Aktif Dukung Sumut Provinsi Literasi | Gubsu Puji Inisiatif Pegiat Literasi

Medan – Sebanyak 1.486 pegiat berhasil menyelenggarakan pelatihan massal cara menggunakan big book, sehingga Museum Rekor Indonesia-Dunia (MURI) mencatat aksi ini sebagai rekor baru di Indonesia.

Atas keberhasilan itu, Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mengucapkan terima kasih kepada pegiat yang mendukung pelatihan massal tersebut pada puncak Festival Literasi Sumatera Utara (FLSU) 2017 di halaman Perpustakaan Sumut, Jalan Brigjend Katamso, Medan, Rabu (18/10).

Secara khusus, ia berterima kasih kepada Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumut, Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (FORMALSU), Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI) dan Yayasan Pendidikan Parulian.

“Tentu saja kepada PT Dow In­donesia yang telah membiayai selu­ruh rangkaian kegiatan Festival Literasi Sumatera Utara 2017 ini,” terangnnya.

Tengku Erry memuji inisiatif para pegiat literasi yang aktif mendukung Sumut sebagai provinsi literasi. Semenjak dideklarasikan, masyarakat Sumut menyambut gerakan literasi secara luar biasa.

Komunitas-komunitas membaca tumbuh di beberapa tempat, lomba-lomba literasi digelar terus-menerus dan sekolah-sekolah dengan berani mendeklarasikan diri sebagai sekolah literasi.

“Ini merupakan bentuk nyata dukungan warga Sumatera Utara kepada program pemerintah,” tandasnya.

Pujian yang sama juga disampaikan Konsul Amerika Serikat (AS) Juha P. Salin atas keberhasilan pegiat literasi di Sumut meraih penghargaan dari MURI.

“Saya mengucapkan selamat kepada Gubernur Sumatera Utara,” puji Juha.

Juha mengatakan, Pemerintah AS melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) sejak 2015, telah aktif mendukung promosi gerakan literasi di Sumut. Termasuk melatih 33 ribu guru agar mampu mengintegrasikan literasi ke dalam pembelajaran.

“Kami juga menghibahkan 1,2 juta eksemplar buku bacaan berjenjang kepada 1.838 sekolah dasar dan ma­drasah di Sumut. Salah satu komponen dari buku bacaan berjenjang itu adalah big book, yang hari ini digunakan sebagai sarana pelatihan,” tambahnya.

Juha mengatakan, abad 21 adalah era informasi. Kemampuan mengelola dan memanfaatan informasi dengan baik merupakan kunci kepada pertumbuhan ekonomi, penguatan demokrasi dan penghargaan kepada lingkungan hidup. Membangun masyarakat literasi merupakan kerja jangka panjang.

“Kita tidak boleh puas dengan apa yang telah kita raih sekarang. Tantangan kehidupan terus berkembang seiring perkembangan teknologi. Kita harus senantiasa berinovasi dan bekerjasama untuk menjawab tantangan itu,” timpalnya.

Ketua Forum Masyarakat Literasi Sumatera Utara (Formalsu) Hasban Ritonga mengatakan, dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak, agar usaha membangun gerakan literasi bisa benar-benar terwujud. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tapi harus bekerjasama dengan masyarakat, swasta, sekolah dan media massa.

“Membangun budaya literasi merupakan kerja jangka panjang. Setiap individu memiliki peran signifikan. Kita membutuhkan keteladanan yang dicontohkan untuk mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam usaha ini,” terangnya.

Hasban mengatakan, Sumut beruntung karena sudah dideklarasikan sebagai provinsi literasi. Deklarasi itu dilakukan langsung oleh Gubsu dan Menristekdikti pada 20 Mei 2017.

“Festival Literasi Sumatera Utara ini kami gelar untuk mendukung Sumut sebagai provinsi literasi. Kami berharap kegiatan-kegiatan serupa bisa ditiru komunitas-komunitas literasi lainnya. Sehingga gerakan ini benar-benar meluas dan memberikan dampak hebat,” tukasnya. (swisma)

Tinggalkan Balasan

Close Ads X
Close Ads X