Jumlah angka pengangguran terus saja bertambah dari tahun ketahun, dan yang lebih disayangkan lagi pengangguran tersebut dari kalangan terdidik. Hal ini disebabkan salah satunya dengan tidak seimbangnya antara jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah meningkatnya jumlah pengangguran yang notabenenya penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan belum dilakukan secara serius dalam menangani permasalahan tersebut. Pada tahun 2012 dari data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk tingkat pendidikan Diploma angkanya mencapai 7,5% dan untuk tingkat pendidikan sarjana angkanya mencapai 6,95%, sementara untuk tamatan pendidikan menegah masih menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 10,34 %.
Dari data statistik tersebut jelas bahwa lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus yang selama ini menjadi andalan masyarakat untuk merubah nasib kehidupan mereka belum mampu seutuhnya mengurangi jumlah pengangguran yang ada di negeri ini. Lembaga pendidikan memiliki peran yang besar untuk selalu melakukan evaluasi dan inovasi dalam meningkatkan mutu lulusannya. Dan wajar jika hanya orang-orang yang memiliki kemampuan lebih yang dapat memenangkan persaingan di era sekarang ini, karena memang dunia persaingan kerja pun semakin kompetitif. Dan hanya orang-orang yang memiliki kemampuan lebih yang dapat memenangkan persaingan di era seperti sekarang ini. Hal ini tentunya menggugah pikiran kita bersama dalam memecahkan problem pengangguran terdidik.
Karena itu, lembaga pendidikan khususnya sekolah dan kampus harus berupaya dalam menciptakan generasi dan lulusan yang terdidik, kreatif, progresif, dan mandiri. Apabila sebagian lembaga pendidikan di Indonesia selama ini hanya berorientasi dan hanya nampak rajin menciptakan manusia-manusia yang berhasil dan hanya mengandalkan angka-angka serta beberapa lembar ijazah semata. Maka, kedepan sudah seharusnya, pendidikan berbasis soft skill perlu ditingkatkan. Seperti lulusanya dibekali dengan kemampuan berwirausaha. Sudah saatnya lulusan lembaga pendidikan dapat menciptakan lapangan pekerjaanya sendiri, bukan lagi hanya bekerja di perusahaan milik orang lain. Jiwa berwirausaha kepada para lulusan sangat perlu ditanamkan, sebab diakui maupun tidak, bangsa ini masih membutuhkan wirausahwan muda. Hal ini sebagaimana yang dikutib dalam tulisan Ahmad Faozan, bahwa wirausaha di Indonesia saat ini masih kurang dari 3% atau sebanyak 750 ribu orang saja, karena itu masih membutuhkan sedikitnya 4 juta wirausaha baru lagi, Dengan demikian tentunya negeri ini masih kekurangan para wirausahawaan.
Sudah semestinya apabila semakin banyak masyarakat yang mengecam pendidikan maka bangsa ini semangkin maju dan persoalan pengangguran tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagii bangsa ini. Betapa dunia pendidikan kita telah sedikit terlambat dalam mencetak generasi-generasi tangguh penerus perjuangan bangsa. Upaya melakukan intregrasi antara pendidikan berbasis soft skill dan hard skill menjadi relevan saat ini, terutama mengoptimalkan penerapan pendidikan wirausaha di lingkungan pendidikan, baik itu pada tingkat SMP, SMA maupun pada tingkat perguruan tinggi sekalipun. Langkah tersebut merupakan sebuah solusi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan banyaknya jumlah pengangguran yang ada di negeri ini. Karena pada dasarnya fungsi pendidikan nasional telah jelas, disebutkan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam undang-undang tersebut telah jelas di sebutkan bahwa lembaga pendidikan berkewajiban untuk menanamkan hardskill dan softskill pada peserta didiknya. Hal ini penting dalam rangka menumbuhkan semangat dan motivasi untuk membentuk wirausahaman-wirausahawan muda. Tentunya kita sangat prihatin dengan nasib bangsa ini, dimana bangsa ini memiliki potensi alam yang sangat baik, namun dikelola kebanyakan oleh orang asing. Dan masyarakat Indonesia ibarat dijadikan pembantu di rumah sendiri. Hal ini karena rendahnya minat masyarakat untuk berwirausaha. Karena itu, Untuk menghilangkan pengangguran yang ada di Indonesia, sebenarnya bukan hanya semata tugas lembaga pendidikan dan pemerintah namun ini adalah tugas kita bersama. Sudah saatnya masyarakat Indonesia merubah mindset untuk berwirausaha, dengan berwirausaha sendiri maka akan semangkin luas lapangan pekerjaan di negeri ini.
*)Penulis Dosen FAI UMSU.