Pilkada Sumut Damai

Saat ini masa kampanye memang telah dibuka, termasuk di Sumatera Utara. Setiap pasangan calon di 171 daerah yang menggelar pilkada secara serentak, boleh melakukan kampanye. Termasuk salah satunya kampanye melalui media sosial. Partai politik dan timses paslon berusaha semaksimal mungkin meraih simpati publik. Tidak hanya itu, para oknum yang berasal dari berbagai profesi juga ingin mendapatkan simpati. Entah itu simpati dari parpol, paslon, atapun masyarakat. Namun tidak jarang simpati itu justru dimanfaatkan untuk kepentingannya mereka. Salah satu contonhnya adalah, mulai maraknya provokasi kebencian di media sosial.Ada yang mengatakan informasi itu hoax, tapi ada juga yang mengatakan itu benar. Sebagai masyarakat awam, tentu kita harus terus waspada agar pengerahan massa secara besar-besaran tidak terjadi lagi. Isu kriminalisasi ulama kembali dimunculkan. Apalagi sejak Januari 2018, terbukti ada beberapa ulama yang mendapatkan tindak kekerasan. Apakah ini ‘by design’? Tidak tahu. Mungkin ini terjadi secara kebetulan, tapi dalam politik tidak ada yang serba kebetulan.

Mari kita terus sebarkan pesan damai, baik itu dalam dunia maya ataupun dunia nyata. Mari kita ingatkan ke semua orang, ke partai politik, paslon, tim sukses, hingga ke oknum yang tidak bertanggung jawab. Pilkada bukanlah ajang untuk menyebarkan kebencian. Pilkada harus digunakan sebagai ajang untuk adu gagasan. Hal ini lebih baik, lebih produktif dibandungkan saling menebar kejelekan, ataupun melakukan kampanye hitam untuk menurunkan elektabilitas.

Para ulama dan tokoh agama, juga harus mulai aktifkan memberikan ceramah yang menyejukkan. Agar pihak-pihak yang berniat ingin membuat pilkada tidak aman, bisa mengurungkan niatnya. Karena tidak sedikit provokasi di media sosial, yang membawa nilai-nilai agama untuk menarik simpati. Agama jangan dibawa ke urusan politik. Agama ada untuk memberikan tuntunan kepada pemeluknya, agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Agama ada untuk memberikan ketenangan dan kesejukan, bukan kegelisahan karena kebencian. Mari kita sama-sama saling mengingatkan dan meluruskan.

Mari kita wujudkan pilkada yang penuh suka cita, tanpa ada kebencian. Jangan sampai ajang pencarian pemimpin ini, justru berubah menjadi ajang saling menjatuhkan antar sesama. Ingat, Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Karena perbedaan itulah, Tuhan menganjurkan kepada kita untuk saling mengenal, agar kita mengerti dan memahami makna dari keberagaman. Jika kita bisa saling menghargai perbedaan pandangan, perbedaan pilihan politik, atapun perbedaan keyakinan, niscaya kita akan bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Dan kita sudah mengenal itu sejak dulu. Itulah yang disebut toleransi antar umat beragama. (*)

Close Ads X
Close Ads X