Oleh : Sagita Purnomo
Bertambahnya jumlah penduduk memberi pengaruh besar bagi konsumsi energi atau bahan bakar. Guna memenuhi kebutuhan energi tersebut, manusia terus mengeksploitasi dan menggali berbagai sumber daya alam yang ada. Selama ini bahan bakar fosil, terutama minyak (BBM) menjadi energi andalan utama, padahal minyak termasuk dalam kategori sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui.
Fakta ini menunjukkan bahwa energi yang berasal dari minyak tidak dapat selamanya digunakan. Sebab itu, penggunaan energi alternatif sangatlah penting.
Dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, sejumlah negara maju terutama Benua Eropa, sejak lama memanfaatkan tenaga air dan angin sebagai ‘motor utama’. Dengan demikian mereka dapat mengurangi konsumsi minyak (selain untuk kendaraan bermotor) yang semakin langka dan juga menjaga kelestarian lingkungan.
Sayangnya di Indonesia energi alternatif belum terlalu populer, padahal negara kita sangat kaya akan potensi energi alternatif seperti air, angin dan terutama energi panas bumi.
Minimnya implementasi dan pengaplikasian energi panas bumi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantarannya masih minimnya inovasi, teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mengelola serta keterbatasan modal.
Mengingat bangsa kita masih sangat ‘menjunjung tinggi’ amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, maka pengelolaan SDA yang menguasai hajat hidup orang banyak masih mengandalkan inisiatif pemerintah saja.
Pemerintah harus cerdas dan sigap dalam menghadapi persoalan energi, mengingat tingginya tuntutan dan kebutuhan energi serta kelestarian lingkungan, pengembangan energi alternatif harus dilakukan segera. Energi alternatif itu sendiri sangatlah berlimpah dan tengah tertidur di dalam perut bumi Indonesia, masalahnya adalah seberapa besar kemauan bangsa ini untuk menggali dan mengelolahnya secara mandiri.
Baru dan Terbarukan
Pemerintah memiliki program menciptakan ketahanan energi. Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan energi bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan harapan dan impian tersebut, pemerintah harus rajin melakukan diversifikasi energi.
Selain itu, juga ada lingkungan hidup yang harus diselamatkan dan dilestarikan, mengingat penggunaan energi minyak selama ini telah memberi dampak buruk bagi keberlangsungan lingkungan kita.
Pemanasan global, pencemaran udara, tanah dan air, merupakan sedikit dari sekian banyaknya dampak negatif penggunaan minyak yang berlebihan serta keliru dalam implementasi.
Menurut pengamat energi, Achmad Madjedi Hasan, Indonesia merupakan negara paling kaya akan energi panas bumi, karena terletak pada busur vulkanik dengan total potensi energi sebesar 29.215 Gigawatt electric (Gwe).
Berlimpahnya panas bumi ini, lantaran terletak di salah satu kerangka tektonik yang paling aktif di dunia, yakni di antara perbatasan Indo-Australia, Pasifik, Filipina dan lempeng tektonik Eurasia. Dengan posisi strategis itulah menjadikan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan energi panas bumi yang tersebar di 285 titik daerah sepanjang busur vulkanik.
“Yang jelas, lebih ramah lingkungan. Sumber daya panas bumi di Indonesia, cukup tersebar dengan kandungan panas yang cukup tinggi (high enthalpy),” kata Achmad.
Lanjutnya, sumber daya panas bumi akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak dan fosil. Selain itu, sumber energi panas bumi juga akan membatasi emisi gas rumah kaca. Meskipun investasi awal tinggi, kata dia, namun biaya operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) lebih rendah, karena tidak memerlukan bahan bakar dalam kaitannya dengan biaya dan dampak terhadap lingkungan.(JurnalAsia.com)
Dengan potensi energi sebesar itu, harusnya energi panas bumi dapat dijadikan andalan dalam memenuhi kebutuhan energi kita, terutama untuk membantu PLN dalam menyediakan listrik. Pasalnya selama ini PLN masih mengalami kesulitan menyediakan listrik akibat minimnya inovasi dalam menciptakan pembangkit yang sejauh ini masih mengandalkan tenaga air yang dibantu dengan bahan bakar minyak dan gas.
Mengingat begitu berlimpahnya SDA di negara kia, harusnya tidak ada alasan pembenar apapun untuk mengalamai krisis energi. Kita harus mencontoh negara Jepang yang miskin akan SDA (energi), namun dapat mengatasinya dengan kualitas SDM.
Kualitas SDM mempumi negara Jepang terbentuk karena mereka sadar akan keterbatasan, sehingga mereka tergerak untuk berinovasi dan membuat terobosan guna mengatasi keterbatasan tersebut.
Jangan sampai karena negara Indonesia kaya akan SDA justru membuat kualitas SDM nya rendah karena malas berfikir dan membuat terobosan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki bekal kemampuan yang setara, menjadi pembeda adalah usaha dalam mengasah dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Semoga kedepannya bangsa kita lebih aktif dalam berinovasi dalam membangun dan mengelolah energi yang ada di bumi pertiwi.
*)Penulis adalah Alumni UMSU 2014