memperhatikan aspek spiritualitas. Dia mengajak semua orang untuk rajin beribadah dan saling menghargai setiap umat beragama.

“Ketiga, hong shui atau aspek spiritualitas,” imbuhnya.

Yang tak kalang penting, masih kata Cak Imin, adalah unsur saling timbal balik. Setiap warga, menurutnya, harus bisa saling merasakan kebahagiaan dan kesusahan masing-masing.

“Cheng lie atau saling timbal balik. Jangan egois, jangan mau menang sendiri. Kita berusaha merasakan kebahagiaan masyarakat akan menjadi kebahagiaan kita. Kesusahan masyarakat juga akan menjadi kesusahan kita,” terangnya.

Terakhir, faktor yang harus ada dalam diri manusia yaitu sikap kompromi. Kata Cak Imin, unsur inilah yang bisa memudahkan proses musyawarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kelima, cing cay atau kompromi. saling teposeliro, saling paham kebutuhan masing, saling toleransi, kita harus mengedepankan musyawarah untuk menjaga keputusan baik. Tidak saling ngotot,” tuturnya. (dc/van)

Close Ads X
Close Ads X