Berawal dari Nasi Bungkus | Ina Madjidhan Jadi Pelopor ‘Gerakan Berbagi’

Amalia Medina Madjidhan atau lebih dikenal Ina Madjihan adalah wanita pelopor dari komunitas ‘Gerakan Berbagi’ yang masih aktif sampai sekarang. Wanita yang akrab disapa Ina itu mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan sosial sekalipun sebelumnya. Gerakan Berbagi menjadi langkah awalnya untuk membuat hidupnya bermanfaat untuk orang lain.

“Saya dulu pernah dengar kalau ingin gelas kita terisi terus maka kita harus tuangkan isinya untuk orang lain. Itu pemicu saya pada Rabu malam tahun 2010 lalu, habis salat saya berdoa saya ingin berguna untuk orang lain walaupun belum pernah melakukan kegiatan sosial,” papar Ina saat berbincang di sebuah mall di Pondok Indah, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Untuk mewujudkan niat itu, Ina mengawali langkahnya dengan memberikan nasi bungkus kepada orang-orang di pinggir jalan. Ina sempat kaget ketika tahu bahwa makanan yang akan dibagikan hingga 750 bungkus padahal dia hanya memesan 50 bungkus. Hal tersebut membuat Ina semakin yakin menjalani gerakan sosial ini.

Bermula hanya di Jakarta Selatan saja, kini program nasi bungkus menyebar ke Bali, Kalimantan, Padang, dan beberapa wilayah lainnya dengan bantuan relawan dari Gerakan Berbagi yang ada di daerah-daerah tersebut. Wanita yang hobi membaca dan terampil membuat kerajinan tangan itu ingin memperluas virus berbagi supaya semua orang belajar peduli terhadap sekitarnya.

“Saya merasa menjalani nasi bungkus adalah pelajaran yang berharga banget. Di rumah saja ada, misalnya nasi dengan telor. Kita hanya berbagi kok dan kamu tidak perlu kelaparan. Pada dasarnya, nasi bungkus pintu pembuka bagi orang-orang yang mau melakukan kegiatan sosial,” jelas Ina lulusan Diploma Visual Communication di Australia dan London School of Public Relation angkatan pertama itu.

Setelah menjalani program nasi bungkus, Ina mulai berpikir ingin mengembangkan bantuannya tidak cuma sekadar memberi bantuan pangan saja. Dengan segenap keyakinan serta dukungan dari relawan-relawan Gerakan Berbagi, kegiatan komunitas sosial ini merambah menjadi empat aspek, yaitu berbagi pangan, kesehatan, pendidikan, dan tanggap darurat.

‘Gerakan Berbagi’ selalu mempunyai program setiap bulannya. Program terbaru mereka adalah mengunjungi rumah sakit untuk menghibur anak-anak yang sedang menderita. Selain itu, adapula kunjungan ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro Panti Penyantunan & Rehabilitasi Anak Cacat Ganda Terlantar. Dalam bidang pendidikan, ada sekitar 50 lebih anak-anak yang dicarikan orangtua asuh hanya untuk membiayai pendidikan mereka, seperti dari SPP, seragam, dan kebutuhan sekolah lainnya.

Untuk gerakan tanggap darurat, Ina serta relawan dari Gerakan Berbagi sudah memiliki 70 pendonor siaga yang lolos pemeriksaan ketat untuk aferesis (teknik pengeluaran komponen darah tunggal dari pasien atau donor).

“Alhamdulillah 70 relawan siaga kita itu lolos dengan baik. Sesama pendonor selalu gathering karena setiap bulan ada kegiatan besar ya, kunjungan ke rumah sakit atau kunjungan ke Anak Cacat Ganda Terlantar,” jelas wanita yang bekerja sebagai guru senam pribadi sejak 1997 itu.

Kegiatan Ina yang padat tidak membuat dia melupakan keluarganya. Ina bercerita kalau dia sudah empat tahun tidk mempunyai asisten rumah tangga. Semua dikerjakannya sendiri, mulai dari mengantar anak sekolah, berkunjung ke rumah orangtua, membersihkan rumah, hingga mengajarkan putri satu-satunya itu belajar. Bahkan, salah satu temannya menitipkan anaknya untuk belajar bersama.

“Allah memang memberikan saya 24 jam. Cukup nggak cukup, itu cukup. Saya masih bisa nyuci, saya masih bisa mengurus anak, saya masih bisa ke salon. Jadi, manajemen waktu itu memang dibikin sedemikian rupa sama Maha Mengatur ini bahwa saya mampu,” cerita Ina yang dalam kesehariannya bicara dengan nada lembut layaknya seorang ibu. Saat ditemui, Ina baru saja mengantarkan putrinya ke sekolah serta menyempatkan diri ke salon terlebih dahulu.

Aktivitas sosial yang sudah dia tekuni selama tiga tahun pastinya didukung oleh suami serta buah hatinya. Suaminya, Andi Yanwar, yang berwiraswasta di bidang kontraktor itu, ikut aktif menjalani aksi sosial dalam Gerakan Berbagi. Tidak jarang, Ina mengajak anaknya, Andina Firasha Zahra yang masih berumur 10 tahun saat melaksanakan kegiatan sosial.

Wanita kelahiran 9 November 1973 itu merasakan mengalami perubahan hidup yang cukup signifikan setelah menjalani Gerakan Berbagi. Dia menjadi lebih sadar diri dan merasa berguna untuk orang lain. Dia selalu berusaha fokus, yakin, dan menjalani apa yang seharusnya dijalankan.

Bagi wanita Indonesia yang ingin menjadi relawan, wanita yang terpilih sebagai satu dari tiga inspiring women oleh Sunlight dalam kampanye ‘100 Kekuatan Cinta Wanita’ ini menyarankan agar Anda tidak pernah membatasi diri dan tidak hanya ikut-ikutan saja. Semua tergantung niat dari hati Anda.

“Jangan pernah membatasi diri untuk melakukan kebaikan, jangan pernah bilang bahwa diri kita nggak bisa karena kebaikan sekecil apa pun pasti akan berdampak. Untuk aksi sosial yang bicara cuma hati ya,” sarannya mengakhiri pembicaraan. Siapa mau menyusul Ina? (wp)

Close Ads X
Close Ads X