Sedetik Sebelumnya

“Sang Bhagava telah sadar, Beliau mengajarkan Dhamma untuk kesadaran; Sang Bhagava telah menaklukkan kekotoran batin, Beliau mengajarkan Dhamma untuk penaklukan; Sang Bhagava telah mencapai ketenangan batin, Beliau mengajarkan Dhamma untuk pencapaian ketenangan; Sang Bhagava telah menyeberang, Beliau mengajarkan Dhamma untuk pencapaian pantai seberang; Sang Bhagava telah mencapai Nibbana, Beliau mengajarkan Dhamma untuk pencapaian Nibbana” Majjhima Nikaya, I, 235.

Hidup ini, tidaklah pasti dan juga tidak bisa diprediksi, apa yang bakal terjadi sedetik kemudian. Segala sesuatunya, pasti akan mengalami perubahan atau anicca (Ketidak-kekalan). Mari kita renungkan

Pertama: Sedetik sebelumnya, dia adalah saudaraku, tapi karena pertengkaran dan emosi yang tidak terkontrol, akhirnya…, persaudaraan itu hancur berantakan. Coba direnungkan, jika emosi terkontrol dengan baik dan benar. Akankah terjadi hal-hal yang tidak diharapkan ??? “Bathin adalah putih suci, namun dia ternodai oleh kekotoran bathin yang sebelumnya tidak ada. Orang awam tidak menyadarinya, oleh karenanya mereka tidak menjaga bathin nya. Bathin adalah putih suci, dan dapat dimurnikan dari kekotoran bathin yang sebelumnya memang tidak ada. Siswa yang agung mengerti hal itu, oleh karenanya mereka menjaga bathin mereka”. Anguttara Nikaya I : 10.

Oleh karena itu, rutin dan rajin-rajinlah melatih dan mengontrol kondisi bathin agar terbebas dari kemalangan atau kesialan yang tidak diharapkan. Caranya, kikis dan sirnakan ke egois-an atau ke aku-an setahap demi setahap. Sadari dan yakini bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar hebat dalam kehidupan ini. Semuanya, dalam proses pembelajaran yang butuh saling bantu-membantu dan tolong-menolong.

Kedua: Sedetik sebelumnya dia adalah sahabat karibku, tapi karena keegoisan, persahabatan ini berubah menjadi permusuhan. Orang yang egois atau mementingkan diri sendiri, hidupnya akan hambar dan jauh dari kebahagiaan. Karena, akan diasingkan dalam lingkungan pergaulan. “Bangun ! Berjagalah ! Apakah gunanya mimpi-mimpimu ? Bagaimana engkau dapat meneruskan tidurmu, Bila engkau sedang sakit ditusuk oleh panah kesedihan” Sutta Nipata 331.

Segeralah sadari akan hal ini dan jadilah orang yang suka dan senang berbagi kepada siapapun juga yang membutuhkannya. Ingat, suatu kondisi akan bisa menerima, karena kita pernah memberi atau bisa berbagi. Apapun yang kita perbuat, cepat maupun lambat, pasti akan kembali kepada diri kita sendiri. Itulah realita dari kehidupan ini. Ketiga: Sedetik sebelumnya, dia adalah masih pasangan hidup yang sangat kucintai, tapi karena tidak mau saling mengalah, tidak jujur dan setia, akhirnya cerai dan hancur. “Kalau di setiap gerak langkah yang akan dilalui dan selalu diliputi oleh kebijaksanaan maka akibat (hasil) nya akan senantiasa berdampak positif, baik bagi diri sendiri maupun pihak – pihak lain. Tanpa mata kebijaksanaan, seseorang tidak ubahnya seperti orang buta yang menginjak lentera penunjuk jalan”. Khuddhaka Nikaya 173.

Keempat: Sedetik sebelumnya, dia adalah pejabat yang sangat terkenal, tapi karena keserakahan (Korupsi), hidupnya menjadi hancur berantakan. Menuntut lebih dari kapasitas (Kemampuan atau kebutuhan) dan tidak adanya rasa puas (Serakah), adalah salah satu penyebab timbulnya derita yang berkesinambungan. Tiga jenis pikiran; yang menyebabkan kebutaan, hilangnya pandangan dan pengetahuan, yang mengakhiri kebijaksanaan, yang berhubungan dengan kesulitan dan tidak menuntun ke Nibbana. Apa yang tiga itu? Pikiran yang didasari keserakahan, pikiran yang didasari kebencian dan pikiran yang didasari keinginan merugikan. Tiga jenis pikiran yang memberi penglihatan, pandangan dan pengetahuan, yang meningkatkan kebijaksanaan, yang berhubungan dengan keselarasan dan menuntun ke Nibbana. Apa yang tiga itu ? Berpikir didasari penghentian, berpikir di dasari cinta-kasih dan berpikir didasari keinginan-menolong”. Itivuttaka: 82.

KE-5 : Sedetik sebelumnya, dia masih hidup, tapi karena ketidaksabaran, dia meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. “Sebenarnya, orang-orang yang baik adalah mereka yang senantiasa berterima-kasih dan bersyukur”. Vinaya, IV: 56. Dan seterusnya. Selalulah sabar (Jangan terlena) dan bijak dalam hidup ini, karena kita tidak akan tahu “apa” yang bakal terjadi sedetik kemudian.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia, sadhu,…sadhu,..sadhu,…

Close Ads X
Close Ads X