Stop Main Hakim Sendiri

Aneh rasanya jika perlakuan manusia sekarang ini tidak manusiawi. Bagaimana tidak. Contohnya peristiwa tragis yang terjadi di Bekasi baru-baru ini. Seorang pria tewas dikeroyok warga dan dibakar hidup-hidup hanya karena dituduh mencuri amplifier musala.

Banyak yang menyayangkan perbuatan tersebut. Video dan informasi begitu cepat menyebar di media sosial. Tak jarang netizen menyesalkan aksi anarkis tersebut. Kalaulah menurut penulis, istilah yang tepat menggambarkan kejadian tersebut adalah “Prasangka buruk menghasilkan tindakan buruk yang serupa”.

Berbagai kecaman dan rasa keprihatinan yang mendalam turut mewarnai pemberitaan ini. Berbagai pihak menyayangkan aksi pembakaran yang dilakukan gerombolan orang yang berada di sekitaran tempat kejadian.

Aksi “brutal” sekelompok orang yang juga masyarakat kita ini, bukan satu atau dua kali terjadi.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa peristiwa main hakim sendiri ini terus terjadi. Kebanyakan menyebut bahwa hal ini terjadi karena krisis kepercayaan masyarakat terhadap aparat keamanan.

Sehingga masyarakat mengadakan tindakan pengadilan “jalanan” bagi para pelaku dan juga terduga yang melakukan kejahatan. Efek yang diharapkan dari tindakan ini diharapkan membuat orang yang berkeinginan melakukan tindakan yang sama akan jera.

Krisis kepercayaan masyarakat terhadap aparat acapkali dijadikan alasan pembenaran tindakan masyarakat tersebut. Begitu juga dengan kejadian pembakaran di Bekasi, “kambing hitam” dari apa yang dilakukan oleh masyarakat adalah petugas hukum.

Ketua Indonesian Police Watch(IPW) mengaminkan pula hal ini. Neta S Pane berpendapat bahwa ada sebagian masyarakat yang tidak puas dengan kinerja Polisi menyelesaikan kasus, sehingga akhirnya main hakim sendiri.

Tetapi benarkah demikian adanya? Apakah penyebab dari “kebrutalan” masyakarat kita ini hanya karena Polisi tidak mampu maksimal menyelesaikan kasus hukum? Tidak adakah penyebab lain yang membentuk masyarakat kita seakan kehilangan hati nurani dalam suatu tindakan tidak manusiawi membakar sesamanya?

Apa yang harus dilakukan,agar kejadian tidak terpuji ini dapat direduksi dan bukan menjadi kebiasaan dan bahkan dianggap normal oleh masyarakat kita?

Polisi pun kemarin menjadi sorotan masyarakat, terkait dengan kasus-kasus yang seringkali tidak diselesaikan dengan baik. Hal ini pun menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Banyak yang tidak percaya dengan apa yang dilakukan petugas, hingga acapkali lembaga ini masuk dalam penilaian yang buruk dari masyarakat.

Ketika humanisme sudah hilang, kejadian seperti ini dibilang ‘wajar’. Wajar karena di setiap sudut wilayah banyak orang yang main hakim sendiri. Lantas, apalah gunanya Negara yang mempunyai sebuah lembaga hukum jika tidak dipatuhi?

Melalui hal di atas, diharapkan kejadian destruktif seperti yang terjadi di Bekasi dan daerah lainnya tidak terjadi lagi. Karena aksi yang demikian sungguh tidak manusiawi dan diluar nalar tiap orang. (*)

Close Ads X
Close Ads X