Menunggu Komitmen Arab Saudi Tingkatkan Hubungan Ekonomi

Seorang warga membawa poster Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ketika pelaksanaan Car Free Day di Bundaran HI Jakarta, Minggu (26/2). Kegiatan itu untuk menyambut kedatangan Raja Salman ke Indonesia pada 1-9 Maret mendatang.ANTARAFOTO/Wahyu Putro A/pd/17

Oleh : Ahmad Wijaya

Kunjungan bersejarah Raja Arab Saudi Salam bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia, 1 hingga 9 Maret 2017, bisa dikatakan sebagai kunjungan bersejarah.

Pasalnya, hampir 47 tahun tidak ada kunjungan dari raja negara di Timur Tengah itu ke Indonesia, atau terakhir kali dilakukan pada tahun 1970.

Selain akan datang sebagai tamu negara, kunjungan Raja Salman bertujuan meningkatkan kerjasama ekonomi kedua ne­gara yang selama ini belum terlalu optimal, padahal po­tensinya sangat banyak.

Presiden RI Joko Widodo akan menerima Raja Salman dan rom­bongannya yang men­ca­pai sekitar 1.500 orang di Ista­na Bogor dan menganuge­rah­kan bintang kehormatan tertinggi.

Dalam kunjungan Raja Salman ke Indonesia itu, Pre­siden Joko Widodo meminta pihak Arab Saudi merealisasikan komitmen dan rencana investasi di Indonesia dalam rangka peningkatan kerjasama bidang ekonomi kedua negara.

“Presiden Jokowi menyoroti adanya penurunan volume per­dagangan kedua negara yang signifikan dari 2014 ke 2015 sebesar 36 persen,” kata Fathir.

Kunjungan Raja Salman itu juga didorong untuk dapat mening­kat­kan kerjasama pe­merintah kedua negara dalam berbagai bidang. Selain bidang ekonomi dan perdagangan, Presiden Jokowi juga menyampaikan isu me­nyangkut perlindungan warga negara Indonesia yang berada di sana, baik yang melaksanakan haji, umrah, maupun yang bermukim di Saudi Arabia.

Pemerintah Indonesia se­cara khusus mendorong agar kedua parlemen bekerja sama memerangi terorisme dan me­nyebarkan Islam yang toleran yang damai yang rahmatan lil alamin.

Kunjungan Raja Salman guna membahas lima kerjasama yang telah disepakati, yaitu pro­mosi bidang seni dan wari­san budaya; pertukaran ahli, ter­masuk kesehatan haji dan umrah; promosi Islam modern me­lalui dakwah dan pertukaran ulama; peningkatan frekuensi penerbangan dari Indonesia ke Saudi; pemberantasan ke­jahatan lintas batas.

Dalam kunjungan ini, ker­jasama ekonomi lainnya yang akan dibahas, antara lain, tentang pembangunan kilang minyak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang merupakan hasil kerjasama Saudi Aramco dan Pertamina dengan nilai investasi mencapai 6 miliar dolar AS.

Kunjungan Raja Salman ter­­kait dengan realisasi pe­nam­­bahan kuota haji serta pe­­lindungan WNI baik yang ber­­mukim maupun saat me­nu­naikan ibadah haji dan umrah.

Adapun kunjungan ke­ne­garaan Raja Saudi ke In­donesia ber­langsung pada tanggal 1 hingga 9 Maret 2017, kemudian kunjungan kenegaraan pada tanggal 1 hingga 3 Maret 2017, lalu pada tanggal 4 hingga 9 Maret 2017 akan beristirahat di Bali.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan bahwa Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ingin meningkatkan investasi nonmigas di Indonesia sesuai dengan visi pemerintah Saudi 2030.

Selama ini, hubungan de­ngan Saudi itu pun lebih banyak hu­bungan keagamaan, pendidikan sosial, itu hubungan ekonomi boleh dibilang tidak besar. Oleh karena itu, sesuai dengan visi pemerintah Saudi Arabia 2030, yang isinya antara lain ingin meningkatkan investasi di luar minyak dan gas.

