Nilai Rupiah Terkerek Rp14.000 Per US$ | Pasar Keuangan Tak Terpengaruh Pilkada

Medan | Jurnal Asia
Hajatan besar Pemilihan Ke­pala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia pada Rabu (9/12) ti­dak memberi dampak signifikan ter­hadap nilai Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pa­da sesi perdagangan kemarin atau kurang dari 24 jam menjelang Pilkada justru Rupiah terpuruk hing­ga menembus level 14.000 per USD.

Pelemahan Rupiah ini juga menekan kinerja IHSG yang juga ditutup turun pada sesi penutupan perdagangan. Begitupun, pelemahan Rupiah ini lebih dikarenakan oleh sisi eksternal.
Analis Saham Pasar Modal, Gunawan mengungkapkan, di pekan ini sebenarnya tidak ada data-data yang signifikan mampu mempengaruhi pasar. Hanya saja, memang ekspektasi menjelang keputusan The FED pada tanggal 16 mendatang mengarahkan kemungkinan besar kenaikan suku bunga acuannya.

“Saya menilai, pasar hanya memanfaatkan momentum Pilkada ini sebagai bentuk antisipasi terkait dengan resiko politik selama Pilkada berlangsung. Akan tetapi, isu utama yang menjadi fokus perhatian pasar adalah semakin dekatnya keputusan The FED untuk menaikkan suku bunga yang dijadwalkan pada tanggal 16 mendatang,” katanya, Rabu (9/12).

Menurut Gunawan, jika Pilkada berlangsung aman dan itu tidak akan banyak membawa perubahan bagi kinerja rupiah. Mata uang Rupiah masih berpeluang melemah seiring dengan meningkatnya tekanan dari sisi eksternal.

Walau demikian, lanjutnya, Pilkada yang berlangsung demokratis dan aman ini akan menjadi jaminan bahwa perhelatan politik di Indonesia masih mampu menggaransi ke­amanan dan kenyamanan bagi investasi. Sehingga tidak akan me­nim­­bulkan gejolak di pasar ke­uangan dan menekan kinerja rupiah.

“Dan menjeang rapat gubernur bank Sentral AS ini, saya menilai apa yang dilakukan oleh The FED akan menjadi acuan bagi pelaku pasar nantinya. Walau demikian, kalaupaun ada kenaikan suku bunga acuan, Rupiah masih mampu dipertahankan di kisaran 14.000 per US Dolar. Saya melihat potensi tekanan ke level 14.200 masih sangat terbuka,” bebernya.

Akan tetapi, katanya, jika nan­tinya suku bunga acuan dite­tapkan sama oleh The FED. Maka saya menilai kebijakan ini akan memberikan dorongan bagi Rupiah untuk menguat terhadap US Dolar. Saya melihat potensi Rupiah menguat ke level 13.200 hingga 13.500 sangat terbuka jika The FED urung menaikkan bunga.

Sementara itu, setelah Pilkada, ia melihat Rupiah berpeluang menguat kembali di bawah level 14.000 menjelang akhir pekan nanti. Setidaknya data dari tiongkok khu­susnya laju tekanan inflasi atau consumer price index mengalami kenaikan sebesar 1.5 persen year on year. Lebih baik dari ekspektasi ekonom sebelumnya yang memperkirakan akan naik 1.4 persen dan realisasi bulan lalu yang hanya naik 1.3% (YoY).

“Di akhir pekan ini, saya melihat tidak ada sentiment yang cukup signifikan mampu menekan kinerja mata uang rupiah. Minimnya sejumlah data yang akan dirilis, ditambah lagi data-data dari AS akan mampu diimbangi dengan data-data dari Tiongkok. Maka sentiment selanjutnya adalah Indeks US Dolar yang merepresentasikan ekspektasi kenaikan suku bunga The FED. Jika US Dolar index mengalami kenaikan, maka disaat itu peluang Rupiah kembali tertekan akan sangat terbuka,” tandasnya. (netty)

Close Ads X
Close Ads X