Hamba Yang Dicintai Allah

Oleh : Robie Fanreza
Dosen Fakultas Agama Islam UMSU
Begitu besar pengorbanan atas nama cinta, membuat si pelaku rela melakukan apa saja demi yang dicintai. Beruntung juga disertai rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan cinta pada diri kita.
Jika tidak ada rasa cinta, hidup pun menjadi hamba dan hambar terasa. Sepasang kekasih bila sudah saling mencintai, motivasi dalam hidupnya pun bertambah sempurna dan baik. Dan apa saja yang diminta oleh pasangannya, si kekasih tersebut berupaya untuk mengabulkannya walaupun dalam keadaan berat dan susah. Nah, ini masih perasaan cinta sesama mahluk ciptaan Allah. Bagaimana cara kita meraih cinta Allah dan menjadi hamba yang dicintai Allah. Hingga ketika Allah semakin cinta pada kita, tidak memisahkan ruang dan waktu.
Alquran memberikan informasi, cara menjadi hamba yang dicintai Allah. Hal ini Allah ingatkan didalam surat ali-imran ayat yang ke seratus tiga puluh empat “ yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Dalam penafsiran Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir al-lubab terkait tentang ayat diatas menguraikan sebahagian sifat orang-orang yang bertakwa yakni gemar berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit, pandai menahan amarah dan memaafkan serta berbuat baik antara lain terhadap yang bersalah kepadanya. Pertama, berinfak adalah memberikan sesuatu kepada siapa saja bisa dalam bentuk benda atau non-benda. Benda itu bisa saja uang dan emas, kemudian yang tidak bersifat non-benda adalah membuat orang bahagia, terseyum, memberikan ketentraman, memberikan solusi kepada orang yang bermasalah, dsb. Pembaca yang disucikan hatinya, gampang bagi kita untuk berbagi dikala sedang senang atau lapang. Karena kita tidak punya beban, berbeda bila berinfak dalam keadaan sempit beban itu begitu terasa. Misal, kita temukan teman yang sedang kesusahan dan membutuhkan bantuan, tatkala datang kepada kita dan saat itu kita dalam keadaan senang dan bahagia. Tentunya kita berusaha untuk membantu kesulitan yang teman kita hadapi. Tetapi taktala kita sedang dalam keadaan tidak bahagia, bisa jadi kita pun bertanya dalam hati “Jangan engkau yang sedang dirundung masalah, aku pun tak jauh beda”. Apalagi bantuan itu bersifat uang yang kita berikan kepada orang lain, waktu senang gampang sekali kita berbagi. Karena tidak merasa khawatir apa yang akan terjadi besok hari, masih ada tabungan atau simpanan. Bisa kita banyangkan kita harus berbagi, saat kita sedang susah. Tentunya akan mempengaruhi pikiran kita untuk membantu atau tidak.
Kedua, cerdas dalam mengendalikan emosi atau amarah. Orang yang dirundung dengan kemarahan membuat hatinya gunda gulana dan tidak memberikan kehabagian lahir dan batin. Orang yang tersulut emosi, mampuh melakukan hal apa saja untuk meluapkan emosinya. Missal, mengeluarkan umpatan-umpatan melalui lisanya atau menggancurkan sesuatu yang didekatnya. Karena itu Allah sangat mencintai hamba yang mampuh mengendalikan amarah. Ketiga, memaafkan kepada orang yang bersalah kepada kita. Baiknya adalah bukan menunggu orang tersebut datang kepada kita untuk meminta maaf tetapi kita sebagai korban segeralah memaafkan. Ada ungkapan memaafkan itu mudah, tetapi sulit untuk melupakan kejadiannya. Sulit memang, maka dibutuhkan proses untuk melupakannya dengan yakin kepada Allah ingin menguji kualitas iman kita.
Penutup
Menjadi hamba yang dicintai Allah ternyata tidak sulit. Dengan berinfak diwaktu lapang dan sempit, cerdas mengendalikan emosi atau amarah, dan saling memaafkan kesalahan orang lain. Semoga kita mudah dalam melakukan hal demikian. Fasta Biqulkhairat

Close Ads X
Close Ads X