Mengenal Lebih Dekat Seorang Passang Rinpoche

Pertama kali naik pesawat dari kota Kalkuta India menuju Singapore banyak sekali cerita lucu yang bisa saya ceritakan. Sampai di airport Kalkuta saya hanya membawa beberapa potong jubah di dalam tas kecil, di sana saya bertanya pada petugas dengan menunjukan tiket pesawat mereka mengantar saya untuk melakukan prosedur check in.

Setelah itu, saya hanya ikut instruksi dari petugas sana harus berbaris untuk menunjukkan tiket lagi. Saat itu saya tidak tahu bahwa ada bagian imigrasi dan lainnya, dalam hati saya berpikir kenapa banyak sekali disuruh berbaris diperiksa dan disuruh duduk menunggu dan berbaris lagi duduk dan menunggu lagi.

Sampai setelah menuggu lebih dari dua jam, saya masih berpikir ini harus duduk menunggu berapa lama lagi agar bisa naik pesawat. Ternyata saat pesawat tiba-tiba saja terbang saya baru tahu bahwa saya sudah dalam pesawat yang sedang terbang.

Saya tidak tahu bahwa jaman sudah canggih ketika kita naik pesawat kita tidak perlu melihat pesawat dulu saat itu sudah ada yang namanya belalai atau tangga yang di bungkus dan di hubungkan langsung ke pesawat.

Sampai di Singapore, saya membawa banyak uang Rupe. Saya simpan dalam kain di bungkus dua lapis dengan kain bersih yang saya ikat di pinggang saya, dan saya tutup lagi dengan jubah.

Sampai airport Singapur saya kehausan ingin beli minuman. Tapi tidak tahu bagaimana mengucapkannya, saya hanya melihat sebuah tabung yang di isi air yang warnanya hitam dalam hati saya pikir itu pasti minuman coca-cola, setelah di berikan karyawan sana saya minum rasanya pahit sekali akhirnya saya baru tahu itu namanya kopi, di tempat saya di besarkan kami hanya minum teh mana pernah kami minum kopi.

Sejak saat itu saya takut sekali minum kopi karena masih ingat rasa pahitnya.
Dengan uang Rupe yang saya simpan di pinggang saya bayar mereka, ternyata uang Rupe saya tidak bisa mereka terima. Beruntung sekali saya saat itu berjumpa dengan karyawan yang begitu ramah, mereka membantu saya menukarkan uang saya.

Setelah ditukar semua, mereka hanya memberikan saya beberapa lembar uang Singapore. Kalau tidak salah saat itu uang yang mereka berikan tidak lebih dari tiga ratus Singapore dollar.

Inilah modal saya untuk hidup di negara pertama saya keluar dari tempat saya di lahirkan. Saya sempat tinggal di Singapore selama lebih kurang dua bulan baru melanjutkan perjalanan ke Malaysia.
Selama di Singapore dua minggu kenangan yang paling tidak bisa saya lupakan adalah saya berpikir kendaraan beroda tiga yang biasa di sebut becak merupakan kendaraan paling murah di sana, karena di India becak biasanya murah sekali.

Suatu hari saya kehilangan arah jalan untuk pulang ke tempat tinggal saya, saya pikir kalau memakai taxi akan mahal sekali. Saya memutuskan untuk cari becak dan ternyata setelah sampai tujuan bapak yang membawa becak meminta 70 dollar untuk bayaran, jika di hitung nilai uang sekarang itu kira kira 700.000 rupiah lebih.

Merasa lucu juga sangat sedih karena uang di kantong saya semakin tersisa sedikit sekali.
Tahun 2005 memulai perjalanan pembabaran Dharma menuju negara Singapore, Malaysia, Tiongkok dan Indonesia.

Pada tahun 2016 mengadakan Doa Bersama umat Buddha Nusantara untuk negeriku Indonesia dan meraih 2 rekor Muri yakni, umat Buddha berdoa bersama mencapai 12.887 umat Buddhis yang hadir dan termasuk berdoa untuk negeriku Indonesia terbesar yang diadakan di Pangkalan Udara Soewondo (sebelumnya Bandar Udara Internasional Polonia Medan).

Pada tahun 2017 melakukan perjalanan maha sujud sepanjang 303 kilometer dari tempat tinggal beliau semasa kecil menuju akademis Larung Gar selama 3 bulan 3 hari dengan tulus, ikhlas, ketekunan, keteguhan dan keyakinan. Untuk kebahagiaan semua mahluk dan sujud syukur atas semua Dharma yang di ajarkan Guru HH Jingme Punsok.

Pada bulan Oktober 2017 beliau mengasingkan diri melatih meditasi Samanta dan Vipassana diatas gunung dengan ketinggian 4.300 meter dengan cuaca di bawah -30 derajat celcius, selama 3 bulan dalam gubuk kecil yang terpencil dan sendiri.

Pada hari ke 30 pengasingan diri beliau, para penjiarah dan murid-murid mendapati bunga bermekaran di bawah salju di sekitar gubuk tempat tinggalnya, dan di dapati relix warna warni, juga banyak satwa liar yang datang berkunjung, merupakan suatu fenomena luar biasa yang melambangkan atas kebahagiaan banyak sekali mahluk.

Pada tanggal 18 Agustus 2018 di Grand Ballroom Balai Regale Jalan H. Adam Malik No 66-68 Medan. Acara dimulai pukul 18.00 WIB dan terbuka untuk umum, gratis dan tanpa tiket.
Para murid beliau dari kota-kota Indonesia dan dari manca negara berkumpul untuk melakukan puja Yen Kung, Chau Tu dan Dharma Talk.

Acara Dhammatalk, Chautu & Yenkung ini di adakan di beberapa kota antara lain, Bali, Batam, Medan, Jakarta, Malaysia, Makassar, Pekan Baru dalam tahun 2018.

Yen Kung merupakan ajaran Buddha yang terdapat dalam enam paramitta yaitu enam cara mengembangkan kebijaksanaan kita dalam belajar Buddha Dharma yaitu mencakup Dana, Sila, Khasanti, Viriya, Samadhi dan Prajna.

Sedangkan Chau Tu merupakan kegiatan pelimpahan jasa pahala baik dari keturunan yang masih hidup kepada arwah leluhur, sanak keluarga dan orang-orang dekat yang mempunyai ikatan jodoh dan karma.

Dan Dharmatalk merupakan suatu kegiatan yang luar biasa untuk menambah kebajikan dan kebijaksanaan untuk semua mahluk.

Ayoo para umat Buddhis kota Medan mari kita memupuk karma baik bersama dan melakukan pelimpahan jasa untuk para leluhur kita. Sadhu… Sadhu…Sadhu.
(netty-rel)

Bersama bikkhu dari Thailand di acara doa bersama

Bersama dengan pak Tongariodjo Angkasa di acara Chautu.

Murid murid beliau mengunjungi beliau sewaktu Melakukan maha sujud
Maha sujud 300 km
Kuti tempat meditasi , 2×3 meter
Tempat pengasingan diri selama 3 bulan diatas puncak Larung Gar 4300
meter diatas permukaan laut
Close Ads X
Close Ads X