Ulah Fadli Zon

Belum usai juga rupanya sang ketua dewan ini membuat “ulah.” Bagaimana tidak bukannya minta maaf dan menutup kasusnya, malah ini melebar ke mana-mana. Sebenarnya kisah ini bukan kasus dan sederhana kalau mau bersikap seperti Pak Jokowi, kala menghadiri wisuda puteranya di Singapura.

Kala itu Joko Widodo selaku pribadi memilih pesawat ekonomi, dan kalau tidak salah ingat kolega di Singapura (PM) sebagai tuan rumah menyediakan jemputan, bukan KBRI lho. Bisa saja, sah, dan wajar jika Jokowi naik pesawat kepresidenan, toh melekat tidak bisa tidak. Saat itu pun ramai, bagaimana soal keamanan, mempertaruhkan negara, dan sejenisnya.

Nah ini hanya puteri petinggi parpol dan dewan. Sebenarnya tidak menjadi masalah kalau tidak ada pernyataan selanjutnya dari Fadli Zon sendiri yang malah ke mana-mana. Biasa mempertahankan diri karena ketahuan apa yang dilakukan itu tidak pantas (meskipun dia berdalih tidak tahu). Meminta maaf dan tidak perlu mengaku sebagai kritis, di luar pemerintahan, dan ada kesan menuduh KJRI atau KBRI telah berlaku “jahat”.

Lebih lucu lagi menelpon menlu, dan meminta penjelasan dari KJRI atau KBRI. Pertama, bagus ketika ia mengatakan minta maaf dan mengirimkan uang dua juta sebagai pengganti pengeluaran pihak kedutaan. Angkat jempol ada pejabat mau mengakui salah, eh ternyata bejibun dalih yang mengikuti sangat bertolak belakang dengan permintaan maaf sedang puasa lagi. Kedua, pada ngaku-ngaku ada yang mau menjatuhkan. Dia harusnya tahu bahwa dia itu yang menjatuhkan dewan bukan orang mau jatuhkan dia.

Ketiga, sama sekali tidak tahu isi surat itu. Ini bisa saja terjadi, namun berarti birokrasi di dewan yang model surat sakti dan permintaan ke lembaga lain sebagai hal baik perlu diperbaiki bukan malah berdalih seperti ini. Apa yang sudah dilakukan untuk surat Setnov menagih hutang? Surat Rachel Maryam? Ini soal pola, kebiasaan, dan jangan-jangan memang kebiasaannya begitu.

Kemudian menimpakan kesalahan ke KJRI atau KBRI. Jika itu tidak ada, dan tiba-tiba ada surat tersebut bolehlah “menuduh” mereka yang menjatuhkan kedudukannya. Lha ini fakta dan ia akui dengan mengirim uang itu, kok malah menyalahkan pihak lain, apalagi mundur karena malu, eh malah menyalahkan pihak lain.

Lihat bagaimana contoh yang diberikan pemerintah yaitu presiden yang naik pesawat ekonomi padahal cuma ke Singapura. Sikap berlebihan untuk membela diri malah membinasakan diri. Ia juga menelpon menlu minta penjelasan, sama halnya meminta penjelasan dari KBRI atau KJRI, ini berlebihan karena masalah pribadi kok mengapa membawa-bawa jabatan dan kedudukan.

Sangat tidak profesional. Lebih baik minta maaf dan berjanji tidak mengulangi, daripada malah mempermalukan diri dengan berlaku demikian. Jika Fadli Zon berpikir untuk menjatuhkan dirinya dengan surat ini berlebihan.

Lebih baik meminta maaf itu baik dan luhur, mengapa harus dipenuhi lebih banyak embel-embel yang malah terkesan memojokkan pihak lain, mencari pembenar atas kesalahan sendiri, dan mencari kambing hitam.

Ingat pejabat tinggi negara lho, konsekuensi dan implikasinya tidak kecil. Negara ini dirusak justru oleh petinggi negeri. Rakyat kerja keras bangga akan kebesaran bangsa, namun malah dimakan rayap yang bernama petinggi negeri. (*)

Close Ads X
Close Ads X