Pendidikan Karakter Solusi Degradasi Moral

Oleh : Lidia, S.Pd.I

Salah satu yang mem­pe­ngaruhi perubahan sosial mas­yarakat yang begitu cepat adalah akibat kemajuan teknologi. Hal ini dapat dilihat dalam kehi­dupan sehari-hari, di mana aki­bat kemajuan teknologi nilai-nilai sosial dan religious yang selama ini dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat mulai pudar. Demikian juga dengan etika dan moral saat ini sudah mulai dikesampingkan, sebab saat ini demi mencapai tujuan tertentu seseorang terkadang rela melakukan apapun. Apabila nilai agama, etika dan moral sudah mulai ditinggalkan atau tidak lagi menjadi sebuah pedoman, maka seseorang akan sulit untuk melakukan filterisasi terhadap sesuatu yang baru sehingga seseorang tidak dapat menentukan mana yang baik dan buruk.

Walaupun demikian seseorang tidak harus menolak kemajuan teknologi atau anti terhadap perkembangan teknologi tersebut. Teknologi harus menjadi teman baik dalam kehidupan manusia, yaitu perkembangan teknologi seharusnya dapat mempermudah kehidupan manusia, tanpa meng­hilangkan nilai-nilai sosial, religious, etika dan moral yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Namun pada kenyataannya, per­kembangan teknologi terasa telah menghipnotis penggunanya, dimana berbagai kalangan baik tua maupun muda terasa hampa kehidupannya tanpa didamping oleh teknologi.

Bahkan anak-anak mulai akrab menggunakan teknologi tanpa dapat melakukan filterisasi terhadap informasi yang diberikan oleh teknologi yang digunakan tersebut. Maka akibat yang ditimbulkan dari ketidak mampuan melakukan filterisasi terhadap informasi yang diberikan oleh teknologi tersebut akan melahirkan generasi yang akrab dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Seperti tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya telah menjadi hal yang biasa pada saat ini. Hal ini tidak lain disebabkan penggunaan teknologi yang tidak tepat guna, selain itu juga disebabkan dengan penerapan pendidikan karakter yang kurang maksimal.

Saat ini hampir setiap hari media massa selalu menyiarkan perilaku-perilaku negative terutama yang menimpa kalangan remaja. Tetapi tentunya tidak semua anak remaja mengalami perubahan sosial tersebut, sebab ternyata masih banyak dijumpai remaja yang mengalami perubahan kearah yang positif.

Hal tersebut digambarkan dengan banyaknya remaja yang menorehan prestasi baik lokal, nasional maupun internasional. Sosok remaja yang demikian merupakan sosok pribadi yang selalu melakukan filterisasi terhadap nilai-nilai yang masuk, sehingga dirinya tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh dari informasi yang negative. Namun sangat disayangklan tidak semua remaja memiliki sifat tersebut.

Sifat-sifat tersebut tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi harus ada upaya untuk membentuk dan menanamkan nilai-nilai tersebut. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas dan terhindar dari degradasi moral maka dapat dibangun dengan memberikan pendidikan karakter kepada anak sejak sedini mungkin, membiasakan kepada anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan moral yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan melindungi seseorang dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan sosial. Sebaliknya, jika penanaman pendidikan karakter tidak dimulai sejak dini, maka akan sulit untuk mengubah perilaku dan melindungi pribadi tersebut dari hal-hal yang menyimpang. Pribadi tersebut akan mudah terpengaruh dan tidak dapat melakukan filterisasi terhadap hal-hal yang akan masuk ke dalam dirinya.

Menanamkan karakter tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan, perlu kerjasama semua pihak, baik guru, orangtua, masyarakat dan pemangku kebi­jakan.

Artinya ketika guru di sekolah mengajarkan karakter pada anak, maka dalam ling­kungan masyarakat juga harus mendukung, terlebih lagi pada lingkungan keluarga, yaitu dengan berusaha selalu menampakan hal-hal positif pada anak. kemudia para pemegang kebijakan juga harus mengambil andil untuk berperan penting dalam tersebut, misalnya dengan membuat kebijakan untuk memperketat izin penyiaran televisi pada tayangan yang bersifat positif saja, pemblokiran terhadap sistus-situs pornografi, serta memfasilitasi semua yang menyangkut pena­naman karakter.

Dengan demikian untuk membentuk pribadi yang bermoral harus ada kerjasama antara berbagai pihak, sebab pekerjaan dalam menanamkan moral maupun karakter bukanlah perkara mudah dan tidak dapat dicapai dengan cara instan, namun harus dilakukan secara kontiniu.

*)Penulis Alumni FAI UMSU.

Close Ads X
Close Ads X