Pendekatan Baru Sosialisasi Nilai-nilai Pancasila

Oleh : Imam Budilaksono
Delapan anak perempuan yang tergabung dalam Voice of Indonesia, berpakaian warna-warni menyanyikan tiga lagu meliputi Pancasila Rumah Kita, Aku Anak Indonesia, dan Indonesia Tanah Air Beta.

Penampilan mereka mengawali acara bertajuk “Revolusi Pancasila”, sebuah kegiatan yang dimaksudkan untuk memperingati hari lahirnya Pancasila dan juga membumikan ideologi bangsa Indonesia kepada masyarakat luas.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyebarluaskan “virus-virus” positif yang ada dalam Pancasila, salah satunya dengan pendekatan budaya sehingga bisa masuk ke berbagai elemen bangsa, tanpa terkecuali.

Hal itu yang dipahami beberapa kalangan saat mengadakan acara bertajuk “Revolusi Pancasila”, di Ruang Pustakaloka, Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (26/5) malam. Acara itu digagas Ratna Sarumpaet dan musisi Ahmad Dhani dengan dukungan DPR.

Ketua DPR Ade Komarudin dalam pembukaan acara itu mengatakan bahwa pendekatan budaya dalam sosialisasi Pancasila mutlak diperlukan sebagai bentuk modifikasi sehingga menarik minat masyarakat.

Hal itu cukup beralasan karena berbicara sosialisasi Pancasila, maka kesan pertama di benak masyarakat adalah membosankan sehingga perlu upaya yang lebih menarik dalam mengemasnya.
Revolusi Pancasila itu pada intinya adalah orasi kebangsaan dari beberapa tokoh bangsa, menyebarkan semangat nasionalisme dan mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila.

Ade menilai bangsa Indonesia selama ini sering melupakan Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga peringatan hari lahir Pancasila merupakan momentum untuk membangkitkannya.

Politikus Golkar itu pun menyoroti hegemoni kapitalisme yang terjadi di tengah-tengah masyarakat terutama dalam penyusunan beberapa produk legislasi. “Diperlukan gerakan penyelamatan dan melalui Revolusi Pancasila ini, insya Allah bisa dilakukan,” katanya.

Dalam acara yang berlangsung lebih dari dua jam itu, Ahmad Dhani membawa artis-artis yang tergabung dalam Republik Cinta Managemen di bawah pimpinannya. Mereka antara lain Dewa 19, Dewi-Dewi, Virzha.

Sebelumnya beberapa tokoh menyampaikan orasi kebangsaannya, Dewa 19 featuring Ari Lasso membawakan beberapa lagu hits mereka di era 1990-an antara lain Elang dan Siti Nurbaya.
Cendikiawan muda Indonesia, Yudi Latif dalam orasi politiknya pada acara tersebut mengatakan bahwa merujuk pada Pancasila sebagai ideologi dalam berbangsa dan bernegara, menjadikan Indonesia rumah bagi setiap golongan maupun agama. “Indonesia merupakan rumah bersama, bukan hanya untuk satu golongan, agama, bukan untuk class sosial tertentu saja, melainkan untuk semua,” kata Yudi.

Di hadapan orang yang memadati Gedung Nusantara IV itu, Yudi menegaskan bahwa Pancasila menegaskan warga negara dengan latar belakang apapun turut disertakan dalam berkehidupan berbangsa ini.

Namun Yudi menilai tidak dapat dimungkiri dengan kondisi zaman yang terus berkembang dan perubahan waktu yang dialami negara ini, justru banyak elemen masyarakat yang tidak dapat masuk dan berpartisipasi dalam bernegara. Peringatan 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila menurut Yudi seharusnya dimaknai bukan sekadar ceremony saja, melainkan membawa rakyat Indonesia kembali ke fitrah Pancasila yang sesungguhnya.

Yudi ingin mengingatkan bahwa Indonesia harus kembali kepada fitrah Pancasila, bagaimana setiap orang punya kesempatan yang sama untuk terlibat dalam politik dan dalam mengembangkan keyakinannya.

Di akhir orasi politiknya, Yudi mengingatkan tantangan saat ini sangat berat, Pancasila saja tidak cukup namun yang dibutuhkan adalah merevolusikan Pancasila. Karena itu butuh gerakan elemen bangsa untuk Indonesia bersatu sehingga revolusi Pan­casila merupakan tahap baru mewujudkan revolusi sosial.

Infiltrasi paham kolonialisme dan imperialisme dalam kehidupan masyarakat juga menjadi sorotan tajam dalam acara tersebut, terkait dengan mulai memudarnya pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Pancasila di masyarakat.

Koordinator Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamuddin Daeng dalam orasi politiknya menyampaikan masuknya paham imperialisme dan kolonialisme ke sendi-sendi kehidupan masyarakat.
“Ada ratusan UU di bidang politik, ekonomi dan keuangan yang menjadi dasar masuknya imperialisme dan kolonialisme di ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Kultur menurut Salamuddin merupakan cara hidup atau “way of life” yang kemudian melahirkan ideologi dan filosofi hidup masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, nilai-nilainya seharusnya masuk dalam pembuatan produk legislasi dan di dalam haluan negara Indonesia.

Kondisi saat ini menurut dia cenderung berbeda yaitu antara ideologi dan konstitusi terpisah padahal seharusnya senafas sehingga kesulitan Indonesia dalam melangkah disebabkan tidak berdiri pada kultur dan ideologi sendiri.

Pendekatan budaya atau musik dalam sosialisasi Pancasila juga pernah dilakukan oleh kalangan parlemen, misalnya, Kamis (14/4), MPR mengadakan sosialisasi empat pilar kebangsaan menggandeng musisi keroncong Indonesia yang tergabung dalam Himpunan Artis Keroncong Indonesia.

Beberapa bulan lalu, Fraksi PKB MPR juga mengadakan sosialisasi empat pilar kebangsaan dengan menggandeng artis-artis salah satunya Zaskia Gotik. Upaya menggandeng para musisi sebagai bagian pendekatan budaya harus dipahami secara menyeluruh bahwa sosialisasi harus melibatkan semua pihak, tanpa terkecuali para artis dan pekerja seni.

Keterlibatan mereka bisa menjadi acara sosialisasi menjadi lebih berwarna karena gambaran yang terbangun di masyarakat, membicarakan empat pilar kebangsaan erat kaitannya dengan rasa bosan. Selain itu, tidak bisa dimungkiri para artis dan pekerja seni memiliki banyak penggemar sehingga diharapkan dapat menyampaikan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat luas, minimal ketika tampil di media-media, menjelaskan apa itu empat pilar kebangsaan yang digagas MPR. (ant)

Close Ads X
Close Ads X