Presiden: Indonesia Layak Jadi Panutan Pengelolaan Kemajemukan

Purwakarta – Presiden Joko Widodo op­­timistis Indonesia layak menjadi panutan dunia dalam pengelolaan kemajemukan sehingga negara lain belajar dari Indonesia.

“Insya Allah Indonesia layak dija­­dikan panutan dunia, saya ajak guru ngaji, ulama, aktif menjadi perekat dan pemersatu warga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” kata Presiden Jokowi dalam peringatan Isra Mi’raj di Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah di Desa Nagrog Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/4).

Presiden Jokowi yakin umat Islam di Indonesia dapat me­nunjukkan Islam di Indonesia adalah agama yang cinta damai dan rahmat bagi semesta alam.

Jokowi menyebutkan saat ini mata dunia sedang melihat Indonesia, Indonesia dilihat lebih berhasil dalam pengelolaan keberagaman. “Ini anugerah kepada kita, sudah jadi kehendak Allah kita beragam. Kalau kita lihat negara lain, satu negara hanya punya 1-3 suku, kita punya ribuan suku, ribuan bahasa lokal, agama yang beda, 17.000 pulau,” kata Presiden Jokowi.

Ia mengingatkan semua ele­men bangsa harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. “Jangan sampia ada gesekan sekecil apapun,” katanya.

Ia menyebutkan ketika dirinya menerima tamu kenegaraan Raja Salman dan Presiden Afganistan, mereka menyampaikan keka­­gumannya kepada Indonesia dalam pengelolaan keberagaman. “Mereka menyampaikan keka­gumannya, bertanya kepada saya apa resepnya,” kata Jokowi.

Terkait peringatan Isra Mi’raj, Presiden Jokowi mengatakan Isra Miraj merupakan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Haram dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul Muntaha.

“Pesannya adalah agar kita selalu ingat perintah shalat, dan juga agar iman kita semakin kokoh,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Pre­siden Jokowi juga memberikan kuis kepada para santri dan santriwati serta memberikan hadiah sepeda kepada yang maju dan menjawab pertanyaan dari Presiden Jokowi.

Mendekati Rakyat
Presiden Joko Widodo mem­peringati Isra Mi’raj tahun 1438 Hijriah ini tidak di lingkungan Istana Kepresidenan dengan alasan untuk mendekatkan diri dengan rakyat.

“Biasanya peringatan Isra Mi’raj selalu di Istana Negara dan yang hadir sekitar 100-150 orang,” kata Presiden Jokowi ketika memberi sambutan saat peringatan Isra Mi’raj di Aula Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah Desa Nagrog Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa.

Presiden Jokowi menyebutkan biasanya yang hadir dalam peringatan itu para menteri, pimpinan lembaga negara dan para duta besar negara sahabat.

“Saya tanya ke Menteri Agama, terus kapan rakyatnya bisa hadir, kapan ketemu ulama, santri, guru ngajinya,” kata Presiden Jokowi.

Ia meminta ke depan, pe­ringatan Israj Mi’raj dilakukan secara bergantian di lingkungan istana kepresidenan dan di luar istana.

“Kalau pas di Istana Ke­­pre­sidenan, saya minta para santri, habib, ulama juga diundang, karena belum pernah masuk istana kan,” kata Presiden Jokowi.

Selain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, hadir dalam acara itu Mensesneg Pratikno, Wagub Jabar Dedy Mizwar, Bu­pati Purwakarta Dedi Mulyadi. Juga hadir pimpinan Ponpes Al Hikamussalafiyah sekaligus Ketua Forum Silaturahim Guru Ngaji (FSGN) KH Adang Badrodin.

Sementara itu Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Israj Mi’raj merupakan peristiwa luar biasa sehingga para ulama mentradisikan peringatan pe­ristiwa itu.

“Saat peristiwa itu Allah me­­wajibkan hambanya melak­sanakan shalat, sebagai tiang agama. Ketika sakitpun orang harus duduk berbaring, bahkan menggerakkan pelupuk mata, atau dengan hati,” katanya.

Menurut dia, hakikat shalat adalah untuk mencegah umat dari perilaku keji dan kemungkaran. “Kami sampaikan peringatan Isra Mi’raj tahun ini lain daripada yang lain, sejak dulu peringatan selalu diadakan di Istana Negara. Tahun ini tidak di Istana Negara karena Ba­­­pak Presiden menghendaki agar lebih dekat dengan masyarakat dan pondok pesantren,” katanya.

Ia mengaku peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara tempatnya terbatas sehingga hari ini diakomodasi untuk lebih dekat dengan masyarakat dan pondok pesantren.

“Kami mohon maaf karena tidak bisa mengundang tamu pejabat negara, dubes dan lain-lain karena ini dipadukan dengan kunjungan kerja Presiden,” kata Lukman Hakim.

(ant)

Close Ads X
Close Ads X