Kemerdekaan = Ayo Kerja

Dua hari lagi kita akan merayakan 17 Agustus, hari yang amat sangat bersejarah bagi bangsa kita yang tercinta ini. Hari diamana kita akan memperingati kemerdakaan bangsa ini yang kini sudah menginjak usia ke-70. Usia yang cukup matang bagi sebuah bangsa. Namun, usia tersebut ternyata masih belum juga membawa kita kepada kemajuan dan kesejahteraan.

Tema diusung dalam HUT RI ke-70 kali ini adalah Ayo Kerjaā€¯. Tema tersebut tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Sekretariat Negara. Sebuah gagasan yang sangat besar arti dan peranannya di tengah-tengah masyarakat.

Sebetulnya, kita itu masih belum bisa dikatakan sepenuhnya merdeka. Kalau secara fisik, kita memang sudah merdeka, lepas dari belenggu penjajah. Tetapi secara tidak langsung atau secara halus kita itu masih terjajah. Seperti dalam hal ekonomi, pendidikan, budaya dan bidang kehidupan lainnya. Coba lihat, kita masih saja tergantung pada pihak lain, dalam hal ini: asing.

Saya sendiri kalau ingat 17 Agustus, identiknya dengan upacara, perlombaan, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kemerdekaan. Saya masih ingat, di masa saya SMA pun, di sekolah dulu masih ada yang namanya perlombaan. Dan saya hanya tahu 17 agustus itu identiknya, ya dengan hal-hal yang formal-nya saja.

Padahal, intinya kemerdekaan itu bukan terletak pada hal-hal yang bersifat formal-nya saja, seperti upacara. Yang lebih penting adalah pemaknaan arti dari kemerdekaan itu sendiri.
Dalam hal ekonomi sudah jelas masih terjajah. Kita kalah bersaing dengan negara lain. Hal tersebut tercemin dengan masih banyaknya kemiskinan, pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan. Padahal semestinya bisa menjadi negara dengan ekonomi yang kuat. Sebab, kita didukung oleh sumber daya yang melimpah. Salah satunya: sumber daya alam. Tapi, sumber daya yang dimiliki malah dinikmatinya oleh asing.

Perusahaan-perusahaan multinasional dengan leluasanya mengeruk sumber daya kita. Memang, mereka datang kesini untuk tujuan investasi. Menanamkan modal. Akan tetapi, kalau akhirnya hanya untuk mengeruk habis sumber daya, ya tentu itu tidak bisa dibiarkan.

Tentu, para pendiri bangsa ini akan sedih kalau melihat keadaan bangsa hari ini. Korupsi yang merajalela. Kemiskinan yang masih betah bersama masyarakat. Padahal, dulu para pendiri bangsa ini tentunya menginginkan Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan maju.

Kemudian, kita bisa lihat pertikaian antar golongan yang sangat bertentangan sekali dengan prinsip negara kita: yang menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian, meskipun berbeda agama, etnis, budaya ataupun bahasa. Kini, malah banyak pertikaian yang dikarenakan masalah agama atau etnis.

Lalu, generasi muda yang memprihatinkan. Kini, mayoritas generrasi muda bangsa ini mempunyai rasa nasionalisme-nya amatlah rendah. Para pemuda sudah tergerus oleh budaya asing dan lupa dengan budayanya sendiri. Pokoknya, bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Dan tentu masih banyak hal-hal yang masih patut kita renungkan oleh bangsa ini diusianya yang ke 70.
Maka, seharusnya momentum ini digunakan untuk merubah keadaan. Kita harus sadar, Indonesia adalah bangsa yang terus berbenah dalam artian ekonominya masih carut-marut. Boleh dikatakan, bangsa ini belum menemukan jati dirinya. Kita mesti mau berubah. Kita tidak boleh jalan di tempat.

Jadi, marilah kita manfaatkan momentum 17 Agustus ini untuk memperbaiki keadaan bangsa ini. Momentum ini jangan cuma acara ceremonial-nya saja yang diutamakan. Sebab, sekali lagi, yang paling penting adalah bagaimana momentum ini membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini. (*)

Close Ads X
Close Ads X