Mengajarkan Anak Dengan Bereaksi Positif

Ada nasihat yang sangat berharga: ”Jangan banyak mengarahkan anak didik dengan celaan setiap saat, karena sesungguhnya yang bersangkutan akan menjadi biasa dengan celaan. Akhirnya ia akan bertambah berani melakukan keburukan, dan nasihat pun tidak dapat mempengaruhi hatinya lagi”.

Pada kisah lainnya di zaman Rasulullah, beberapa anak yang banyak melakukan kenakalan, pelanggaran moral, pada akhirnya kembali ke jalan yang lurus. Rasulullah tidak pernah sedikitpun mencela mereka, sebaliknya Rasulullah selalu berkata lembut dan sabar kepada mereka.

Anak hendaknya diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai sebagaimana ibu bapak menghargai orang yang sejajar dengan kita. Ini menjadi penting karena akan meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya (konsep diri). Selain juga secara langsung mengajarkan untuk bersikap menghargai orang lain.”Buah tak jauh jatuhnya dari pohon” Ungkapan inisering kita dengar dan jarang kita sangkal.

Karena, kebanyakan dari kita setuju bahwa perilaku anak, sedikit banyaknya adalah hasil tiruan dari orang tuanya.Mengajarkan anak-anak untuk bereaksi positif dalam masa tumbuh kembangnya bukanlah hal yang mudah. Memarahi atau memukul anak Anda untuk setiap kesalahan kecil yang mereka lakukan hanya akan membuat mereka lebih memberontak.Anak adalah peniru yang ulung. Mereka belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Oleh karena itu hanya hal-hal positif yang perlu diberikan kepada anak. Beberapa contoh penghargaan orangtua kepada anak antara lain: Perhatikan dengan seksama saat anak bicara. Ketika anak bicara perhatikan dengan sungguh-sungguh.

Jangan mendengarkan anak berbicara sambil memandang ke arah lain, mengerjakan sesuatu, atau memikirkan hal lain. Bahkan ketika anak sedang bicara, kita tidak dianjurkan memikirkan jawabannya. Pikirkan jawabannya setelah anak selesai bicara.

Tanggapan dan senyuman yang diberikan ketika bayi berceloteh akan memberikan dampak positif pada perkembangan bayi. Beberapa tips sederhana ketika kita berkomunikasi dengan anak; Arahkan pandangan mata ke mata anak. Usahakan posisi sejajar dengan posisi anak. Jika anak berdiri, ibu dan bapak sebaiknya jongkok. Kedua tangan boleh sambil memegang bahu anak dengan hangat dan akrab.

Jangan pikirkan jawaban atau tanggapan atas perkataan anak ketika anak sedang bicara, karena bisa menyebabkan ibu dan bapak menjadi kurang fokus. Dengar kata-kata anak. Seringkali anak mengeluarkan pendapat dalam berbagai hal, Misalnya tentang pakaiannya sendiri, cat rumah, cat kamar, masakan, dan lain sebagainya.

Hargai pendapatnya, orangtualah yang sebaiknya mengalah untuk pilihan-pilihan yang tidak prinsip atau mengganggu orang lain. Contoh, jika anak-anak menghendaki cat rumahnya orange dan biru tua, Sedangkan orangtua lebih menyukai hijau muda (warna lembut). Sebaiknya pilihan anak yang dipakai, sedangkan orangtua mengalah.

Pada saat akan memutuskan sesuatu, ajak anak bermusyawarah dan minta pendapatnya. Misal, masak apa hari ini, rumah dicat kembali atau tidak dan warnanya apa, penempatan perabot rumah.

Usahakan pendapat anak yang diambil sebagai keputusan. Hal tersebut akan membuat mereka bangga. Jika sering diperlakukan demikian maka akan berdampak positip bagi perkembangan rasa percaya dirinya. Biasakan menggunakan kata tolong, permisi, terimakasih. Sebagai kolega yang sederajat, hendaknya ibu dan bapak santun kepada anak. Gunakan kata tolong pada saat butuh bantuan anak. Ucapkan terimakasih setelah anak menyelesaikan “perintah” yang diberikan. Awali dengan kata permisi dan meminta ijin atau persetujuan untuk hal-hal yang menjadi hak otonomi anak.

Misalnya, pinjam pensil anak. Menggunakan kata-kata tersebut menggambarkan penghargaan kepada anak-anak.

Jangan permalukan anak. Orangtua tanpa sadar kerap mempermalukan anak di depan orang lain, termasuk teman-temannya. Misalnya, menceritakan anaknya masih ngompol, makan masih berceceran, dan lain-lain. Tindakan tersebut sangat melukai hati anak dan dapat menurunkan harga diri, rasa percaya diri, dan konsep dirinya. Berbagai hal yang berpotensi membuat malu anak, biarlah menjadi rahasia anak tersebut. Bahkan sebaiknya ibu dan bapak berpura-pura tidak tahu, serta segera melupakan berbagai kelemahan yang dimiliki anak.

Gunakan kata-kata positif. Ketika berkomunikasi dengan anak, gunakan bahasa yang positif. Kata-kata bernada positif yang dibarengi pandangan mata hangat dan penuh kasih sayang akan memberikan sinyal positif bagi anak. Selain itu juga memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti, ”Kamu hebat.”, ”Kamu anak pintar.”, ”Kami menyayangimu.”, ”Kami bangga padamu.” Sebaliknya, kata-kata negatif akan memperburuk perkembangan anak. Seperti, ”Kamu anak nakal.”, ”Bodoh.”, dan lain-lain. Berkata-kata lembut, tidak banyak mencela dan menegur.

Penulis adalah Mahasiswa UMSU
Pemerhati Konseling Anak

Close Ads X
Close Ads X