Hujan sebentar,air tergenang disejumlah kawasan Kota Medan.Dalam intensitas hujan yang lebih lama,sungai dan parit meluap sehingga banjir menggenangi rumah warga.Menanggapi banjir yang sudah menjadi langganan itu,opini yang mengemuka tidak satu kata. Ada yang memahami banjir yang kerap menghampiri Kota Medan sebagai bencana alam biasa sebagai konsekuensi kondisi permukaan tanah kota Medan yang cekung bagai kuali raksasa. Karena itu tidak perlu mencari kambing hitam. Sebagian lain menuding banjir akibat kesalahan perilaku masyarakat dan pengelolaan infrastruktur dan tata kota yang gagal.
Bencana atau human eror,banjir terlanjur sering merepotkan warga Kota Medan. Dengan tidak mengabaikan faktor alam, pendapat adanya kontribusi manusia dalam bencana banjir kota, tampaknya lebih berdampak positif. Paling tidak, hal itu bisa membangkitkan kesadaran semua pihak agar introspeksi diri.
Menyerahkan persoalan banjirsemata-matapada kategori bencana alam melahirkan sikap permisif.Banjir takdir alam yang tidak bisa digugat penyebabnya.Pendapat ini biasanya digunakan sebagai cara selamat oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap problem banjir di kota-kota besar.
Bisa Diantisipasi
Sebagai fenomena alam, kedatangan musim hujan memiliki pola yang bisa diprediksi.Hujan adalah fenomena cuaca biasa di negeri beriklim tropis yang bisa dideteksi lebih dini oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Lembaga pembaca cuaca itu berkali-kali mengingatkan prediksi cuaca ketika datang musim hujan. Seharusnya informasi cuaca bisa dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesiapan datangnya banjir. Persoalannya, seberapa tanggap dan seberapa terbiasa kita menanggapi informasi? Jawabannya, tergantung kepekaan masing-masing pemangku kepentingan.
Sering kali kita terperanjat membaca sebuah informasi, namun kita belum terbiasa menindaklanjuti informasi menjadi bagian dari kebijakan kita untuk menyikapi situasi yang diinformasikan. Kita belum terbiasa memanfaatkan informasi menjadi sumber referensi kebijakan di masa mendatang. Sering kali kita abai dengan gejala alam. Cuaca buruk yang sudah diperingatkan lebih awal tidak kita jadikan “informasi” untuk melakukan antisipasi dampak yang akan kita alami. (Muhamad Gunari)