Petani Lesu Harga Karet Anjlok

Langkat  | Jurnal Asia
Para petani karet  (Havea Braciliencies) di Bahorok-Langkat Hulu mengeluh karena harga jual anjlok hingga mencapai antara Rp 7.300- 8.000 per kilo. Hal itu terjadi saat transaksi di pasaran/pajak getah Minggu (31/8). Sejumlah petani mengaku kecewa dengan anjloknya harga jual karet. Kekecewaan lebih diperparah lagi dengan tidak adanya pembeli.
“Meski murah terjual di pasaran tapi masih tetap untung karena ada yang mau beli. Namun jika sudah tak laku lagi, kami mau bagaimana lagi,” demikian terdengan keluhan yang disampaikan salah sorang petani di pasaran/pajak getah Buyung (43 thn) salah seorang buruh deres warga Sukamaju me­ngaku tidak tahu lagi harus kerja apa. Untuk mencari tambahan sangat sulit. Sementara jika dipertahankan sebagai penyadap sudah tidak menjanjikan, karena tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarga.
“Belum lagi saat menderes terkendala cuaca hujan seperti saat ini  sehingga tidak bisa bekerja, Akibatnya mengurangi omset petani,” ujar Buyung dengan mimik sedih.
Kekecewaan yang sama juga dikeluhkan Arju (35 thn) warga desa Timbang Lawan. Menurutnyta sudah repot dengan kondisi seperti ini, harga anjlok. Pekerjaan menderes sudah tidak lagi membawa perubahan pencerahan ekonomi tapi malah sebaliknya.
Disinggung tentang omset penyadap, dikatakan Arju jika harga membaik sebenarnya lumayan. Nilai jual dibagi dua dengan pemilik lahan setelah dikeluarkan biaya cost lansir dari lahan ke tempat penjualan.
“Namun jika nilai jual sepertii saat ini pekerja dan pemilik lahan sama-sama tidak mendapat hasil yang memuaskan,” katanya.
Sementara Najaruddin (42 thn) salah seorang pemilik lahan dari desa Timbang Jaya terlihat lesu saat pembagian nominal transaksi hasil kebunnya. Disebutkannya, jangankan merawat lahan dan tanaman untuk biaya hidup saja sudah minus. Jadi tidak terpikir lagi untuk membersihkan areal, apalagi untuk merawat seperti pemupukan serta lainnya .
Informasi dihimpun dari beberapa agen/toke di pasaran getah Titi Payung Bahorok menyebutkan beberapa bulan terakhir harga jual karet bertahan di level Rp 7000-Rp 8000/kg.
Menurut pihak agen/tokr perbedaan harga berdasarkan kebersihan/mutu ball karet . Harga tertinggi dijual dua minggu sekali serta menggunakan transportasi sungai yang diangkut secara manual dengan memanfaatkan rakit buatan. Kondisi harga karet yang cukup anjlok sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat. Jika saja sekilo karet masih mampu membeli sekilo beras yang bermutu, petani tidaklah merasa kewalahan. Namun kondisi saat ini pemasukan petani karet tidak mampu menstabilkan nilai kebutuhan hidup, belum lagi biaya pendidikan anak serta lainnya.  (meg)

Close Ads X
Close Ads X