TNI-Rakyat Kemanunggalan Hebat

Refleksi HUT 73 TNI

Kemanunggalan TNI –Rakyat bukan diciptakan, tapi dilahirkan dari spirit sejarah yang tumbuh menjadi kekuatan hebat. Dulu, pejuang merintis kemerdekaan Tanah Air dengan menjadikan penjajah sebagai musuh bersama. Kini, TNI sinergi bersama rakyat dan lintas sektoral membangun ketahanan bangsa.

Tidak banyak angkatan bersenjata negara-negara di dunia lahir dari spirit sejarah penuh kisah heroik perjuangan bangsa. Indonesia, satu di antara sedikit negara yang melahirkan tentara dari “rahim” rakyat dan bangsa pejuang. Karena itulah mengembalikan ingatan sejarah, seakan membangunkan kesadaran penting tentang kebersamaan TNI dengan rakyat dalam menjaga kedaulatan negara dan menegakkan cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan bersama-sama.

Sejarah mencatat, cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) memang lahir di tengah kancah perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan dari ancaman penjajah yang ingin menguasai Indonesia melalui kekerasan senjata. TNI berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pasca kemerdekaan, BKR mengalami perubahan-perubahan, baik susunan organisasi maupun dari segi nama kesatuan. Berawal pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Guna memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, TKR dirubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dua tahun kemudian, tepatnya 3 Juni 1947, Presiden Soekarno meresmikan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai organisasi militer resmi pemerintah yang menyatukan TRI sebagai tentara reguler dengan badan-badan keamanan rakyat lain yang ada waktu itu.

Ditilik dari sejarah pembentukannya, TNI yang juga pernah menyandang nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada masa Orde Baru, kemudian kembali menjadi TNI sampai sekarang, pada dasarnya merupakan tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional. Tentara yang lahir dari rakyat dan mengemban amanah tugas untuk kepentingan rakyat.

Membangun TNI Profesional

Seperti diketahui, kemerdekaan bangsa Indonesia diperoleh dari tetes keringat dan darah perjuangan rakyat yang telah melahirkan TNI sebagai penjaga kedaulatan negara milik rakyat. Sebagai kekuatan pertahanan keamanan negara, TNI dituntut mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat yang kuat dan profesional. TNI yang profesional adalah TNI yang menyadari jatidirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional.

Tentara rakyat, dapat diartikan TNI yang berasal dari rakyat harus selalu dekat dengan rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Dengan demikian TNI akan selalu dekat dengan rakyat, akan tetap didukung dan dicintai oleh rakyat, sehingga akan tercipta kemanunggalan TNI dengan rakyat.

Tentara pejuang, dapat diartikan TNI selalu berjuang untuk menjaga, mengawal dan melindungi bangsa dan negara Republik Indonesia dari setiap bentuk ancaman. Baik ancaman kedaulatan dari negara luar atau ancaman keamanan terhadap rakyat.

Tentara nasional, dapat diartikan TNI bertindak tidak berpihak atas kepentingan kelompok dan golongan. TNI bekerja demi membela bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD ‘45.

Tantangan Teritorial

Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dengan letak geografis strategis berada di titik silang empat benua. Posisi ini menguntungkan secara ekonomi perdagangan antar negara, sekaligus memiliki potensi ancaman keamanan dari negara luar, baik langsung atau tidak langsung.

Perbatasan dengan negara tetangga di lautan dan daratan mengandung potensi konflik dan dinamika ancaman keamanan nasional yang kompleks. Mulai konflik perbatasan, klaim kepemilikan pulau, pencurian ikan di perairan Indonesia, penyeludupan barang ilegal, terorisme, perombakan, manusia perahu hingga dampak konflik negara-negara lainnya.

Tentu saja wilayah teritorial yang luas dan karakteristik geografis negara kepulauan merupakan tantangan tersendiri bagi TNI selaku aparat penjaga kedaulatan negara. Tantangan itu ditambah dengan perkembangan kejahatan internasional maupun ancaman-ancaman negara luar yang memanfaatkan alat-alat canggih. Menghadapi fakta tersebut, TNI dituntut profesionalitas yang tinggi.

