Meski Tidak Menyusui, Alasan Laki-laki Juga Punya Puting

“Mengapa laki-laki juga punya puting kalau tidak menyusui?” Begitulah kira-kira pertanyaan yang sering kali didengar oleh pakar biologi evolusi Stephen Jay Gould.

Saking seringnya, Gould pun menuliskannya dalam kolom jurnalnya pada tahun 1933, aku telah menerima lebih dari selusin permintaan untuk menjelaskan bagaimana evolusi dapat menghasilkan struktur yang begitu tidak berguna.

Namun, ternyata jawabannya berkebalikan 180 derajat dari pertanyaan tersebut. Bukannya dihasilkan oleh evolusi, puting laki-laki justru merupakan struktur yang ditinggalkan atau tidak bisa dihapuskan oleh evolusi.

Kepada Live Science, paleoantropolog Ian Tatterstall dari American Museum of Natural History, New York, mengatakan, laki-laki dan perempuan dibangun menggunakan rancangan genetik yang sama. Tapi, mereka kemudian berkembang ke arah yang berbeda di dalam kandungan.

Hal ini pun dijelaskan lebih lanjut di dalam buku Exploring the Biological Contributions to Human Health: Does Sex Matter? yang dipublikasikan oleh Institute of Medicine, Board on Health Sciences pada tahun 2001.

Selama beberapa minggu pertama di dalam kandungan, embrio laki-laki dan perempuan berkembang dengan model dan rancangan yang sama, lengkap bersama puting. Namun, pada minggu ke enam dan ketujuh, gen dari kromosom Y membentuk testis yang memproduksi dan menyimpan sperma dan hormon testosteron. Hormon tersebut mengubah aktivitas genetik pada kelamin dan otak, dan menjadikan janin laki-laki.

Namun, perubahan janin menjadi laki-laki tidak menghilangkan puting. Lalu, karena memiliki puting tidak menganggu keselamatan laki-laki, evolusi pun tidak memprioritaskan penghilangan puting.

“Tidak ada biaya metabolis apa pun dari memiliki puting. Faktanya, kita sebenarnya sudah membawa banyak beban evolusi dan seleksi alami tidak selalu ada untuk menghilangkan hal-hal yang tidak kita butuhkan,” kata Tatterstall. (kc)

Close Ads X
Close Ads X