Pemerintah Indonesia telah siap memberikan penawaran-penawaran menarik yang dapat dijajaki Saudi untuk menanamkan modalnya, antara lain, di bidang perbankan dan pariwisata.

Kerjasama ekonomi lainnya yang akan dibahas, antara lain, pembangunan kilang minyak di Cilacap yang merupakan hasil kerjasama Pertamina dan Saudi Arabian Oil Company dengan nilai investasi mencapai 6 miliar dolar AS.

Sepanjang 2016, Badan Ko­­ordinasi Penanaman Mo­dal (BKPM) mencatat realisasi in­vestasi Arab Saudi sebesar 900.000 dolar AS untuk 44 proyek di Indonesia.

Nilai investasi tersebut me­nempatkan Arab Saudi di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan yang menanamkan modalnya sebesar 1 juta dolar AS dan Mali yang mampu menginvestasikan 1,1 juta dolar AS di Tanah Air.

Tingkatkan Investasi Peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Jakarta Ali Munhanif menilai kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia akan meningkatkan tujuan investasi Timur Tengah, khu­susnya negara-negara teluk.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia akan besar pe­nga­ruhnya terhadap dua hal. Per­tama, sesuai dengan janji pe­merintah Arab Saudi sendiri, RI akan makin menjadi negara tujuan investasi Timur Tengah, khususnya negara-negara teluk.

Kedua, kata dia, kerja sama melawan radikalisme dan te­rorisme yang dijalankan oleh negara-negara yang terkena dampak teroris akan makin berjalan secara sinergis dan sistematis.

Hal itu dimungkinkan ka­rena baik Indonesia mau­pun Arab Saudi adalah dua ne­gara berpengaruh di dunia Islam. Dalam konteks itu, me­ningkatkan hubungan ker­ja­sa­ma, khususnya investasi adalah kunci membangun aliansi antara negara-negara besar di dunia Islam.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Dr Yon Machmudi menilai kun­jungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia memiliki arti penting dan stra­tegis bagi kedua negara.

Mengapa kunjungan ini sa­­ngat penting? Ini dapat di­lihat dari dua hal. Pertama, kunjungan ini adalah yang pertama bagi Raja Saudi sete­lah hampir 47 tahun ini tidak ada kunjungan ke Indonesia.

Padahal, sejak Orde Baru, beberapa Presiden Indonesia telah melakukan beberapa kali kunjungan yang dimulai dari Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Jokowi. Ti­dak adanya kunjungan Raja Saudi sejak 1970 hingga saat ini adalah sesuatu yang jang­gal.

Kedua perubahan politik dunia, terutama di Amerika Serikat yang sedang kurang bersabahat dengan Islam dan Timur Tengah, juga menjadikan kunjungan itu menjadi penting.

Kebijakan Presiden Trump yang diskriminatif terhadap Islam dan Timur Tengah mem­buat ketidaknyamanan bagi para in­vestor Timur Tengah.

“Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia mulai dilirik oleh negara-negara di kawasan Timur Tengah,” tutur peraih gelar Ph.D. dari Australian National University itu.

Yon menilai sejak kepemim­pinan Raja Abdullah (2005 s.d. 2015) telah terjadi pergeseran arah politik luar negeri Arab Saudi dengan menjadikan Asia sebagai mitra alternatif meng­­­gantikan hegemoni Barat (Ame­rika).

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia, pada tahun 2050 akan masuk empat besar raksasa ekonomi dunia, sangat berpotensi menjadi alternatif bagi para investor Saudi.

Diharapkan adanya kun­ungan Raja Salman yang ber­sejarah ini bisa mewujudkan investasi Arab Saudi ke In­donesia dengan dasar sa­ling menguntungkan dan meng­hargai.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X