Diklaim Senjata Spektakuler

Sejumlah anggota TNI bersama warga menurunkan peti jenazah Pratu TNI Ibnu Hidayat ke liang lahat saat prosesi pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Dongko di Desa Kebonbatur, Demak, Jawa Tengah, Kamis (18/5). Pratu Ibnu Hidayat merupakan satu dari empat anggota TNI AD yang tewas dalam insiden kecelakaan saat latihan tempur Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau pada Rabu (17/5). ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww/17.

Meriam termasuk senjata andalan yang digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI Angkatan Darat. TNI memiliki 18 unit meriam Giant Bow yang tersebar di Satuan Arhanud se-Indonesia. Sembilan di antaranya ditempatkan di Markas Batalion Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad di Serpong, Tangerang, Banten.

Meriam jenis Giant Bow yang disebutkan mengalami gagal fungsi dalam gladi bersih Latihan PPRC di Tanjung Datuk Natuna Kepulauan Riau, Rabu (17/5)

Tak ada keterangan spesifik—minimal yang disampaikan kepada publik—yang menjelaskan alasan TNI membeli senjata itu dari perusahaan militer Norinco yang berbasis di Tiongkok. Namun berdasarkan ulasan singkat di laman Komando Daerah Militer Cendrawasih, Kodam17cenderawasih.mil.id, TNI rupanya kesengsem dengan klaim keunggulan senjata itu.

TNI bahkan menyebut meriam Giant Bow “memiliki kecepatan tembak yang spektakuler” dan “senjata yang sangat efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah”. Giant Bow salah satu senjata yang dikategorikan twin gun karena memiliki laras ganda.

Meriam itu juga memiliki mobilitas yang sangat tinggi dalam pengoperasiannya alias mudah digerakkan dan ditempatkan di berbagai medan. Kecepatan luncur proyektilnya 970 meter per detik. Jarak tembaknya, maksimum 1.500 meter untuk sudut vertikal dan maksimum 2.000 meter untuk sudut horizontal. Secara teori, meriam itu dapat menembakkan 1.500–2.000 proyektil dalam waktu satu menit saja.

“Meriam Giant Bow ini sendiri mampu menjatuhkan berbagai jenis helikopter tempur dan pesawat,” sebagaimana dikutip dari laman itu.

Keunggulan lain senjata perontok pesawat dan helikopter tempur itu dapat dioperasikan dalam tiga mode, yaitu mode otomatis penuh, mode semi otomatis, dan mode manual. Dalam mode otomatis penuh, Giant Bow dikendalikan melalui perangkat pada kendaraan BCV (Battery Command Vehicle) sebagai firing control system untuk penembakan. Mode semi otomatis berarti dikendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari baterai pada meriam. Sedangkan pada mode manual dikendalikan awak meriam sebanyak tujuh personel.

Sebagai salah satu senjata modern, Giant Bow juga memang dapat disandingkan dengan kendaraan BCCV (Battery Command and Control Vehicle). Dapat dikendalikan sebanyak empat sampai delapan pucuk secara bersamaan dari jarak jauh. Dalam pengoperasian dengan BCCV, setiap pucuk tidak memerlukan jasa juru tembak, tetapi semua keputusan tembakan dilakukan secara terpusat dari truk komando BCCV.

(vn)

Close Ads X
Close Ads X