Puasa Berbicara

Oleh : Rasta Kurniawati, MA (Dosen UMSU)

Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus saja, bicara terkadang perlu juga berpuasa. Lidah memang tidak bertulang tetapi perannya begitu sangat penting dalam kehidupan.

Selain lidah sebagai alat perasa, juga berperan sebagai alat bicara. Dan kata-kata yang diucapkan memiliki makna dan tugas kita memilih kata-kata yang baik sehingga membuat lawan bicara menghormati kita.

Menurut Zailani bahwa kebaikan manusia ada pada tiga jalur. Pertama terdapat dalam kata-kata dari lisannya. Kedua terlihat dari perbuatan sehari-hari dan yang ketiga pada niatnya. Apabila tiga hal ini dikombinasikan, bukan hanya dia begitu berbeda dibandingkan manusia yang lain, tapi derajatnya juga ditinggikan hingga melebihi malaikat oleh Allah.

Karena sebagian besar manusia hanya mampu melaksanakan beberapa jalur saja. Ada yang pandai berbicara sedikit bertindak. Sering disebut NATO (no action talkonly). Jenis yang lain, suka menolong dengan harta atau sejenisnya tapi lidahnya tidak terkontrol dan yang model terakhir, hanya berniat tanpa usaha.

Dalam hal ini Allah mengajak kita berpikir atau menggunakan akal kita sebagai seorang muslim. Perhatikan ayat berikut “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”. QS. Al-Baqarah: 44.

Ayat tersebut diatas berkaitan dengan seseorang yang membiarkan dan menyuruh orang lain untuk berbuat suatu kebaikan seperti yang dia yakini, tetapi dia sendiri tidak mau melakukannya. Mungkin karena beberapa alasan pribadi.

Begitu banyaknya anggota tubuh yang ada pada manusia maka yang paling sering atau selalu digunakan adalah lidah. Sehingga menjaga lisan sangat penting sekali. Kalau seseorang tidak banyak membantu dengan perbuatan, maka menjaga lidah dari fitnah, hujat dan caci maki bagian terpenting untuk dilakukan.

Hadis nabi saw, artinya: “Sesungguhnya seseorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan baik atau buruknya, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat”( mutafaqun alaih).

Hendaknya setiap diri seorang muslim sebelum berkata-kata harus berpikir terlebih dahulu. Sebab perkataanya akan didengar oleh orang lain, perkataan tersebutlah yang akan menyebabkan orang bereaksi untuk membalas kata-katanya. Kalau dia khawatir ucapannya itu membuat orang lain tersinggung dan sakit hati maka hendaknya kita lebih baik berdiam diri.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Muhammad SAW. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau kalau tidak dapat berkata yang baik, hendaklah ia berdiam diri saja” (Muttafaq ‘alaih, Kebanyakan Ulama Hadits).

Kemudian selalu berdoa kepada Allah sebelum berbicara kepada pendengar, agar setiap kata yang dikeluarkan dapat dimengerti orang lain. Dan lawan bicara kita juga memahami apa yang kita bicarakan. Hal ini yang diajarkan oleh Nabi Musa memanjatkan doa agar Allah memberikan kemudahan berbicara. Doa tersebut diabadikan dalam Alquran Surat Thaha ayat 25-28. “Robbishrohli shod’ri, wayassirlii amrii, wakhlul ‘uqdatammil lisani, yafqohu qouli.”

Arti doa tersebut adalah: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku. Dengan berdoa kepada Allah, tiada lagi akan kita dengar kata-kata kotor dari lidah yang sedang berbicara. Fastabiqul khairat

Close Ads X
Close Ads X