Rendahnya Tingkat Konsumsi Ikan Masyarakat Indonesia

Oleh : Satriana Sitorus, S.Pd.I
Meski Indonesia adalah negara maritim dengan produksi ikan yang cukup tinggi, namun tidak dengan kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan itu sendiri. Dibandingkan daging Ayam dan Sapi, ikan masih mejadi pilihan alternatif di daftar menu makanan mayoritas masyarakat Indonesia.

Secara Nasional saja rata-rata konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia sebesar 30,47 kg per kapita per tahun. Angka tersebut masih di bawah Malaysia yang sebesar 55,4 kg per kapita per tahun maupun Singapura 37,9 kg per kapita per tahun. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih sangat rendah, apalagi jika dibandingkan de­ngan potensi sumber daya alam yang terdapat di Indonesia.

Padahal ikan adalah sumber makanan hewani yang sangat baik untuk kesehatan tubuh kita. Seperti orang Jepang yang ham­pir disetiap menu makanannya mengandung ikan dan terbuk­ti orang Jepang mempunyai otak yang pintar dan cerdas.

Bahkan tingkat kecerdasan orang Jepang berada di atas rata-rata tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Meskipun laut mereka tidak seluas laut Indonesia, mereka bisa maju karena ada dukungan yang optimal dari pemerintah. Yakni, teknologi penangkapan yang dipergunakan cukup canggih, dan satu lagi, masyarakat Jepang memiliki kegemaran makan ikan.

Semakin tinggi tingkat kon­sumsi ikan tentunya akan se­makin tinggi pula produktivitas ikan sehingga akan memacu nelayan untuk menaikkan nilai produktivitasnya. Membantu kesejahteraan nelayan Indonesia bukanlah hal yang sulit.

Salah satu cara mudah yang bisa dlakukan masyarakat untuk menaikkan taraf hidup nelayan adalah dengan gemar makan ikan. Protein yang terkandung pada ikan lebih tinggi daripada yang tekandung pada daging Ayam, Sapi, dah hewan darat lainnya. Kandungan omega 3, 6, dan 9 pada ikan meningkatkan tumbuh kembang bayi, balita lebih aktif dan cerdas serta membuat daya tahan tubuh lebih kuat.

Menurut Kepala Badan Pe­nelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Ke­menterian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, konsumsi ikan penduduk In­donesia per tahun kalah dari penduduk Malaysia. Menurutnya, konsumsi ikan penduduk In­donesia pada 2014 hanya 35 ki­logram per kapita per tahun atau sekitar 60 sampai 70 gram per hari. Sementara, target konsumsi ikan di tahun 2015 adalah 38 kilogram per kapita per tahun.

Sedangkan konsum­si ikan penduduk, Malaysia dan Singapura mencapai 56,2 kilogram dan 48,9 kilogram per kapita per tahun. “Konsumsi ikan pada balita hanya 39,8%. Sedangkan proporsi yang me­ngonsumsi ikan laut, olahan ikan, dan ikan air tawar untuk kelompok balita 0 sampai 59 bulan masing-masing sebesar 17,4%, 6,3%, dan 7,4%,” papar Tjandra, (Sindonews.com).

Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia sangat membutuhkan perhatian dari segenap kalangan, termasuk dari pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurut penulis, untuk me­nanggapi hal tersebut di­per­lukan langkah-langkah yang tepat agar konsumsi ikan per­kapita penduduk Indonesia dapat meningkat.

Salah satu di­antaranya dengan merubah pola budaya masyarakat Indonesia agar mau mengkonsumsi ikan. Karena sampai saat ini ma­sih banyak masyarakat yang belum memahami manfaat dari mengkonsumsi ikan baik untuk kesehatan dan kecerdasan otak.

Penyebab
Banyak faktor yang me­nye­babkan rendahnya konsumsi ikan di Indonesia. Pertama, kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya ikan bagi kesehatan belum memadai. Kedua, distribusi, transportasi dan pemasaran ikan terutama ke daerah-daerah yang jauh dari sungai dan pantai masih mengalami kendala.

Ke­tiga, promosi dan sosialisasi produk-produk perikanan serta teknik pengolahannya belum berkembang pesat. Keempat, harga beberapa jenis ikan dan biota air tertentu seperti Udang, Cumi, Kakap dan Kerapu belum tersentuh daya beli masyarakat pada umumnya, apalagi di te­ngah kondisi ‘elit’ (ekonomi sulit) seperti sekarang ini.

Kelima, pola pikir masyarakat kita yang masih ‘kedarat-daratan’ dan cenderung melupakan 2/3 wilayahnya yang tertutupi perairan, sehingga citra ikan sebagai sumber pro­tein hewani kalah gengsi jika dibandingkan daging Sapi atau Ayam. Sebagian dari masyarakat kita bahkan masih diliputi ke­raguan untuk mengoknsumsi ikan karena dianggap sebagai penyebab cacingan, kolesterol tinggi dan banyak mengandung logam berat, (wordpress.com).

Tingkat konsumsi ikan yang rendah tentunya menjadi tang­gung jawab kita bersama. Tugas berat bukan hanya tersandang di pundak KKP atau Kemenkes saja. Membudayakan pola makan serat ikan, sama sulitnya dengan mengubah pola pikir kita akan manfaat ikan.

*)Penulis Alumni FAI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, bekerja sebagai guru Pesantren Al-Ihsan di Labura

Close Ads X
Close Ads X