Pendidikan di Negeriku

Guru menyampaikan pelajaran kepada murid TK dan SD di halaman sekolah Lembaga Pendidikan Amal Shaleh, di Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/2). Lembaga pendidikan gratis yang sebagian besar dari keluarga kurang mampu tersebut, mengajarkan 40 murid TK dan 65 murid SD yang akan diikutkan ujian untuk mendapatkan ijazah resmi. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/nz/16

Berbicara soal dunia pendidikan, di Indonesia masih banyak yang perlu untuk dibenahi. Karena masih jauh dari apa yang diharapkan. Selain dari sistem pengajaran yang kurang maksimal juga tenaga pengajar yang menurut saya masih banyak yang kurang berkompeten.

Dalam artian masih banyak para tenaga pengajar yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini merupakan suatu pekerjaan rumah yang harus menjadi prioritas dalam negeri, jika kita ingin mencapai makna yang sesungguhnya dari pendidikan.

Pendidikan itu sendiri mempunyai makna sebagai bekal untuk menuju hal-hal yang lebih baik bagi setiap orang. Pendidikan mencakup semua aspek penting dalam diri tiap individu khususnya aspek kepribadian.

Aspek-aspek pendidikan yang berpengaruh dalam kehidupan tiap individu yakni, kecerdasan, keagamaan, akhlak, bermasyarakat, keterampilan, pengembangan potensi dan juga berbangsa dan bernegara.

Melihat dari realita yang ada, masih banyak sekolah di negeri ini yang masih membutuhkan perhatian dari pemerintah dan instansi-instansi terkait. Terutama sekolah-sekolah yang ada di daerah, selain dari banyaknya sekolah yang belum memenuhi standard pendidikan. Juga masih banyaknya anak-anak negeri yang belum mampu untuk mengecap dunia pendidikan dikarenakan mahalnya dunia pendidikan.

Memang secara tata aturan yang telah dibuat dunia pendidikan pemerintah telah membuat wajib belajar 9 tahun, yang dalam artian sekolah gratis. Namun, secara implementasi praktek pembelajaran disekolah-sekolah yang ada, masih membutuhkan biaya yang cukup besar.

Hal ini bisa dirasakan dari mahalnya beberapa fasilitas yang diadakan oleh pihak sekolah. Mulai dari pengadaan buku yang harus dibeli oleh siswa juga adanya tren-tren baru yang telah diciptakan oleh pihak sekolah. Seperti peringatan hari guru, studi diluar sekolah dan lain sebagainya. Yang mana kesemuanya membutuhkan biaya yang harus dibebankan kepada para siswa. Dunia pendidikan kita dinegeri ini masih terkesan menjadi ladang bisnis yang cukup menggiurkan bagi kalangan orang berduit.

Di Indonesia, masih banyak sekolah yang belum layak untuk dipakai sebagai tempat belajar atau untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Keadaan ini diperparah karena masih kurangnya perhatian dari pemerintah setempat terutama dipelosok-pelosok negeri. Sehingga tidak sedikit sekolah yang memiliki keadaan yang sangat memprihatinkan. Selain dari pengadaan fasilitas yang kurang memadai pada sekolah, di pelososk negeri ini juga banyak anak-anak yang kurang mampu, namun mempunyai semangat belajar yang tinggi. Lagi-lagi karna masalah ekonomi, yang membuat pendidikan mereka terhambat, sehingga mereka sering terganggu dalam proses belajar mengajarnya karena keterbatasan ekonomi dan juga karena tempat yang tidak layak dan sangat mengganggu.

Seperti misalnya atap yang bocor saat hujan, atau bahkan banjir. Bagaimana bisa pemerintah kita tidak menyadari keadaan pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, sedangkan sangat sering siaran televisi menyiarkan berita tentang pendidikan.

Dengan demikian tidaklah menjadi suatu hal yang mengherankan, jika dikalangan masyarakat timbul berbagai persepsi terhadap pemerintahan yang ada. Mulai dari persepsi tentang pendidikan mesti memiliki biaya yang banyak hingga sekolah akan dapat perhatian dari pemerintah jika sekolah tersebut menguntungkan. Karena tanpa uang, pemerintahan tak akan jalan. Tanpa uang, pemerintahan tak akan bergerak. Itulah, kurangnya pendidikan akhlak, banyak terjadi korupsi. Bahkan mungkin juga korupsi uang dana bantuan sekolah. Persepsi ini muncul karena banyak pihak terutama di kalangan bawah merasa dirugikan karena adanya korupsi. Korupsi sangat mencoreng moral aspek pendidikan.

Yang lebih membuat kita miris, bergesernya makna pendidikan yang sesungguhnya. Dimana yang seyogianya dari sekolahlah kita memulai untuk belajar agar bisa menggapai cita-cita kita. Kita mulai belajar dan mendapat ilmu dan juga ijasah, surat yang paling dibutuhkan di masa depan kita, khususnya dalam berkarir. Dan lagi-lagi karna UANG, orang yang tidak memenuhi pendidikan pun bisa mendapat ijazah hanya dengan membeli. Hal ini bisa kita saksikan dalam beberapa pemberitaan yang ada dimana adanya beberapa pejabat negara yang terindikasi memakai ijazah palsu. Sangat memalukan bukan? Bukan hanya ijazah, nilai-nya pun bisa dibeli. Dan yang sangat tidak adil bagi masyarakat bawah adalah orang yang dengan mudah dan hidup lebih dari cukup yang bisa membeli ijazah beserta nilai-nilainya, bisa mendapat jabatan yang tinggi dengan upah gaji yang memuaskan pula. Tapi bagaimana dengan masyarakat kalangan bawah, yang hanya bermodalkan niat dan pendirian yang kokoh untuk mencapai pendidikan yang tinggi, yang belum terjamin masa depannya, kehidupan karirnya untuk mendapatkan kedudukan selayak usaha dan keahlian yang mereka punya.

Semua sangat tidak adil. Masih adakah kesempatan untuk masyarakat kalangan bawah?
Nampaknya hal ini satu banding seribudan bahkan mungkin bisa jadi satu banding sejuta. Sekarang di negeri ini, hal yang paling membuat kita miris adalah munculnya paradigma baru, dimana kebanyakan masalah yang paling utama, yaitu skill, namun seberapa besar kesanggupan finansial yang bersangkutan untuk menutupinya.

Berkaca dari beberapa kasus yang ada, kita berharap kepada pemerintahan yang ada dinegeri tercinta ini untuk lebih tegas dalam menjalankan fungsinya. Sehingga akan tercapai makna pendidikan yang sesungguhnya, demikian juga bagi anak-anak negeri yang memiliki ekonomi kelas menengah kebawah akan dapat mengecam dunia pendidikan sebagaimana mestinya. Sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan dinegeri ini. Dengan semakin membaiknya pendidikan di negeri ini kita berharap akan dapat memberikan efek positif terhadap pendidikan keagamaan, akhlak dan berkehidupan bermasyarakat bagi anak-anak negeri. Sehingga akan tercipta generasi penerus bangsa yang baik dan lebih bijak untuk membawa negeri ini kearah kemakmuran seperti yang kita impikan bersama. Budaya korupsi dan memperkaya diri sendiri akan dapat terhapuskan dari negeri tercinta yang kaya akan alam ini.
Alumni UMSU/ Pemerhati Pendidikan

Close Ads X
Close Ads X