Mengapa Menderita

Oleh : Pdt. D.M. Pater Lim, S.Ag, MBA, M.Sc

“Orang sesat yang dangkal pengetahuannya memperlakukan diri sendiri sebagai musuh. Dia melakukan perbuatan jahat yang menghasilkan buah yang pahit.” Bala Vagga V : 66.

Segala kondisi atau keadaan yang dialami, 100 persen murni merupakan hasil/akibat dari perbuatan diri kita sendiri. Jika kita selalu berada di jalur dhamma (kebenaran), maka kebahagiaan dan kesuksesan hiduplah yang akan selalu dirasakan.

Sebaliknya, yang suka dan senang berbuat jahat, hidupnya pasti akan selalu menderita. Semuanya, hanyalah waktu yang menentukannya. Dampak dari karma (* Perbuatan), jika tidak di hari ini, bisa saja esok atau lusa. Itu adalah hal yang pasti terjadi!!!

Setiap manusia memiliki bibit-bibit ke – Buddha – an / kebajikan. Sabda Buddha: “Hidup bersama dengan si Bodoh akan menderita sepanjang waktu. Bergaul dengan orang Bodoh ibaratnya bertemu musuh. Berbahagialah bergaul dengan orang Bijaksana, bagaikan bertemu dengan sanak keluarga”.

Terjadinya perbuatan tercela, tidaklah terlepas karena adanya belenggu “moha : kebodohan”, baik yang timbul dari diri sendiri maupun faktor lingkungan.

A. Kebodohan Yang Timbul Dari Diri Sendiri, yang selalu mengagung-agungkan hal-hal, yang sifatnya duniawi. Merasa bahwa dirinya adalah yang terhebat, pintar, cantik, kaya, dll.
Untuk meraih kondisi ini, adakalanya segala cara dihalalkan. Realitanya, tidak ada seorangpun yang serba plus atau minus dalam kehidupan ini. Nobody is perfect !!! jika tidak mampu menyadarinya, maka manusia tipe ini, akan “jauh” dari rasa bahagia dan lebih cenderung merasakan kesepian dan kesengsaraan… Realitanya, apapun wujud/bentuk dari benda duniawi, sifatnya adalah tidak kekal. Hari ini, bisa saja menjadi milik kita, tetapi keesokan harinya atau lusa, bisa saja menjadi milik orang lain. Pantaskah dilekati ???
“Kita berbahagia karena bebas dari ikatan bagaikan dewa yang bersinar terang. Demikianlah kita hidup tenang dan bahagia” Sukha Vagga XV : 200.

B. Kebodohan Yang Timbul Karena Lingkungan. Bergaul dengan orang sesat (* jahat), sama ibaratnya bertetangga dengan orang yang suka bermain api. Jika rumahnya terbakar, maka otomatis pula rumah kitapun akan ikut terbakar. Orang yang berada di lingkungan yang tidak benar (* Judi, mabuk, konsumsi narkoba, dll), cepat maupun lambat, pasti akan terpengaruh seperti itu. Agar terbebas dari penderitaan ini, maka hindarilah:

1. Tipe Manusia Yang “Lobha: Serakah”, yang tidak pernah cukup dan puas akan apa yang telah dimiliki. Disamping itu, juga serakah yang selalu berusaha menguasai sesuatu, yang bukan merupakan miliknya. Orang serakah, sama ibaratnya dengan orang yang kehausan (Dahaga) tetapi yang diminum adalah air laut (Asin). Alih-alih terbebas dari dahaga, semakin dahaga.

2. Tipe Manusia “NATO : No Action Talk Only”, yang terlalu banyak bicara (* Teori) tetapi tidak ada pelaksanaannya. Jika dibutuhkan, akan selalu menghindar, kabur atau mengelak. Lain di mulut, lain pula tindakannya. Apapun yang dibicarakan, hendaknya dilaksanakan yang sesuai dengan yang telah dibicarakan. Ini namanya komitmen.

3. Tipe Manusia Penjilat, yang hidupnya penuh dengan pujian, yang tanpa makna sama sekali. Di depan, nunduk tetapi dibelakang, nanduk. Ibaratnya srigala berbulu domba, yang luarnya lembut tetapi dalamnya sadis. Sesungguhnya, yang bisa 100 persen objektif menilai diri kita adalah orang lain.
Oleh karena itu, jika dinilai positif, jangan sampai lupa diri atau terlena. Senantiasa sadar dan selalu berada di jalur dhamma (kebenaran). Sebaliknya, jika dinilai negatif, jangan emosi atau marah. Kontrol diri dan cari tahu dimana kelemahan. Segera perbaiki diri. Ibarat obat, selain pahit dan mahal harganya, manfaatnya juga besar yaitu kesembuhan. Jadi, kita tidak akan bisa maju (* Berkembang) tanpa adanya kritikan.

4. Tipe Manusia Pemboros, yang hidupnya tidak berarti, hura-hura dan suka mabuk-mabukan. Sabda Buddha: “Apabila dalam pengembaraan seseorang tidak menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya maka hendaklah ia tetap melanjutkan pengembangan seorang diri. Janganlah bergaul dengan orang bodoh”. Jadi, sumber utama timbulnya derita, adalah diri sendiri. Tidak seorangpun yang pantas / logis dipersalahkan atas kondisi apapun yang di alami.
Putuskan segera belenggu moha (kebodohan) dengan mempelajari, memahami dan mengamalkan Buddha Dharma (ajaran ajaran luhur Sang Buddha) dalam kehidupan sehari-hari hingga meraih panna (kebijaksanaan). Orang Bijaksana, akan terbebas dari segala belenggu kehidupan.

Sabda Buddha: “Bertemu dengan orang yang Bijaksana diibaratkan sebagai bertemu dengan orang yang menunjukkan harta karun, yang suka menunjukkan jalan kebenaran. Karena itu, hendaknyalah selalu bergaul dengan orang yang Bijaksana. Sungguh baik dan tidak akan rugi bergaul dengan orang yang Bijak bestari”. Sabbe satta sabba dukkha pamucantu – sabbe satta bhavantu sukhitata : Semoga semua mahluk terbebaskan dari alam derita dan Semoga semuanya senantiasa berbahagia…. sadhu…sadhu…sadhu…

Close Ads X
Close Ads X