Resah Karena Sampah Plastik

Sampah, semakin dihujat semakin ada dimana mana. Tidak hanya di sudut pasar, di lokasi pariwisata, dan di keramaian saja. Bahkan di kedalaman hutan serta di tepi laut pun bisa temui onggokan sampah

Sampah plastik memang bikin resah. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman menyayangkan Indonesia berada di urutan kedua negara dengan tingkat kejorokan terhadap sampah plastik. Peringkat Indonesia ini berada setelah Tiongkok.

Hampir semua orang mengerti tentang cara sederhana dalam pengolahan sampah. Setidaknya tahu mengenai mana yang sampah organik dan mana sampah yang non organik. Tapi sayangnya hanya berhenti pada sekedar tahu, tidak lebih dari itu. Seolah olah kita hanya mempercayakan masalah ini pada petugas penanggulangan sampah. Sampah adalah monster yang sangat kejam.

Mengapa demikian? Menurut pendapat penulis, sampah plastik yang terus menerus menumpuk dan membentuk sebuah gunung yang menjulang tinggi, maka tamatlah riwayat bumi dan manusia. Kita tahu tentang bahaya sampah, kita mengerti tentang cara sederhana menjinakkan sampah, tapi sampah semakin tak terkendali.

Ada banyak orang yang peduli dengan penanggulangan sampah, pahlawan lingkungan tidak semakin sedikit, orang-orang kreatif yang menyulap sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna juga semakin banyak, tapi sampah tetap meluber.

Kenapa ya? Apakah kita kekurangan slogan tentang bahaya sampah? Apakah kita kehabisa ide membuat kalimat ajakan untuk memerangi sampah?

Jawabannya adalah sama sekali tidak.

Pasar global semakin menggila, toko dengan kemasan modern semakin merajalela. Ini tidak diimbangi dengan hebatnya dunia pendidikan. Mahalnya harga pendidikan di negeri ini tidak menjamin lahirnya manusia-manusia bermental super.

Akibatnya sangat bisa dirasakan. Kita ini mudah termakan iklan. Gampang sekali tergiur oleh barang dagangan yang dikemas dengan wow dan menggemaskan. Sebentar-sebentar beli, sebentar-sebentar merogoh kantong, padahal belum tentu kita benar-benar membutuhkannya.

Tidak heran jika sampah semakin menggila. Itu semua karena kita senang (membeli) memanfaatkan sesuatu sesuai dengan batas keinginan, bukan kebutuhan. Cobalah anda berjalan jalan ke sebuah desa yang jauh dari kota. Lalu edarkan pandangan anda ke setiap sudut desa. Maka anda akan mudah sekali menemui sampah plastik. (*)

Close Ads X
Close Ads X