Ahli Lingkungan Ingatkan Pembangunan Berkelanjutan

Jakarta – Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian En­­vi­ronmental Scientists Association/IESA) mengingatkan agar pem­bangunan nasional me­nye­­im­­bangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sebab sumber daya alam dan jasa lingkungan memiliki keterbatasan.

Ketua Umum IESA Dr dr Tri Edhi Budhi Soesilo, Msi di Jakarta, Minggu (19/3), mengatakan tantangan utama pembangunan nasional saat ini antara lain, terus bertambahnya jumlah penduduk yang mendorong meningkatnya kebutuhan dan keinginan terha­dap barang dan jasa.

Di sisi lain, tambahnya, sumber daya alam tidak terbarukan semakin terbatas dan terjadi deplesi (penyusutan) kapital alam, sementara tingkat pengetahuan dan ketrampilan di Indonesia masih rendah.

“Serta pada kenyataannya, teknologi tidak mampu meng­gantikan sebagian besar fungsi sumber daya alam dan jasa lingkungan,” kata dia menjelaskan manifesto IESA yang merupakan hasil Kongres Pembangunan dan Lingkungan 2017.

Sebelumnya pada Sabtu (18/3), IESA menggelar Kongres Pem­­bangunan dan Lingkungan 2017 di Jakarta, yang dihadiri Staf Khusus Kepala Kantor Staf Presiden Noer Fauzi Rachman dan sejumlah tokoh seperti man­tan Menteri Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja.

Berdasarkan proyeksi Bap­penas, jumlah penduduk In­donesia akan mencapai 305,6 juta jiwa pada 2035. Sementara berdasarkan perhitungan Kemen­terian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, cadangan minyak mentah Indonesia akan habis dalam kurun 22,9 tahun, gas habis dalam 58,9 tahun, dan batubara habis dalam 82 tahun.

Sementara itu, menurut ka­jian UNDP tahun 2014, indeks pembangunan manusia di Indo­nesia saat ini baru mencapai 0,684 dan berada di peringkat 110, sedikit di atas Filipina yang berada di peringkat 115, namun jauh di bawah Tiongkok yang berada di peringkat 90.

Dalam situasi tersebut, ben­­cana alam di Indonesia justru menunjukkan peningkatan, seba­gaimana dinyatakan Badan Nasional Penanggulangan Ben­cana (BNPB) kejadian bencana di Indonesia naik dari 143 kejadian pada tahun 2002 menjadi 1.967 kejadian pada tahun 2014.

Sekitar 98 persen dari total kejadian bencana per tahun, ada­lah bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan. Tren bencana ke depan diproyeksi BNPB akan terus meningkat karena perilaku manusia (antro­pogenik).

Ketua Bidang Kerja sama dan Komunikasi IESA Mahawan Karuniasa menambahkan, me­­ningkatnya bencana hidro­­me­teorologis tak bisa lepas dari perubahan iklim yang saat ini terjadi. (ant)

Close Ads X
Close Ads X