Konsumsi CPO Sulit Diganti Minyak Kedelai

Jakarta | Jurnal Asia
Industri minyak sawit men­tah alias crude palm oil (CPO) sedang diterpa isu negatif yakni adanya pem­bukaan lahan de­ngan cara pembakaran hutan. Hal ini menimbulkan tudingan terhadap pelaku industri CPO sebagai penyebab kabut asap yang membahayakan lingkungan.

Isu negatif seputar CPO menjadi peluang kampanye hitam. Apalagi, CPO memiliki substitusi, salah satunya mi­nyak kedelai (soybean) dengan harga lebih murah. Mengutip Bloomberg, Rabu (28/10) pukul 18.25 WIB harga CPO kontrak pengiriman Januari 2016 di bursa di Malaysia Derivative Exchange naik 0,8% dari sehari sebelumnya menjadi RM 2.341 atau US$ 549 per metrik ton. Selama sepekan harga CPO turun 1%.

Pengamat Komoditas, Ibrahim mengatakan, harga minyak kedelai memang cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan CPO. Harga soybean kontrak pe­ngi­riman Desember 2015 di bursa Chicago Board of Trade pada Rabu (28/10) pukul 18.25 WIB berada di USd 28,11/ bushel.

Namun, minyak kedelai lebih banyak dikonsumsi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sedangkan CPO dikonsumsi di wilayah Asia serta Eropa Timur. Dengan kondisi ini, CPO sulit masuk ke wilayah AS dan Eropa, demikian juga sebaliknya di mana minyak kedelai sulit masuk ke wilayah Asia. “Karakter orang yang berbeda sulit menerima barang substitusi, apalagi untuk di­kon­sumsi dari sisi rasanya berbeda,” ujar Ibrahim.

Meski isu negatif sedang menimpa CPO, Ibrahim ragu minyak sawit dapat mengambil peluang ini. Apalagi, kasus kebakaran hutan bukan hanya disebabkan pembakaran hu­tan secara sengaja, namun efek dari pemanasan global. Oleh karena itu, isu tersebut tak banyak mempengaruhi pergerakan harga CPO.

Menurut Ibrahim, turunnya harga CPO lantaran permintaan global melemah seiring de­ngan perlambatan ekonomi. Menguatnya nilai tukar dollar AS sejak The Fed mulai meng­indikasikan kenaikan suku bunga turut menekan harga komoditas termasuk CPO.
(mtv)

Close Ads X
Close Ads X