Perokok Ditolak BPJS ?

Rokok memang berbahaya untuk kesehatan. Meski demikian, jumlah perokok di Indonesia bukannya berkurang melainkan makin meningkat pertahun. Di sisi lain, penyakit akibat rokok tersebut ternyata membebani anggaran negara dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). BPJS sendiri memiliki klaim yang harus dibayar belasan triliun rupiah hanya karena efek negatif rokok tersebut.

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko munculnya penyakit tidak menular, seperti jantung, stroke, diabetes, ginjal, hingga kanker. Sejumlah penyakit tersebut ternyata menempati urutan teratas daftar penyakit yang banyak dibiayai dari dana yang dikelola Badan Jaminan Kesejahteraan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Karena itulah muncul wacana, para perokok yang memiliki penyakit akibat kebiasaan buruknya tersebut tidak akan ditanggung lagi. Apalagi sekarang dana BPJS kesehatan ternyata mengalami defisit akibat terlalu banyak tunggakan dari peserta.

Jika peraturan tersebut sudah selesai dan disetujui maka bagi perokok tidak ditanggung BPJS Kesehatan ataupun APBN. negara akan tegas bagi perokok harus menggunakan asuransi premium untuk mengcover kesehatannya.perlu diketahui juga asuransi premium juga tidak sembarangan menerima peserta perokok kalupun ada biasanya preminya lebih mahal.

Banyak alasan mengapa seseorang merokok. Salah satu alasannya adalah rokok dapat menghilangkan stress, tetapi ini hanya opini beberapa perokok saja. Sebagian besar perokok menganggap bahwa merokok dapat menghilangkan stress.

Perokok biasanya ditemui pada orang yang banyak melakukan aktivitas rutin, sehingga orang-orang tersebut memilih rokok sebagai jalan keluar mereka untuk menghilangkan rasa penat. Oleh karena itu, banyak orang yang mengalami kecanduan terhadap rokok.

Ditambah lagi dengan adanya zat nikotin pada rokok yang menyebabkan seseorang ingin mencoba terus-menerus dan menjadikan rokok sebagai kebutuhan sehari-hari, padahal dengan mengonsumsi rokok secara rutin dapat merugikan perokok dan orang yang berada disekitarnya.

Sebenarnya rokok tidak untuk menghilangkan stress, melainkan merokok dalam keadaan yang sedang depresi dapat menghambat sirkulasi darah terutama dibagian tangan dan kaki.

Upaya promotif dan preventif pun lebih digalakkan oleh Kementerian Kesehatan. Salah satunya dengan pengendalian tembakau. Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok pria tertinggi di dunia. Artinya, dua dari tiga remaja laki-laki maupun usia produktif merokok.

Masalah ini dapat mengancam bonus demografi. Jika banyak anak-anak usia sekolah sudah merokok, mereka bisa terkena berbagai penyakit kronis di kemudian hari, termasuk saat usia produkif.

Bagaimana tidak, rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya dan sekitar 60 di antaranya bersifat karsinogen atau memicu kanker. Bahaya rokok bukan hanya mengancam kesehatan perokok itu sendiri, tetapi juga orang-orang dii sekitarnya yang terpapar asap rokok.(*)

Close Ads X
Close Ads X