Anggota Bersenjata ‘Raja Rimba’ Serahkan Diri ke Polisi

Banda Aceh | Jurnal Asia
Seorang anggota kelompok bersenjata pimpinan Raja Rimba menyerahkan diri ke polisi. Nasrul alias Sikleung (30) turun gunung setelah bernegosiasi dengan Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Saladin selama dua minggu. Nasrul dijemput Saladin dan beberapa anggota polisi di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Perlak, Aceh Timur, Aceh. Saat itu, ia turun gunung setelah mendapat jaminan dari Kabid Humas. Proses penyerahan diri dibantu kepala desa dan keluarga Nasrul.

“Dia sudah seminggu lalu mau menyerah. Tapi karena saya ada tugas, baru sempat menjemput dia kemarin,” kata Saladin saat menggelar konferensi pers di Mapolda Aceh Jalan Teuku Nyak Arief Banda Aceh, Minggu (17/1).

Nasrul menyerahkan diri pada Sabtu (16/1) kemarin sekitar pukul 09.00 WIB. Rencananya, Nasrul turun pada Jumat malam, namun karena kondisi hujan deras, ia akhirnya menunda hingga pagi hari. Selain menyerahkan diri, Nasrul juga menyerahkan satu granat nanas yang masih aktif.

Barang bukti tersebut ia simpan tak jauh dari rumahnya. Tak lama berselang, tim Jibom Brimob datang untuk mengamankan granat yang sudah berkarat tersebut. “Nasrul tidak punya senjata, hanya granat nanas saja. Itu pun diduga peninggalan konflik,” ungkapnya.

Menurut Saladin, Nasrul terlibat dalam penculikan karyawan PT Medco E&P, Marcom Primrose (60) asal Skotlandia di Aceh Timur pada Juni 2013 silam. Saat itu, Marcom diculik kelompok bersenjata pimpinan Raja Rimba dan kemudian dibawa ke sebuah gubuk di pedalaman Aceh Timur untuk disandera.

Nasrul kala itu bertugas menjaga sandera. Hanya beberapa hari berada di hutan, Marcom akhirnya dibebaskan Nasrul tanpa sepengetahuan Raja Rimba. Ia juga menuntun jalan agar warga Skotlandia tersebut dapat menyelamatkan diri. “Jadi Nasrul ini tidak terlibat langsung dalam penculikan, ia hanya diperintahkan oleh Raja Rimba untuk menjaga sandera,” jelas Saladin.

Sejak penculikan karyawan Medco, Nasrul dan anggota kelompok Raja Rimba lain masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Aceh Timur. Selama pelarian, Nasrul kerap berpindah-pindah tempat dan lebih sering berada di hutan.

Setelah menyerahkan diri, Nasrul kini diamankan di Polda Aceh. Menurut Saladin, polisi akan memberikan keringanan hukuman terhadap Nasrul. “Tentu ada keringanan. Langkah yang diambil Nasrul ini sangat kita apreasiasi,” kata Saladin.

Merasa tidak tega
Kejadian tersebut terjadi pada Juni 2013 silam. Saat itu, Nasrul dihubungi oleh Raja Rimba untuk bertemu dengannya. Nasrul dan Raja Rimba sudah lama berteman dan keduanya satu kampung di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peurelak, Aceh Timur, Aceh.

Tanpa ada rasa curiga, Nasrul menemui Raja Rimba di hutan pedalaman Aceh Timur. Ia kemudian diminta untuk menjaga sebuah gubuk di sana. Tak lama berselang, Raja Rimba beserta beberapa temannya meninggalkan lokasi. “Saya baru tahu di dalam rumah ada sandera pada malam hari waktu ada orang yang mengantar nasi,” kata Nasrul.

Korban penculikan waktu itu adalah karyawan PT Medco E&P, Marcom Primrose (60) asal Skotlandia. Mengetahui ada sandera, Nasrul berubah pikiran. Ia yang baru sehari bergabung dengan kelompok tersebut mengaku tidak tega melihat Marcom disandera untuk diminta tebusan.

“Saya juga berfikir ini bertentangan dengan hukum,” jelasnya. Setelah semalam menjaga sandera dan melihat ada kelengahan dari beberapa anggota kelompok bersenjata lain, Nasrul akhirnya mengambil tindakan nekat. Ia melepas Marcom tanpa sepengatahuan Raja Rimba. Tak hanya itu, Nasrul juga menuntun Marcom agar dapat menyelamatkan diri.

Tindakan Nasrul membuat Raja Rimba marah. Pasalnya, hari tersebut merupakan waktu yang dijanjikan untuk memberi uang kepada penculik sebagai tebusan. Setelah aksi nekatnya, Nasrul kemudian memisahkan diri dari kelompok Raja Rimba. “Saya waktu itu berfikiran saya sudah dikejar-kejar oleh polisi dan Raja Rimba. Akhirnya saya lari ke Medan (Sumatera Utara),” ungkap Nasrul.

Tiga hari berada di Medan, Nasrul memutuskan untuk pulang ke Aceh Utara. Di sana, ia tinggal di hutan maupun di tempat-tempat yang dia anggap aman. Untuk menyambung hidup selama pelarian, pria lajang ini kadang mencari ikan atau pun membantu warga bertani.

Setelah buron hampir tiga tahun, Nasrul berencana untuk menyerahkan diri. Ia kemudian berkomunikasi dengan Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Saladin selama dua minggu. Ia akhirnya turun gunung pada Sabtu (16/1) kemarin. “Selama dikejar-kejar polisi, hidup saya tidak tenang. Saya kadang sendiri di gunung karena sudah berpisah dengan kelompok. Baru sekarang saya tenang kembali,” jelas Nasrul.
(dtc)

Close Ads X
Close Ads X