Pendidikan Berkarakter dan Tenaga Pendidik

Olehy : Fitri R. Nasution

Salah satu penentu kemajuan bangsa adalah dengan kemajuan pendidikannya. Negara-negara yang sudah maju pasti memiliki tingkat pendidikan yang memadai. Hal itu berdampak pula kepada Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Jika SDM sudah memadai, maka tinggal meningkatkan fasilitas untuk mendukung SDM yang ada.

Melalui SDM yang mumpuni, jika suatu negara memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah maka tinggal memanfaatkan SDM yang dimiliki. Indonesia memiliki keduanya tetapi yang sangat disayangkan, Indonesia sering memilih SDM interlokal ketimbang lokal.

Sangat disayangkan memang, ketika masyarakat Indonesia terbilang cukup banyak, mereka lebih memilih bekerja di luar negeri daripada di dalam negeri. Bermacam-macam alasannya, sebagian dari mereka menganggap bahwa di luar negeri mereka lebih dihargai ketimbang di negeri sendiri.

Seperti yang tengah ramai diperbincangkan yaitu B.J. Habibie ingin melanjutkan membuatan pesawat tetapi harus memakai biaya pribadi lebih tepatnya patungan dengan masyarakat Indonesia. Sekilas dilihat hal ini mencerminkan sikam mandiri tapi di lain sisi pemerintah seperti mengabaikan kemampuan anak bangsa. Ia yang mengalahkan IQ Albert Einstein, tidak didukung oleh pemerintahan bangsanya sendiri.

Melalui fakta tersebut sebetulnya kita memiliki SDM yang mumpuni dari dulu sampai sekarang. Hal itu tidak terlepas dari pendidikan suatu bangsa. Di era sekarang ini, pendidikan Indonesia menerapkan pendidikan berkarakter. Hal ini demi menanamkan sikap kepribadian yang kuat demi masa depan bangsa. Sebab beban Indonesia di kancah internasional lebih berat ke depannya.

Beban Indonesia di kancah internasional perlahan akan menjadi ringan melalui pendidikan berkarakter. Tetapi pendidikan berkarakter itu untuk belasan tahun ke depan. Sementara Indonesia sebenarnya sudah berada di bursa segala bidang level internasional. Dengan kata lain, Indonesia sudah terlambat.

Penyebab keterlambatan Indonesia adalah dengan berubah-ubahnya kurikulum pendidikan. Hal ini menyebabkan tenaga pendidik menjadi kewalahan menyesuaikan diri dengan kurikulum yang baru. Selain itu tenaga pendidik harus belajar setidaknya untuk proses pembelajaran dengan kurikulum yang baru.

Sedangkan kurikulum sebelumnya mereka telah melakukan inovasi-inovasi demi kesuksesan pembelajaran. Dengan istilah lain mereka memulai dari nol. Inovasi yang dilakukan dari kurikulum sebelumnya pasti tidak sesuai dengan kurikulum yang baru. Kurikulum yang baru lebih kita kenal dengan nama kurikulum 2013.

Antara tenaga pendidik dengan kurikulum 2013 memiliki keberinggungan. Tenaga pendidik tinggal mengarahkan peserta didik dengan pembelajaran yang berkarakter. Mungkin terbilang sangat mudah mengaplikasikan kurikulum ini. tetapi kenyataannya di lapangan, banyak temuan-temuan yang cenderung menolak kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 tentu dibuat pada tahun 2013 sementara sekarang sudah tahun 2017. Secara logika berpikir manusia umum, kurikulum ini seharusnya diterapkan di tahun 2013. Masalahnya sampai sekarang penerapan kurikulum ini belum bisa diterapkan pada seluruh sekolah.

Masalahnya adalah ketidaksiapan pemerintah dalam menciptakan kurikulum. Mungkin juga penelitian, evaluasi, serta memandang kondisi masyarakat Indonesia minim dilakukan.

Refleksi Kurikulum
Kurikulum 2013 mendapat pro-kontra dari pegiat pendidikan. Khususnya siswa banyak melayangkan keluhan atas tuntutan kurikulum 2013 ini. Seluruh “beban” pembelajaran diberi kepada siswa.

Sementara tugas guru selain membimbing juga mengarahkan atau meluruskan apa yang diketahui siswa. secara tidak langsung siswa seperti belajar sendiri. Meskipun memiliki guru yang sebenarnya.

Misalkan pada mata pelajaran tertentu siswa sudah harus tahu sedikit tentang materi pembelajaran. Sedangkan mata pelajaran yang ada di sekolah bukan hanya satu. Lain hal dengan tugas sekolah dan tugas rumah.

Ini menyebabkan beban mental anak menjadi terganggu, mungkin hal ini sedikit berlebihan, tetapi fakta dilapangan banyak guru banyak mendapat keluhan dari siswa. Guru juga diminta menjadi mitra belajar yang menyenangkan untuk siswa. padahal banyak metode pembelajaran yang tidak harus demikian.

Kenyataan itu meminta kita harus mengevaluasi kembali kurikulum yang akan diterapkan di semua sekolah seluruh indonesia. Kesiapan tenaga pendidik menjadi kunci suksenya kurikulum tersebut.

Guru juga perlu pelatihan tentang kurikulum 2013. Bukan hanya proses mengajar, juga proses administratif. Sehingga guru tidak stres dan dapat menjadi guru yang menyenangkan. Dengan kata lain, pendidikan berkarakter dapat diterapkan serta menjadi harapan bagi nasib Indonesia ke depan.

*)Penulis adalah alumnus UMSU. Tenaga pendidik di YPI Al-Ulum Terpadu.

Close Ads X
Close Ads X