Stop Membully

Kemarin Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo datang berkunjung ke tanah batak. Di sana ada dipakaikan kepada Jokowi pakaian adat batak, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi. Namun belakangan, entah mengapa mendadak viral di medsos status-status membully beliau.

Hal ini sangat disayangkan karena tentunya, kedatangan Jokowi ke tanah batak merupakan kebanggaan tersendiri dan motivasi bagi masyarakat Batak dalam usaha mereka memajukan pariwisata Danau Toba dan sekitarnya. Masyarakat Sumatera Utara tentunya merasa didukung penuh oleh pemimpinnya untuk memperbaiki dan membenahi pariwisata Danau Toba dan sekitarnya.

oleh sebab itu, untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan bangga itu, Jokowi diberikan sebuah Ulos, yang merupakan kain tradisional Batak dan sortali yang biasanya memang dipakai oleh raja-raja Batak. Selain fungsinya yang secara harafiah sebagai pakaian tradisional dan untuk menghangatkan tubuh, Ulos pada dasarnya sarat dengan makna, yakni melambangkan kasih sayang dan persaudaraan.

Oleh sebab itu Ulos kerap menjadi instrumen penting yang digunakan di berbagai acara seperti pernikahan, upacara kematian, upacara penyambutan bagi tamu-tamu penting dan sebagainya. Tentunya nama dan jenis ulos yang digunakan berbeda-beda, tergantung acaranya.

Ulos yang diberikan kepada Jokowi merupakan suatu bentuk penghargaan sekaligus persaudaraan dari masyarakat Batak kepada pemimpinnya. Jadi bila ada perkataan seperti yang beredar di media sosial baru-baru ini, sangat tidak bermoral karena telah menghina masyarakat Batak, pemimpin negara dan seluruh bangsa Indonesia.

Semboyan terkenal Bhineka Tunggal Ika bukan dibuat secara asal-asalan. Berbeda-beda tapi tetap satu jua, harus terus dijunjung tinggi untuk menyatukan negara kita yang sungguh luas ini. Dan untuk menjunjung hal itu tentunya diperlukan kerendahan hati untuk mau bertoleransi dan menerima perbedaan yang ada. Bukannya malah menghina orang lain atau suku lain.

Belakangan, saya dengar pemilik account tersebut telah dilaporkan ke Polda Sumut karena dianggap telah melakukan penghinaan kepada presiden dan suku Batak. Investigasi pun mulai digelar untuk mencari siapa sebenarnya pemilik akun ini.

Dan tentunya menyetujui langkah ini karena pada dasarnya penghinaan kepada pemimpin negara harus ditindak tegas. Tidak bisa dipungkiri, dalam setiap negara tidak seluruh rakyatnya menyukai pemimpinnya.

Sekalipun seorang warga negara tidak menyukai pemimpinnya, tidak sepantasnya juga seseorang menghina pemimpin negara di depan khayalak publik, meskipun hanya sebatas media sosial. Penyampaian kritik terhadap pemimpin pun hendaknya tetap memenuhi aturan beretika, sebagai ciri masyarakat yang demokratis. (*)

Close Ads X
Close Ads X