Berbicara profesionalitas, tentu saja tidak sekadar membicarakan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pada tataran SDM, sebenarnya kita tidak meragukan personil TNI kita yang telah teruji dalam berbagai keberhasilan misi operasi internasional, prestasi di berbagai even kompetisi militer tingkat internasional dan terkenal sebagai tentara pejuang yang andal.

Cakupan teritorial yang luas dengan personil dan anggaran terbatas menjadi tantangan khusus yang memerlukan siasat cermat. Keterbatasan anggaran berimplikasi terhadap keterbatasan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki. Benar, kita telah memiliki industri pertahanan militer seperti pabrik senjata dan galangan kapal perang. Persoalannya bagaimana memaksimalkan potensi yang dimiliki guna mengikuti perkembangan pertahanan militer yang makin canggih. Ini tidak sederhana dan memerlukan kajian cermat dan bijaksana.

Persoalan anggaran memang menjadi alasan klise hambatan profesionalitas. Suka tidak suka, kedepan kita harus berpikir rasional menyikapi kebutuhan anggaran pembangunan pertahanan keamanan negara kita. TNI memang dididik untuk tidak mengeluh dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk tantangan pribadi menghadapi masa depan kehidupan mereka sendiri.
Kemanunggalan TNI-Rakyat

Profesionalitas TNI biasa dilihat dari kompetensi prajurit dan alutsista yang mumpuni, namun kesejahteraan prajurit juga bisa dilihat sebagai bagian profesionalitas manajemen memperlakukan SDM. Selain itu, profesionalitas TNI juga dilihat dari karakter personal TNI di tengah masyarakat.

Seperti kita ketahui, peran, fungsi dan tugas TNI sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004 banyak mengalami perubahan. Selain TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan keamanan, TNI berperan sebagai tentara yang membangun kekuatan bersama rakyat. Karena itulah dalam implementasi undang-undang tersebut tugas pokok TNI dibagi dua yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

Operasi militer selain perang menjadi penekanan yang amat penting dalam rangka membangun relasi kedekatan dengan rakyat. Operasi militer selain perang diantaranya mengatasi mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) , karya bakti TNI, penyuluhan dan pendampingan petani mengawal program swasembada pangan.

Berbagai momen kegiatan TNI bersama rakyat seharusnya terus dipupuk dalam rangka menguatkan jatidiri TNI sebagai tentara rakyat. Sebagai tentara rakyat TNI memang harus dekat dengan rakyat. Tantangan kedepan, menjaga kebersamaan TNI-Rakyat yang sudah terbina dari ulah segelintir oknum yang tidak menggambarkan pelaksanaan dari nilai jatidiri TNI sebagai tentara rakyat. Kabar baiknya, pimpinan TNI telah memiliki formula menyelesaikan setiap konflik oknum anggota dengan rakyat dengan cepat, tegas dan bijak sehingga spirit kebersamaan TNI-Rakyat yang terbangun tidak rusak.

Di tengah bangsa majemuk, TNI menjadi perekat keberagaman yang kuat. Karena itulah TNI harus menegaskan jati diri sebagai tentara nasional yang tidak boleh melupakan rakyat. Bila pertahanan negara ingin kuat, TNI harus dekat dengan rakyat.

Sekali lagi, berkaca pada sejarah perjuangan bangsa, kekuatan tentara yang bersandar kepada rakyat, merupakan bentuk pertahanan semesta yang hebat. Ini karena perjuangan melibatkan seluruh potensi bangsa untuk turut serta dalam bela negara. Dalam konteks membangun pertahanan negara yang tengah dihadapkan berbagai tantangan global, kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan pusat kekuatan pertahanan yang hebat.

*) Penulis wartawan Harian Jurnal Asia.

Close Ads X
Close Ads X