Sel Punca Darah Kini Bisa Dibuat di Laboratorium

Untuk pertama kalinya, sel punca yang menghasilkan darah manusia telah berhasil diciptakan dalam laboratorium. Sel-sel itu nantinya dapat dipakai merawat orang dengan penyakit pada darahnya dengan menggunakan sel-sel mereka sendiri, bukannya dengan transplantasi sum-sum tulang dari seorang donor.

Selain menangani penyakit seperti leukemia, sel-sel punca yang dimaksud dapat dipakai menciptakan darah untuk keperluan transfusi.

Seorang peneliti bernama Carolina Guibentif di University of Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, “Ini hal penting. Jika orang bisa mengembangkan sel-sel itu dalam laboratorium secara aman dan dalam jumlah banyak, orang tidak usah lagi bergantung kepada para donor.”

Pada orang dewasa yang sehat, sel-sel punca darah ditemukan dalam sum-sum tulang, tempat penambahan pasokan sel-sel darah merah dan putih, serta platelet. Seperti diistilahkan oleh George Daley di Harvard Medical School, “Sel-sel itu seperti biang sel.”

Ketika sel-sel punca itu tidak men­jalankan tugas seperti seharusnya, sel-sel itu gagal menjaga pasokan sel-sel darah dalam jumlah yang mencukupi.

Sebagai akibatnya, tidak cukup oksigen yang mencapai jejaring tubuh sehingga menyebabkan penyakit-penyakit serius jika berdampak pada organ semisal jantung.

Sel-sel punca darah juga bisa lenyap karena kemoterapi pada pengidap leukemia atau kanker lain. Penderita penyakit-penyakit itu biasanya ditangani dengan sum-sum tulang dari donor yang sehat, lengkap dengan sel-sel punca darah. Ma­salahnya adalah mencari donor yang cocok.

Ada kemungkinan 25 persen kecocokan jika donor berasal dari saudara sekandung yang sehat, tapi kecocokan menjadi satu di antara sejuta jika sum-sum berasal dari orang asing, demikian menurut Daley.

Pembuatan Sel
Dalam upaya menciptakan sel-sel punca darah dalam laboratorium, Daley dan rekan-rekannya memulai dengan sel-sel punca serbabisa (pluripotent) dari manusia, sehingga memiliki potensi mem­bentuk hampir semua bentuk sel tubuh.

Tim itu kemudian mencari zat kimia yang dapat merangsang sel-sel punca itu menjadi sel-sel punca darah. Setelah meneliti gen yang telibat dalam produksi darah, para peneliti mencirikan protein pengendali gen, lalu menerapkannya pada sel-sel punca yang mereka pakai.

Mereka menguji banyak kombinasi protein dan mendapati 5 jenis yang bekerja bersama untuk merangsang sel punca menjadi sel punca darah. Ketika dicobakan pada tikus, sel-sel punca itu menghasilkan sel darah merah dan putih baru, demikian juga dengan platelet.

Satu tim lain menghasilkan temuan yang sama dengan sel punca yang diambil dari tikus dewasa. Raphael Lis dan rekan-rekan dari Weill Cornell Medical College di New York memulai dengan sel-sel yang diambil dari dinding paru hewan tersebut.

Hal itu didasarkan pada gagasan bahwa sel-sel serupa itu dalam embrio akhirnya membentuk sel-sel punca darah pertama. Tim itu kemudian mencirikan 4 faktor yang dapat merangsang sel-sel punca paru menjadi sel punca darah.

Langkah Maju
Dua temuan itu menjadi “terobosan”, demikian menurut Guibentif. “Inilah yang sudah dicoba orang-orang sejak lama.” Dengan penggunaan sel epitel tikus dewasa, Lis dan timnya menunjukkan potensi yang bisa dicapai ketika sel diambil dari manusia dewasa.

Sementara itu, tim Daley menggunakan sel punca manusia yang secara teori dapat dibuat dari sel-sel kulit, sehingga memberikan prospek pembuatan darah manusia di laboratorium.

Sel punca buatan laboratorium belum terlalu siap untuk digunakan pada manusia, demikian menurut Daley. Walaupun semua tikus tetap sehat selama eksperimen, ada risiko sel bermutasi dan menyebabkan kanker. Dan sel-sel hasil produksinya tidak sedemikian efisien dalam membuat darah dibandingkan dengan sel-sel yang ada dalam tubuh.

Tapi, setelah Daley dan tim berhasil menyempurnakan prosedur, mereka mungkin bisa membuat platelet dan sel darah merah untuk keperluan rumah sakit. Sel jenis itu tidak memiliki nukleus (inti), sehingga tidak bisa membelah diri dan berpotensi menyebabkan kanker. Ia berharap prosedur demikian bisa dipakai dalam beberapa tahun ke depan.

Pada akhirnya, Daley berharap agara sel-sel buatan itu bisa dipakai menjadi darah lengkap yang layak untuk transfusi. Selain pasokannya lebih terandalkan, darah buatan itu nantinya bebas penyakit.

Menurut Daley, “Ketika patogen seperti Zika bermunculan, orang harus memastikan bahwa darahnya aman. Kita akan memiliki kendali mutu.” (kc)

Close Ads X
Close Ads X