Tingkatkan Kualitas Moral pada Anak

Sejumlah siswa dan siswi TK Aisyiyah Kampung Sewu Solo mengikuti kegiatan manasik haji di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (6/3). Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan tata cara pelaksanaan ibadah haji kepada anak sejak dini. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/aww/17.

Tujuan awal dari pendidi­kan ialah mencetak manusia yang cerdas dan kreatif. Namun demikian, ternyata masih me­miliki kelemahan pada aspek perkembangan karakter bangsa yang berkualitas. Pendidikan sangatlah penting bagi setiap orang. Apalagi Anak bangsa yang memiliki tanggungjawab besar bagi Indonesia. Namun, moral anak bangsa Indonesia saat ini semakin merosot, maka dari itu ponda­si di awal pendidikan haruslah kuat. Alangkah baiknya sejak ke­cil sudah diberikan pendidikan mengaji. hal itu dapat mencegah rusaknya moral anak bangsa. karena kurangnya pendidikan agama yang di­tanamkan sejak kecil dapat berefek pada saat dia besar. Moral adalah perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Demi mencegah rusaknya mo­ral anak bangsa, diperlukan gerakan yang mengajarkan anak sedari dini menanamkan moral dengan cari mengaji. Karena perkembangan zaman yang super maju membuat sejumlah anak berlomba-lomba mengikutinya.

Akhir-akhir ini, kita me­li­hat berbagai kasus yang men­cer­minkan penurunan kualitas moral rakyat Indonesia. Mulai dari ma­raknya kasus tawuran remaja, kasus narkoba dan minuman keras, kasus hamil di luar nikah dan praktik aborsi, Kurangnya pegangan terhadap agama, de­ngan kurangnya pe­gangan terhadap agama maka seseorang akan kehilangan jati dirinya sendiri bahkan akan kehilangan kontrol pada dirinya sendiri. Karena kontrol yang paling kuat yaitu terdapat pada dirinya sendiri.Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun.

Kemajuan dunia globalisasi yang semakin menantang kehi­du­pan para anak bangsa tentu­nya harus dibarengi oleh adanya penguatan moral dan agama sebagai upaya mengantisipasi jika kemajuan dunia globalisasi tersebut dapat menjerumuskan anak bangsa ke arah kehidupan yang negatif serta dapat meru­sak citra bangsa Indonesia di mata dunia internasional.

Moralitas anak bangsa In­donesia pada jaman sekarang ini menurut beberapa penelitian para pakar psikologi sudah sangat mem­perihatinkan, ka­rena 75 % dari generasi muda Indonesia sudah terjebak da­lam kehidupan bebas yang penuh dengan gemerlapnya penyebaran, penyelundupan dan pemakaian narkoba. Narkoba pada saat ini merupakan bahaya dalam menghancurkan moralitas anak bangsa, karena jaringan peredaran NARKOBA dan se­jenisnya telah berurat akar di Indonesia, bagaikan suatu jaringan peredaran darah dalam tubuh manusia yang setiap saat dapat mengundang kematian anak bangsa.

Dalam mencegah kerusakan moral anak bangsa, gerakan nusantara mengaji hadir untuk menyelamatkan anak bangsa. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Dikti (Menristekdikti) M Nasir mengatakan, tradisi mengaji harus digalakkan di berbagai kampus. Menurut dia, membaca Alquran dapat mem­percepat ter­laksananya revolusi mental. Dia mengatakan, me­ngaji Alquran secara totalitas dapat mencegah sifat-sifat ta­mak dan menahan diri dari mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya.

Sedangkan revolusi mental, kata dia, menjadi gerakan yang berupaya menjadikan ma­sya­rakat lebih saleh, yakni me­la­kukan sesuatu yang benar dengan proses dan cara yang benar. “Revolusi mental ha­rus segera digalakkan di se­luruh Nusantara,” kata dia. (Sindonews.com)

Selain itu, gerakan nusantara mengaji ini dinilai mampu mem­bangun karakter bangsa. Dalam mengaji anak-anak akan menjadi pribadi yang lebih baik. Gerakan ini juga menjalin kerjasama dengan kementerian Desa Pem­bangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) untuk membuat program Nu­santara Desa Mengaji. Program tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, tak hanya secara fisik tetapi juga mental dan spiritual.Koordinator Nu­santara Mengaji, Jazilul Fawaid mengatakan, Indonesia di­ba­ngun dari spirit Alquran oleh para pendiri bangsa. Agar pem­bangunan bangsa ini tidak me­lenceng dari niat awalnya, kata dia, perlu ada gerakan Nusantara Mengaji di seluruh wilayah di Tanah Air.

Apapun itu, yang jelas peran orang tua untuk mengajarkan anak mengaji secara langsung jauh lebih baik dan efektif dari pada diserah­kan kepada orang lain. Sebab seca­ra psikologis keterikatan emosional akan terbentuk sedemikian rupa an­tara mereka. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perilaku, kebiasaan anak se­kaligus membentuk karakter mereka. Perlu diingat bahwa habituasi (pembiasaan) dengan kegiatan-kegiatan baik serta ketauladanan orang tua memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Dia ibarat fondasi kokoh yang sulit diruntuhkan. Sadarkah kita bahwa pekerjaan para tokoh pembaruan yang sulit bukanlah menemukan ide-ide pembaruan akan tetapi mendekonstruksi budaya buruk yang sudah terbangun secara kolektif. Artinya ketika budaya dan kebiasaan tersebut dibangun berdasarkan nilai-nilai kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi budaya baik yang kokoh dan mampu bertahan walaupun diterpa berbagai godaan dan hasutan.

*)Penulis Adalah Alumni FKIP UMSU

Close Ads X
Close Ads X