Mahasiswa dan Pembangunan Nasional

Oleh : Hasrian Rudi Setiawan MPdI

Bangsa Indonesia pada tanggal 20 Mei 2016 ini akan memperingati hari kebangkitan Nasional yang ke-108. Dalam catatan perjalanan sejarah bangsa Indonesia hari kebangkitan nasional dimulai dengan berdirinya sutu organisasi yang disebut dengan Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 M.

Dengan berdirinya suatu organisasi tersebut yang didirikan oleh para pemuda (pelajar) maka bangkitnya rasa dan semangat nasionalisme, persatuan dan kesatuan serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, yang tidak pernah muncul selama penjajahan berkuasa dan bumi pertiwi ini.

Organisasi Boedi Oetomi, yang pada awalnya digagas oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo ini hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial budaya. Hal ini ditandai dengan didirikanya beberapa sekolah yang bernama Boedi Oetomo dengan tujuan berusaha memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa pada khususnya. Pada awalnya Anggota Boedi Oetomo terdiri dari kalangan atas suku Jawa dan Madura. Kemudian pada tahun 1915 organisasi Boedi Oetomo mulai bergerak di bidang politik.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, mahasiswa (pelajar) telah menggoreskan tinta emas. Hal ini karena mahasiswa adalah salah satu pelopor dalam setiap perubahan. Mahasiswa juga telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi perlawanan dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan.

Beberapa penyebab yang menjadikan mahasiswa peka permasalahan kemasyarakatan, sehingga mendorong mahasiswa untuk melakukan suatu perubahan, diantaranya adalah:

Pertama, Mahasiswa sebagai kelompok dari bagian masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa memperoleh pandangan luas untuk dapat bertindak dan bergerak di antara seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, dikampus mahasiswa dibentuk dengan gaya hidup yang unik melalui alkulturasi sosial budaya yang tinggi.

Ketiga, Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang memperoleh pendidikan lebih, telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda. Keempat, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.

Selain itu pula, keingintahuan mahasiswa yang sangat tinggi menjadikan mereka terus ber­kembang dalam dunia pendidikan (kampus) dan menjadikan mereka semangkin siap sebagai sebagai problem solver dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini merupakan potensi sumber daya yang sangat luar biasa untuk dibina dan dikembangkan bukan hanya melalui lingkungan akademik yang mereka punyai tetapi juga dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dan melalui organisasi-organisasi ekstra kurikuler yang telah banyak tumbuh dan berkembang hampir disetiap lingkungan kampus. Kemudian, mahasiswa juga disamping memiliki daya kritis terhadap suatu system yang alamiah serta rasa empati yang sangat luar biasa terhadap segala sesuatu yang terjadi.

Keadaan masyarakat yang semangkin hari, semangin tergerus kesejahteraanya oleh suatu system yang di gunakan oleh sebahagian orang yang tidak bertanggung jawab menjadikan mahasiswa sebagai sosok kaum intelektual yang sangat dibutuhkan keberadaannya dalam tatanan masyarakat.

Potensi dan peran inilah yang sebenarnya dijalankan oleh mahasiswa sebagai kaum terdidik pada umumnya. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini dirasakan semangkin me­­nurunya peran dan pengaruh gerakan mahasiswa terhadap perubahan masyarakat, maupun terhadap proses pengambilan keputusan para elit. Hal ini terlihat sejak setelah berhasilnya mahasiswa dalam menggulingkan rezim orde baru, perubahan yang tampak secara subtansial dari cara-cara orde baru tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Bahkan yang timbul adalah kecenderungan berbedanya arah gerakan sebagian mahasiswa dengan apa yang tengah diperjuangkan masyarakat lewat lembaga politik formalnya. Yang terjadi saat ini disorientasi gerakan mahasiswa lebih meru­pakan suatu konsekuensi logis dari proses perubahan masyarakat itu sendiri yang harus diupayakan untuk menemukan arah dan tujuannya kembali dan keluar dari daerah abu-abu yang menjebak dan menumpulkan efektifitas kerja dan optimalisasi posisi yang dimiliki.
*)Penulis Dosen FAI UMSU.

Close Ads X
Close Ads X